Rusia Ragukan Hasil Pilpres dan Referendum di Moldova

- Dmitry Peskov meragukan hasil referendum dan pilpres UE di Moldova, menyebut pemerintahan Maia Sandu mencabut keadilan pemilu.
- Maia Sandu mengakui adanya kecurangan dalam pilpres dan referendum UE, serta mengklaim Rusia berusaha membeli suara warga Moldova.
- Perwakilan Luar Negeri UE Josep Borrell menyambut baik hasil referendum di Moldova, menyatakan akan terus mendukung reformasi dan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, pada Senin (21/10/2024) mengatakan bahwa hasil pilpres dan referendum Uni Eropa (UE) di Moldova meragukan. Ia mengklaim warga Moldova seharusnya tidak menyetujui bergabung dengan UE dalam referendum ini.
Menjelang pemilu, situasi di Moldova terus diliputi ketegangan setelah munculnya dugaan Rusia membayar warga untuk menolak bergabung dengan UE. Moskow bahkan disebut sudah melatih ratusan warga Moldova di Serbia dan Bosnia untuk mengacaukan pilpres dan referendum.
1. Klaim pemilu di Moldova tidak bebas dan adil
Peskov mengatakan, sulit memahami bagaimana hasil referendum tersebut menyetujui bergabung dengan UE. Ia mengatakan pemerintahan Presiden Moldova Maia Sandu sudah mencabut keadilan dan kebebasan pemilu di negaranya.
"Hasil referendum dan pilpres yang kita dapat lihat bersama dan perubahannya, tentu memunculkan banyak pertanyaan. Ini merupakan hasil dari pemerintah Moldova yang mencegah lawan politiknya untuk berkompetisi secara adil. Dari situasi terkini, kami dapat melihat banyak warga yang tidak mendukung ideologi Presiden Maia Sandu," terangnya, dilansir The Moscow Times.
Ia pun menampik tuduhan bahwa Rusia mengintervensi pilpres Moldova tahun ini. Peskov juga mendesak pemerintah Moldova untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa Rusia memang ikut campur.
Sementara, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan banyak warga Moldova di Rusia yang mengkritisi keputusan pemerintah yang hanya membuka dua tempat pemungutan suara di Moskow.
2. Lebih dari separuh warga Moldova setuju bergabung dengan UE
Pada hari yang sama, Sandu mengakui bahwa terdapat kecurangan selama berlangsungnya pilpres dan referendum UE di Moldova. Ia pun mengapresiasi warga akhirnya setuju negara pecahan Uni Soviet itu bergabung dengan UE dengan keunggulan tipis 50,46 persen.
"Rakyat Moldova sudah menjawab: masa depan kita di UE akan berlabuh di dalam konstitusi. Kita sudah berjuang keras dengan adil di dalam sebuah pertarungan yang tidak dijalankan secara adil. Namun, kita akhirnya berhasil memenangkannya," tutur Sandu, dikutip Reuters.
Presiden berusia 52 tahun itu menyebut memiliki bukti bahwa kelompok kriminal yang didukung oleh negara asing berupaya merusak kepentingan negara. Ia mengklaim Rusia sudah berusaha membeli 300 ribu suara warga Moldova.
Ia menyebut Rusia telah berusaha menyebarkan propaganda dan melakukan segala cara untuk menjebak warga Moldova dalam ketidakjelasan dan ketidakstabilan selama berada di dalam orbitnya.
3. Uni Eropa sambut baik hasil referendum di Moldova

Perwakilan Luar Negeri UE Josep Borrell menyambut baik hasil referendum di Moldova. Ia menyatakan akan terus mendukung reformasi, pembangunan demokrasi, serta pertumbuhan ekonomi di Moldova.
"Uni Eropa dan Moldova saling berbagi masa depan bersama. Hasil referendum di Moldova menunjukkan bahwa lebih dari separuh rakyat Moldova telah memilih bergabung bersama blok Eropa," tuturnya.
Sementara itu, Sandu berhasil unggul dalam pilpres Moldova dengan perolehan 42,45 persen suara. Namun, ia gagal menang satu putaran dan akan menjalani putaran kedua melawan kandidat pro-Rusia Alexandr Stonianoglo pada 3 November.
Dalam putaran kedua, Sandu masih difavoritkan unggul dan diprediksi mampu memenangkan pilpres. Namun, ia harus mengambil suara warga yang memilih beberapa kandidat oposisi di Moldova yang dikenal pro-Rusia.