Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Belarus: Trump Dapat Timbulkan Masalah bagi Eropa

Presiden Belarus Alexander Lukashenko (kremlin.ru, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Lukashenko memperingatkan kembalinya Trump ke Gedung Putih dapat melemahkan Eropa selama beberapa dekade.
  • Lukashenko menganggap kritik UE terhadap pemilu Belarus sebagai pengaruh dari Washington, dan menyatakan kesiapan untuk berdialog dengan UE.
  • Lukashenko mengharapkan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina, menekankan pentingnya kompromi antara Putin dan Zelenskyy, serta menyatakan ketidakpastian Trump dapat menyebabkan keputusan yang tidak logis terhadap Ukraina.

Jakarta, IDN Times - Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, memperingatkan bahwa bahwa kembalinya Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, ke Gedung Putih dapat menimbulkan masalah bagi Eropa. Hal itu disampaikannya pada Minggu (26/1/2025) usai memberikan suaranya dalam pemilihan presiden negara tersebut.

“Begitu dia memenangkan pemilu, kalian (di Eropa) bergegas melintasi Atlantik. Ada yang merangkak, ada yang di bawah, ada yang di atas. Sekarang Anda tidak tahu bagaimana cara mendekati Trump,” kata Lukashenko, mengkritik para pemimpin Eropa mengenai sikap mereka terhadap pemimpin AS tersebut.

Menurutnya, setelah pelantikan Trump pekan lalu, AS akan membuat Eropa berada dalam posisi lemah selama beberapa dekade

“Kalian menghadapi masa depan yang sulit, Eropa. Dengan kembalinya Trump, permasalahannya tidak akan terjadi di Belarus, melainkan di Eropa. Masalah itu sudah mulai muncul,” ujarnya kepada wartawan di ibu kota, Minsk, dilansir dari Anadolu.

1. Lukashenko tak persoalkan kritikan UE terhadap pemilu Belarus

Menanggapi kritik terbaru Uni Eropa (UE) terhadap pemilu Belarus, Lukashenko mengganggapnya sebagai bentuk pengaruh dari Washington. Pada Rabu (22/1/2025), Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menolak pemilu Belarus dengan menyebutnya sebagai pemilu palsu

“Apakah Anda mengakui pemilu di UE ini atau tidak, itu soal selera. Yang terpenting adalah rakyat Belarus mengakui pemilu tersebut dan pemilihan ini berakhir dengan damai, seperti saat dimulai," kata Lukashenko, yang merupakan presiden pertama dan satu-satunya Belarus sejak 1994.

Meski begitu, ia menyatakan kesiapan negaranya untuk berdialog dengan UE, seraya menambahkan bahwa Eropa memiliki pendekatan yang rasional dalam membentuk kebijakan mereka.

2. Belarus dukung perdamaian di Ukraina

Pemimpin Belarus itu juga mengungkapkan harapannya akan adanya titik terang dalam perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, penyelesaian konflik tersebut sangat penting bagi stabilitas Eropa.

“Kami adalah pendukung perdamaian di Ukraina. Kita harus mempertimbangkan segala hal, termasuk posisi Rusia. Tidak ada Amerika yang akan memaksa Rusia. Dan jika Trump mencobanya, itu akan berbahaya," ujar sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin itu.

Lukashenko menyatakan bahwa kompromi antara Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sangat diperlukan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ia juga memperingatkan bahwa ketidakpastian Trump dapat menyebabkan keputusan yang tidak logis terhadap Ukraina.

"Jika kita melanjutkan dengan cara yang logis dan menggunakan kriteria yang sudah ada untuk menyelesaikan masalah seperti ini, orang Amerika tidak akan pernah setuju untuk memenuhi tuntutan Rusia. Itu bukan kepentingan mereka. Tapi Trump tidak dapat diprediksi. Dia mungkin akan mengejutkan kita dan memenuhi apa yang dijanjikannya: perdamaian," tuturnya.

3. Lukashenko meraih suara besar dalam pemilu

Sementara itu, Lukashenko diperkirakan berhasil mengamankan masa jabatan ketujuhnya usai meraih 87,6 persen suara dalam pemilu yang diselenggararakan pada Minggu.

Pekan lalu, pemimpin oposisi yang kini berada di pengasingan, Sviatlana Tsikhanouskaya, mengatakan bahwa Lukashenko telah mengatur pemilu tersebut supaya ia dapat kembali melanggengkan kekuasaannya. Demonstrasi terhadapnya berlangsung di ibu kota Polandia, Warsawa, dan beberapa kota lainnya di Eropa Timur pada Minggu, dilansir dari Reuters.

“Rakyat Belarusia tidak punya pilihan. Ini adalah hari yang pahit bagi semua orang yang mendambakan kebebasan dan demokrasi,” tulis Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, di akun media sosial X.

UE dan AS menyatakan bahwa mereka tidak mengakui Lukashenko sebagai pemimpin sah Belarus setelah ia mengerahkan pasukan keamanannya untuk menumpas protes massal pascapemilu 2020. Saat itu, dia dituduh mencurangi hasil pemilu dan merampas kemenangan Tsikhanouskaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us