Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demo Anti-Putin di Berlin Tuntut Rusia Tarik Pasukan dari Ukraina  

protes anti-Putin di Berlin, Jerman. (x.com/@yulia_navalnaya)

Jakarta, IDN Times - Sekitar 2 ribu demonstran yang menentang Presiden Rusia Vladimir Putin memadati jalanan Berlin, Jerman pada Minggu (17/11/2024).

Protes dipimpin tiga tokoh oposisi Rusia terkemuka yang kini berada dalam pengasingan. Mereka adalah Yulia Navalnaya, istri pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, serta Ilya Yashin dan Vladimir Kara-Murza yang baru dibebaskan dari penjara.

Para demonstran berbaris dari Potsdamer Platz menuju Kedutaan Besar Rusia. Mereka membawa spanduk besar bertuliskan "No Putin. No War". Massa juga meneriakkan slogan antiperang dalam bahasa Rusia.

Demonstrasi ini mengusung tiga tuntutan utama. Pertama, penarikan segera pasukan Rusia dari Ukraina. Kedua, mengadili Vladimir Putin sebagai penjahat perang. Ketiga, pembebasan seluruh tahanan politik di Rusia.

Yashin menyatakan demonstrasi ini menunjukkan pada dunia bahwa ada Rusia yang damai, bebas, dan beradab.

"Putin bukanlah Rusia. Rusia adalah kita dan kita menentang perang," ungkapnya, dikutip dari RFERL.

1. Istri Navalny dan dua mantan tahanan politik pimpin demonstrasi

Yulia Navalnaya tampil sebagai salah satu pemimpin utama demonstrasi. Suaminya, Alexei Navalny, meninggal dunia di penjara Siberia pada Februari lalu. Dalam pidatonya di podium, Navalnaya dengan lantang menyebut Putin sebagai pembunuh.

Dua tokoh lainnya, Ilya Yashin dan Vladimir Kara-Murza, baru dibebaskan melalui pertukaran tahanan pada Agustus lalu. Kara-Murza sebelumnya dipenjara selama lebih dari 2 tahun dengan 11 bulan dalam sel isolasi. Ia merupakan murid Boris Nemtsov, tokoh oposisi Rusia yang juga terbunuh. Sebelum dipenjara, ia memimpin LSM Open Russia yang kini dilarang oleh pemerintah Rusia.

Dilansir BBC, Oleg Orlov, pemenang Nobel Perdamaian, juga hadir dalam demonstrasi. Ia membawa spanduk bertuliskan "Kemenangan untuk Ukraina, Kekalahan untuk Putin, Kebebasan untuk Rusia". Orlov yang kini tinggal di Jerman menyerukan agar sekutu Ukraina terus memasok persenjataan.

Di tengah demonstrasi, Kara-Murza menyebut gedung kedutaan Rusia adalah sarang mata-mata.

"Ada jutaan orang di Rusia yang memiliki pemikiran sama dan menentang perang serta rezim Putin. Namun di Rusia, aksi seperti ini tidak mungkin dilakukan," ujar Kara-Murza.

2. Dubes Ukraina kritik aksi demonstrasi oposisi Rusia

Dilansir RFERL, Duta Besar Ukraina untuk Jerman, Oleksiy Makeev, mengkritik aksi ini sebagai demonstrasi tanpa dampak berarti. Ia menilai ketiga tokoh oposisi tidak cukup mendukung Kiev dan mengajak warga Rusia untuk memprotes di negara mereka sendiri.

Asosiasi pengungsi Ukraina di Jerman, Vitsche, juga menyatakan acara ini gagal menyampaikan pesan dukungan yang jelas untuk Ukraina. Pekan lalu, Navalnaya juga sempat diinterupsi demonstran Ukraina saat berpidato di Lisbon, Portugal. Para demonstran memutarkan suara sirene serangan udara dan menuntut agar ia mengecam perang.

Penggunaan bendera Rusia dalam demonstrasi menuai perdebatan di media sosial. Meski panitia menampilkan gambar aksi antianeksasi Krimea 2014 di poster pengumuman, banyak pihak menolak penggunaan bendera tersebut. Mereka menganggap bendera Rusia kini telah ternoda oleh perang brutal di Ukraina.

Dilansir AP,  demonstrasi ini juga dipandang sebagai upaya menyatukan kelompok oposisi Rusia yang selama ini terpecah-pecah pasca kematian Navalny. Para tokoh oposisi yang berada dalam pengasingan sejauh ini belum berhasil menyuarakan pendapat secara bulat dan menyajikan rencana aksi yang jelas.

3. Berlin jadi pusat demonstran Rusia di pengasingan

Jerman telah menjadi rumah bagi sekitar 235 ribu warga Rusia, belum termasuk jutaan etnis Jerman dari Eropa Timur dan warga keturunan Rusia yang kini memegang kewarganegaraan Jerman.

Para demonstran berasal dari berbagai negara, termasuk Norwegia, Siprus, dan Polandia. Seorang pekerja IT bernama Anastasia yang berasal dari Kazan, Rusia, mengatakan ia meninggalkan negaranya pada Maret 2022. Ia mengaku tidak bisa tinggal di negara yang melancarkan perang yang ditentangnya. Menurutnya, aksi protes semacam ini tidak mungkin dilakukan di negara otoriter.

Melansir DW, rute pawai melewati lokasi-lokasi bersejarah seperti Checkpoint Charlie, bekas pos penyeberangan antara Berlin Timur dan Barat selama Perang Dingin. Demonstrasi juga melewati Russian House yang disebut Moskow sebagai pusat kebudayaan mereka di Berlin. Peserta demo terdiri dari berbagai kelompok, mulai dari pendukung Navalny, kelompok anarkis, hingga perekrut sukarelawan perang Ukraina.

Demonstrasi berakhir di depan gedung megah Kedutaan Besar Rusia di Unter den Linden. Navalnaya mengingatkan bahwa protes harus dilakukan secara rutin seperti aktivitas bekerja sehari-hari. Ia mendesak masyarakat terus berunjuk rasa demi memberi suara bagi warga Rusia di dalam negeri yang tidak bisa melakukannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us