Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Putin Bersedia Negosiasi untuk Redakan Krisis Ukraina

Presiden Vladimir Putin (Twitter.com/President of Russia)

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada hari Selasa (15/2/22) mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia negosiasi dan diplomasi untuk redakan krisis Ukraina. 

Menurut Peskov, Presiden Putin melihat Ukraina hanyalah bagian dalam masalah yang lebih luas. Masalah utama Rusia adalah tuntutan jaminan keamanan dari AS dan Sekutu NATO. Peskov menegaskan klaim tuduhan Moskow merencanakan invasi ke Ukraina tidak berdasar.

Di sisi lain, beberapa media Barat mengutip pejabat Amerika Serikat (AS), bahwa Rusia kemungkinan bisa melancarkan serangan ke Ukraina pada 16 Februari. Meski meragukan informasi itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengajak seluruh rakyat Ukraina untuk bersatu mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu nasional pada tanggal tersebut.

1. Presiden Putin bersedia negosiasi dan diplomasi

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Twitter.com/ Russian Embassy in USA)

Pada akhir tahun 2021, Rusia meminta AS dan NATO menyepakati tuntutan jaminan keamanan jangka panjang berdasarkan hukum. Rusia menuntut Ukraina tidak diterima sebagai anggota NATO, menghentikan ekspansi ke Eropa Timur dan membatasi penyebaran senjata ofensif yang mengancam Federasi Rusia.

Pembicaraan tentang tuntutan itu telah dilakukan dalam beberapa tahap diplomasi, tapi semuanya tidak menghasilkan kesepakatan.

Krisis Ukraina terus berlanjut semakin meningkat ketika AS memperkirakan Rusia bisa menyerang kapan saja. Lebih dari selusin negara telah memerintahkan warganya untuk meninggalkan Ukraina.

Dilansir Tass, tapi juru bicara Kremlin Dmytri Peskov mengatakan bahwa "Presiden Putin selalu menuntut negosiasi dan diplomasi." Menurutnya, "Ukraina hanyalah bagian dari masalah, itu adalah bagian dari masalah jaminan keamanan yang lebih besar untuk Rusia dan tentu saja Presiden Putin bersedia bernegosiasi."

2. Presiden Putin menerima saran Sergey Lavrov untuk melanjutkan pembicaraan dengan Barat

Sebelum Peskov memberikan penjelasan bahwa Presiden Putin bersedia melakukan negosiasi, pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berbicara dengan Presiden Putin.

Pembicaraan keduanya itu disiarkan televisi. Dari pembicaraan tersebut, dilansir Al Jazeera, Lavrov mengatakan kepada Putin "selalu ada kesempatan" untuk mencapai kesepakatan dengan Barat dan Ukraina.

Lavrov menyarankan kepada Putin untuk melanjutkan pembicaraan dengan para pemimpin di beberapa ibu kota Eropa dan Washington. Presiden Putin menerima saran tersebut.

Kabar itu memberikan angin segar dalam krisis Ukraina. Upaya meredakan ketegangan terus dilakukan, dan ancaman terjadinya perang kemungkinan bisa dicegah.

Meski begitu, perwakilan negara-negara asing yang ada di Ukraina telah bertindak cepat memulangkan warganya. Baru-baru ini, intelijen AS melihat pergerakan signifikan penambahan pasukan Moskow di sekitar Ukraina, yang dikhawatirkan invasi ke Kiev bisa dilakukan dalam waktu dekat.

AS juga telah memindahkan kantor Kedutaan Besar dari Kiev ke kota Lviv di Ukraina barat yang dekat dengan perbatasan Polandia. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan akan terus mendorong solusi diplomatik untuk meredakan krisis tersebut.

"Jalan diplomasi tetap tersedia jika Rusia memilih untuk terlibat dengan itikad baik. Kami berharap untuk mengembalikan staf kami ke Kedutaan Besar segera setelah kondisi memungkinkan," kata Blinken.

3. Zelensky serukan hari persatuan Ukraina

Volodymyr Zelensky (Twitter.com/Володимир Зеленський)

Perusahaan swasta AS Maxar Technologies terus memantai aktivitas militer Rusia di Belarus, Krimea dan Rusia barat. Dalam citra satelit yang diambil selama 48 jam terakhir, terjadi peningkatan aktivitas.

Dilansir Associated Press, peningkatan aktivitas militer itu termasuk kedatangan helikopter, pesawat serang darat, dan jet tempur bomber. Pasukan darat juga terlihat meninggalkan garnisun dan unit tempur, lalu bergerak ke formasi konvoi.

Beberapa pejabat AS memperkirakan kemungkinan Rusia bisa melancarkan serangan ke Ukraina pada tanggal 16 atau 17 Februari. Tapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak mempercayainya. 

Menurut Reuters, dengan tegas Zelensky menyatakan "mereka memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan jadi hari penyerangan. Kami akan menjadikannya hari persatuan. Pada hari itu, kami akan mengibarkan bendera nasional kami, mengenakan spanduk kuning dan biru (warna bendera Ukraina), dan menunjukkan kepada seluruh dunia persatuan kami."

Kantor Presiden Ukraina telah menyebarkak dekrit yang menyerukan semua desa dan kota di Ukraina untuk mengibarkan bendera negara pada 16 Februari, dan seluruh bangsa menyanyikan lagu kegangsaan pada pukul 10 pagi. Seruan peningkatan gaji tentara dan penjaga perbatasan juga diumumkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us