Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Lancarkan Serangan Besar-besaran ke Jaringan Listrik Ukraina

Bendera Rusia. (Pixabay.com/betexion)
Intinya sih...
  • Rusia melancarkan serangan udara terbesar ke Ukraina dalam hampir tiga bulan, menargetkan jaringan listrik dan infrastruktur energi.
  • Serangan menyebabkan kerusakan parah pada sistem energi Ukraina, memicu pemadaman listrik di beberapa wilayah termasuk Lviv, Odesa, dan Dnipropetrovsk.
  • Presiden Zelenskyy mengatakan sekitar 120 rudal dan 90 pesawat nirawak diluncurkan oleh Rusia, tetapi Ukraina berhasil menghancurkan lebih dari 140 target di udara.

Jakarta, IDN Times - Rusia telah melancarkan serangan udara terbesarnya ke Ukraina dalam hampir tiga bulan pada Minggu (17/11/2024). Serangan itu dengan meluncurkan rudal dan pesawat tak berawak yang menargetkan jaringan listrik.

Infrastruktur energi Ukraina telah berulang kali menjadi sasaran serangan Rusia sejak perang dimulai pada 2022. Serangan terhadap jaringan listrik semakin menekan Ukraina karena musim dingin akan segera datang.

1. Infrastruktur listrik rusak parah

Ilustrasi tiang listrik. (Unsplash.com/Andrey Metelev)

Maxim Timchenko, CEO DTEK, perusahaan listrik swasta terbesar di Ukraina menyampaikan serangan menyebabkan kerusakan parah pada sistem energi Ukraina. Dia mengatakan negara butuh sistem pertahanan udara tambahan dari sekutunya, dilansir Reuters.

DTEK telah memberlakukan pemadaman listrik darurat di wilayah selatan Odesa, tapi telah mencabutnya di tiga wilayah lain pada pagi hari. Ukrenergo, operator jaringan listrik nasional telah melakukan pekerjaan darurat di wilayah Odesa, Rivne, dan Volyn.

Para pejabat mengatakan ada kerusakan dalam infrastruktur penting dan pemadaman listrik di sejumlah wilayah mulai dari Volyn, Rivne, Lviv di barat hingga Dnipropetrovsk dan Zaporizhzhia di tenggara.

Serangan terbaru Rusia juga menyebabkan setidaknya tujuh orang tewas di Lviv, Mykolaiv, Odesa dan Dnipropetrovsk.

2. Ukraina halau serangan rudal dan drone

Bendera Ukraina. (Unsplash.com/Yehor Milohrodskyi)

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa sekitar 120 rudal dan 90 pesawat nirawak diluncurkan dalam serangan Rusia, tapi Ukraina berhasil menghancurkan lebih dari 140 target di udara.

"Target musuh adalah infrastruktur energi kami di seluruh Ukraina. Sayangnya, beberapa fasilitas mengalami kerusakan akibat serangan langsung dan reruntuhan bangunan," kata Zelenskyy, menambahkan beberapa daerah masih tanpa listrik dan sedang berupaya dipulihkan, dikutip dari CNN.

Zelenskyy juga menyampaikan musuh sekali lagi berusaha membuat kita kedinginan dan pingsan. Sejak awal September 2024, warga Kiev hampir setiap hari berada di jaringan kereta bawah tanah untun berlindung.

Rusia terakhir kali melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina pada 28 Agustus 2024, ketika menembakkan 127 rudal dan meluncurkan 109 pesawat nirawak.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah melancarkan serangan besar-besaran dengan senjata berbasis laut dan udara jarak jauh berpresisi tinggi dan pesawat nirawak serang yanf menargetkan infrastruktur energi.

3. Jerman disindir karena menghubungi Rusia

Bendera Jerman (Unsplash.com/Christian Wiediger)

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sibyha menuduh serangan baru itu sebagai tanggapan dari penjahat perang Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dihubungi pemimpin negara. Hal itu tampaknya menyindir Kanselir Jerman Olaf Scholz yang berbicara dengan Putin melalui telepon.

Scholz membela panggilan tersebut, yang dia sampaikan bahwa panggilan itu penting dan sangat terperinci. Dia mengatakan Putin hanya mengubah sedikit pandangannya terkait perang, dan telah mendesak Rusia menarik pasukannya.

Kanselir juga menambahkan bahwa tidak baik jika tidak ada pemimpin Eropa yang melakukan pembicaraan dengan pemimpin Rusia, sementara Amerika Serikat melakukannya.

Polandia, yang juga berbatasan dengan Ukraina telah mengerahkan angkatan udaranya karena khawatir terkena serangan. Negara itu melalui Perdana Menteri Donald Tusk juga menyindir percakapan pemimpin Jerman dengan Rusia.

"Serangan tadi malam, salah satu yang terbesar dalam perang ini, telah membuktikan diplomasi telepon tidak dapat menggantikan dukungan nyata dari seluruh Barat untuk Ukraina. Minggu-minggu selanjutnya akan menjadi penentu, tidak hanya untuk perang itu sendiri, tapi juga untuk masa depan kita," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
Rama
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Rama
EditorRama
Follow Us