Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Filipina Minta Jajaran Kabinetnya Mundur, Kenapa?

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr. (x.com/@bongbongmarcos)
Intinya sih...
  • Presiden Filipina meminta seluruh Kabinetnya mengundurkan diri setelah hasil pemilu partainya mengecewakan.
  • Marcos ingin menghidupkan kembali popularitasnya yang memudar dengan langkah ini.
  • 21 sekretaris telah mengumumkan pengunduran diri mereka sebagai respons terhadap kekalahan pemilu yang dialami Marcos.

Jakarta, IDN Times - Presiden Filipina Ferdinand Marcos meminta seluruh Kabinetnya untuk mengundurkan diri. Perintah ini diberikan setelah hasil yang mengecewakan bagi partainya pada pemilihan paruh waktu.

Menurut para analis, hal tersebut ditujukan untuk menghidupkan kembali popularitasnya yang memudar.

Pemilu paruh waktu yang diadakan minggu lalu dipandang sebagai referendum terhadap pemerintahan saat ini. Daftar senator terpilih juga akan menentukan apakah saingan Marcos, Wakil Presiden Sara Duterte, akan dimakzulkan dan dilarang menjabat secara permanen.

1. Sara Duterte berpeluang selamat dari pemakzulan

Bendera Filipina. (Pexels.com/Krisia)

Setelah kubu Marcos memperoleh lebih sedikit kursi dari yang diharapkan di Senat, peluang Duterte untuk selamat dari persidangan pemakzulan telah meningkat pesat.

"Orang-orang telah berbicara, dan mereka mengharapkan hasil, bukan politik, bukan alasan. Kami mendengar mereka, dan kami akan bertindak," kata Marcos, dilansir dari Channel News Asia, Kamis (22/5/2025).

Marcos menyebut rencananya untuk pembaruan Kabinet sebagai pengaturan ulang yang berani.

2. Upaya raih popularitas

Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan Presiden Republik Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr di Istana Bogor (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Michael Henry Yusingco, seorang peneliti senior di Sekolah Pemerintahan Ateneo, mengatakan jika langkah itu adalah upaya presiden untuk mendapatkan kembali popularitasnya setelah penolakan terhadapnya dalam pemilihan paruh waktu.

"Ini adalah reaksi emosional terhadap kekalahan pemilu yang dialaminya dan Alyansa (Aliansi untuk Filipina Baru) daripada benar-benar tentang masalah yang ia lihat pada beberapa sekretaris departemennya," kata Yusingco mengacu pada nama daftar senator yang didukungnya.

"Ia bisa saja melakukan ini sebelum pemilu, tetapi mengapa baru sekarang?" lanjut dia menyerukan.

3. Marcos merasa kabinetnya gagal perhatian pada isu-isu kecil

Ilustrasi bendera Filipina (pixabay.com/Philippines)

Marcos, dalam sebuah wawancara podcast setelah pemilu, secara terbuka merefleksikan kinerja pemerintahannya.

"Saya baru menyadari bahwa kami gagal memberikan perhatian yang cukup pada isu-isu kecil yang akan memberikan bantuan yang lebih cepat kepada masyarakat. Masyarakat kecewa dengan layanan pemerintah karena lambatnya kemajuan proyek dan tidak membuat perbedaan langsung dalam kehidupan masyarakat," kata Marcos.

Pengunduran diri massal Kabinet di Filipina telah mengikuti krisis politik dalam beberapa dekade terakhir.

Pada 2005, mantan presiden Gloria Macapagal Arroyo meminta seluruh Kabinetnya untuk mengundurkan diri setelah ia ditekan untuk mengundurkan diri usai skandal penipuan pemilu. Pada 1987, anggota Kabinet Corazon Aquino juga mengajukan pengunduran diri mereka setelah dipicu oleh upaya kudeta.

Istana kepresidenan mengatakan layanan pemerintah tidak akan terganggu selama masa transisi, dan stabilitas serta meritokrasi akan memandu pemilihan tim eksekutif baru Marcos.

Sejak seruan Marcos, 21 sekretaris mengumumkan pengunduran diri mereka.

"Penolakan terhadap Marcos dan Alyansa-nya brutal, jadi dia perlu benar-benar membuahkan hasil, dia perlu memperbaiki kehidupan orang Filipina, jika tidak, penggantinya yang dipilihnya tidak akan berjalan baik dalam pemilihan 2028," kata Yusingco.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us