Rusia: Negosiasi Perdamaian di Ukraina Berjalan Sulit

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, pada Minggu (23/3/2025), mengatakan bahwa negosiasi antara Rusia-Ukraina cukup sulit. Ia menyebut semua upaya ini hanyalah sebuah permulaan dari negosiasi panjang.
"Kami baru berada di masa-masa awal dari negosisasi perdamaian. Memang terdapat beberapa pertanyaan soal potensi gencatan senjata ini akan diterapkan. Namun, di depan mata masih ada negosiasi damai yang sulit," terangnya.
Sebelumnya, Peskov sudah memperingatkan bahwa Uni Eropa (UE) justru memilih jalan militerisasi dibanding perdamaian. Ia menuding Eropa tidak ingin menyelesaikan perang dan malah berniat memperpanjang konflik di Ukraina.
1. Rusia berniat lanjutkan inisiatif koridor gandum di Laut Hitam
Peskov mengatakan bahwa Rusia akan berbicara dengan Amerika Serikat (AS) untuk mendiskusikan soal pengembalian perjanjian jalur gandum di Laut Hitam pada 2022.
"Pada Senin, kami akan melanjutkan dialog mengenai perjanjian yang disetujui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melanjutkan inisiatif Laut Hitam. Negosiator kami sudah siap mendiskusikan permasalahan ini," ungkapnya, dikutip The Moscow Times.
Moskow sudah menarik diri dari perjanjian yang diinisiasi oleh Turki dan PBB. Pada 2023, Rusia menuding Barat gagal melanjutkan komitmennya untuk mengurangi sanksi kepada ekspor pertanian dan pupuk dari Rusia.
Rencananya delegasi Rusia dan Ukraina akan mengadakan dialog terpisah dengan delegasi AS di Arab Saudi dalam 48 hari ke depan. Dialog ini sebagai upaya penyelesaian perang Ukraina yang sudah berlangsung 3 tahun lamanya.
2. Rusia harapkan dialog konstruktif dengan Ukraina di Arab Saudi
Anggota parlemen Rusia, Grigory Karasin mengatakan bahwa Rusia mengharapkan dialog terpisah antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh AS. Ia menyebut langkah ini untuk memecah kebuntuan.
"Kami berharap dapat mencapai setidaknya beberapa progres dari penyelesaian konflik di Ukraina. Saya percaya bahwa dialog ini konstruktif, tapi di sisi lain, ada perasaan dialog tersebut tidak berjalan dengan baik," ungkapnya.
Karasin diketahui akan mewakili Rusia bersama dengan Penasehat Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), Sergey Beseda, dalam dialog tersebut.
Sebelumnya, Rusia menolak proposal gencatan senjata selama 30 hari yang sudah disetujui oleh AS dan Ukraina. Namun, Moskow malah mengusulkan gencatan senjata hanya dibatasi di udara dan infrastruktur energi.
3. Trump sebut hanya dia yang mampu hentikan Putin

Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia adalah satu-satunya orang yang dapat menghentikan perang di Ukraina.
"Saya tidak berpikir bahwa terdapat seseorang di dunia yang dapat menghentikan Presiden Rusia Vladimir Putin, kecuali saya. Dan saya piikir saya akan mampu menghentikannya. Kami memiliki berdikusi sangat rasional dan saya ingin melihat tidak ada lagi orang yang terbunuh," tutur Trump, dilansir Politico.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengadakan kunjungan ke garis depan di Kharkiv. Ia menyerukan agar semua pihak menekan Rusia untuk bersedia mewujudkan gencatan senjata yang berkelanjutan di Ukraina.