Presiden Venezuela Tuduh AS Dirikan Pangkalan Rahasia di Esequibo

Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela Nicolas Maduro, pada Rabu (3/4/2024), menuduh Amerika Serikat (AS) mendirikan pangkalan militer rahasia di Esequibo, wilayah sengketa Venezuela-Guyana. Ia menyebut AS sedang menyiapkan rencana untuk mengadakan serangan.
Selain terlibat ketegangan dengan Guyana, rezim Maduro di Venezuela terus ditekan karena menghalangi lawan politiknya maju dalam pilpres. AS pun mengancam akan mengembalikan sanksi kepada industri minyak Venezuela jika tidak mengadakan pemilu yang bebas dan adil.
1. Sebut Southern Command berniat merusak stabilitas Venezuela
Maduro menyebut pangkalan militer rahasia milik Southern Command AS di Esequibo berfungsi untuk merusak stabilitas negara dan menyerang warga di Tumeremo.
"Kami mendapatkan informasi bahwa pangkalan militer rahasia milik Southern Command sudah didirikan di wilayah sengketa Esequibo. Mereka berniat melancarkan serangan kepada penduduk di Tumeremo," tegasnya, dilansir EFE.
"Agresi militer sedang disiapkan untuk menyasar warga di wilayah selatan dan timur Venezuela. Mereka juga berniat mengadakan ekskalasi terhadap negara kami. Maka, saya menekankan agar semuanya mempersiapkan pertahanan dan moral," tambahnya.
Sebelumnya, Venezuela sudah menyatakan kecaman dan terus menuding Guyana menyetujui pendirian pangkalan militer AS di negaranya. Namun, Georgetown terus menolak tudingan Caracas tersebut.
2. Maduro resmikan Hukum Perlindungan Esequibo
Pada saat yang sama, Maduro mengumumkan acara peresmian Hukum Perlindungan Esequibo yang berfungsi melindungi Guyana Esequibo sebagai teritori dari Venezuela.
"Venezuela mempertahankan haknya di depan Presiden Guyana Irfaan Ali. Ini adalah sebuah aksi bersejarah yang menandai sebelum dan sesudah pengembalian teritori negara yang direbut secara ilegal dari kami," kata Maduro, dikutip Telesur.
Dia menyatakan kebahagiaannya atas klaim resmi dari hak-hak yang dimiliki oleh rakyat Venezuela. Ia pun menyebut Presiden Ali sebagai boneka oligarki, AS dan ExxonMobil, yang ingin mengeruk sumber daya alam di Esequibo.
"Setelah 6,5 tahun berperan sebagai Menteri Luar Negeri dan 11 tahun menjadi Presiden Venezueal, saya tidak pernah sepuas ini dalam mempertahankan dan memperjelas ini di depan Presiden Guyana. Para pejuang kemerdekaan sudah memberikan kami tanah, identitas, dan hak atas Esequibo," sambungnya.
3. Shell minta AS izinkan proyek jangka panjang di Venezuela
Perusahaan minyak raksasa Shell meminta agar AS menyetujui izin jangka panjang sebelum kembali menjatuhkan sanksi kepada Venezuela. Shell diketahui sedang memproses investasi jangka panjang dalam proyek gas alam Dragon di Venezuela.
"Shell berharap AS memberikan izin resmi, kalau bisa izin tersebut bisa berlaku tahun ini. Pejabat di AS juga tidak berekspektasi bahwa perusahaan tersebut akan berinvestasi tanpa kepastian," terang salah satu sumber, dikutip Reuters.
Sebelumnya, Menteri Energi Trinidad-Tobago Stuart Young sudah membicarakan masalah ini dengan Venezuela dan AS. Proyek gas alam Dragon ini terletak di perairan Venezuela yang tak jauh dari wilayah Trinidad-Tobago.
Pada Oktober 2023, AS sudah mengamandeman izin dan memperpanjang validitasnya hingga 2025 dan memperbolehkan Venezuela mendapatkan keuntungan penjualan gas alam. Pada Desember lalu, Caracas menyetujui proyek 30 tahun dengan Shell dan NCG untuk memproduksi dan mengekspor gas alam ke Trinidad-Tobago.