Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Ingin Berdamai dengan Ukraina jika Diinisiasi oleh Trump

Duta Besar Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov. (x.com/@GGatilov)
Intinya sih...
  • Dubes Rusia sindir pernyataan Trump soal penyelesaian konflik Ukraina dalam semalam
  • Rusia membuka diri untuk perundingan damai dengan Ukraina, namun harus diprakarsai oleh Trump
  • Presiden Ukraina, Zelenskyy, menolak konsesi kepada Rusia dan masih berharap bergabung dengan NATO

Jakarta, IDN Times – Duta Besar Rusia di PBB Jenewa, Gennady Gatilov, mengatakan bahwa Moskow kini membuka diri untuk perundingan damai dengan Ukraina. Namun upaya itu harus diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump.

"Trump berjanji untuk menyelesaikan krisis Ukraina dalam semalam. Oke, mari kita bersikap realistis. Tentu saja bahwa ini tidak akan pernah terjadi. Namun jika dia memulai atau menyarankan sesuatu untuk memulai proses politik, itu disambut baik," kata Gatilov, dilansir Reuters.

Ia menambahkan bahwa negosiasi semacam itu perlu didasarkan pada realita di lapangan. Gatilov juga menggambarkan Ukraina berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun tersebut.

1. Zelenskyy ogah damai dengan Rusia

Pasukan Ukraina. (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Adapun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah berulang kali mengatakan bahwa perdamaian tidak dapat terwujud hingga semua pasukan Rusia diusir dan semua wilayah yang direbut dikembalikan oleh Moskow, termasuk Krimea.

Rencana kemenangan yang ia uraikan bulan lalu mempertahankan ketentuan tersebut. Ia juga masih berharap untuk bergabung dengan NATO. Tindakan ini yang telah lama dikecam oleh Rusia.

Dalam pertemuan dengan para pemimpin Eropa di Budapest minggu lalu, Zelenskyy mengatakan bahwa konsesi kepada Rusia tidak dapat diterima oleh Ukraina. Hal itu juga disebutnya sebagai tindakan bunuh diri bagi seluruh Eropa.

2. Pemulihan hubungan Rusia dan AS kemungkinan kecil terjadi

Bendera Rusia (Pixabay/IGORN)

Mengomentari soal pemulihan hubungan dengan AS, Gatilov menyatakan terpilihnya Trump membuka kemungkinan baru untuk berdialog dengan Washington ke depannya. Namun, pemulihan hubungan yang lebih luas sepertinya tidak mungkin terjadi.

"Terlepas dari pergeseran politik dalam negeri, Washington secara konsisten berupaya membendung Moskow, perubahan pemerintahan tidak banyak mengubahnya," katanya.

Ia melanjutkan bahwa satu-satunya perubahan yang mungkin terjadi adalah dialog antara Rusia dan AS. Kondisi itu disebutnya tak lagi dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

3. Trump sempat meminta Putin untuk deeskalasi di Ukraina

Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump. (x.com/@realDonaldTrump)

Dalam pemberitaan Washington Post, Senin (11/11/2024), Trump sempat berdiskusi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan meminta untuk meredakan ketegangan di Ukraina. Keduanya dikabarkan bercakap melalui panggilan telepon.

”Keduanya membahas tujuan perdamaian di benua Eropa dan Trump menyatakan minatnya dalam percakapan lanjutan untuk membahas penyelesaian perang Ukraina segera,” kata seorang sumber yang dikutip media itu.

Dalam kampanye presidennya, Trump telah berjanji untuk mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina. Ia bahkan mengklaim mampu mengakhiri konflik tersebut dalam sehari. Namun, rencana Trump itu masih belum jelas.

Trump telah memberi isyarat secara pribadi bahwa ia akan mendukung kesepakatan di mana Rusia tetap menguasai sebagian wilayah wilayah Ukraina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us