Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sayap Kanan Jerman Gelar Demonstrasi usai Tragedi Magdeburg

Ilustrasi bendera Jerman. (unsplash.com/Christian Wiediger)
Intinya sih...
  • Partai sayap kanan AfD menggelar demonstrasi "aksi memorial" di Magdeburg setelah serangan mobil menewaskan lima orang, memanfaatkan tragedi sebagai momentum antiimigran.
  • Tersangka serangan adalah psikiater Arab Saudi yang tinggal di Jerman sejak 2006, aktif di media sosial dengan konten anti-Islam dan mendukung teori konspirasi sayap kanan.
  • Pemerintah Jerman dikecam kelompok anti-AfD karena tidak mencegah serangan ini, sementara pihak berwenang menuntut penerapan undang-undang keamanan internal yang lebih ketat.

Jakarta, IDN Times - Partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) menggelar demonstrasi yang mereka sebut sebagai "aksi memorial" pada Senin (23/12/2024). Ratusan pendukung AfD berkumpul di depan katedral kota Magdeburg, lokasi serangan mobil yang menghantam pasar Natal pada Jumat (20/12/2024) pekan lalu.

Serangan tersebut menewaskan lima orang, termasuk seorang anak berusia sembilan tahun dan empat wanita. Lebih dari 200 orang lainnya mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.

AfD memanfaatkan tragedi ini sebagai momentum menyuarakan agenda antiimigran mereka. Bersamaan dengan aksi AfD, kelompok antiekstremis "Don't Give Hate a Chance" juga mengadakan aksi tandingan di lokasi yang sama.

Serangan ini telah memantik perdebatan soal kebijakan keamanan dan imigrasi di Jerman menjelang pemilihan umum bulan Februari mendatang.

1. AfD manfaatkan tragedi untuk kampanye isu imigran

Salah satu pemimpin AfD di negara bagian Saxony-Anhalt, Jan Wenzel Schmidt, hadir memimpin demonstrasi tersebut. Ia mengklaim tragedi ini sebagai bukti kegagalan kebijakan imigrasi pemerintah Jerman.

"Teror telah tiba di kota kami. Kita harus menutup perbatasan. Kita tidak bisa lagi menerima orang gila dari seluruh dunia," ujar Schmidt, dilansir Al Jazeera.

Massa pendukung AfD berulang kali meneriakkan "deportasi" selama aksi berlangsung. AfD saat ini menempati posisi kedua dalam jajak pendapat nasional dan memiliki basis kuat di wilayah Jerman timur, termasuk kota Magdeburg.

Pemimpin AfD lain, Alice Weidel, menyalahkan ekstremis Islam dalam pidatonya. Ia menyebut serangan tersebut sebagai tindakan kebencian terhadap orang Jerman dan umat Kristiani, meski fakta menunjukkan tersangka justru memiliki pandangan anti-Islam.

Kelompok anti-AfD mengecam aksi ini. Mereka menyatakan bahwa partai sayap kanan tersebut sengaja mengeksploitasi tragedi demi kepentingan politik semata.

2. Tersangka miliki latar belakang kontradiktif

Polisi menangkap Taleb al-Abdulmohsen, seorang psikiater berusia 50 tahun asal Arab Saudi, sebagai tersangka serangan. Ia telah tinggal di Jerman sejak 2006 dan mendapat status pengungsi pada 2016.

Media Jerman Die Welt melaporkan tersangka pernah menjalani perawatan psikologis. Ia aktif mengunggah konten-konten anti-Islam di media sosial dan mendukung teori konspirasi sayap kanan tentang "Islamisasi Eropa".

Presiden Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman, Holger Munch, mengungkapkan Arab Saudi telah memperingatkan pihak Jerman tentang al-Abdulmohsen sejak 2023.

"Pria ini mengunggah banyak konten di internet. Ia juga berkali-kali bermasalah dengan otoritas, melontarkan hinaan dan ancaman. Namun ia tidak pernah tercatat melakukan tindak kekerasan," jelas Munch, dilansir The Independent.

Seorang pengacara Arab Saudi di Jerman, Taha al-Hajji, menggambarkan tersangka sebagai sosok yang bermasalah. Al-Abdulmohsen kerap membuat masalah dan terisolasi dari komunitas aktivis oposisi Saudi di Jerman.

Jaksa lokal Magdeburg menduga ketidakpuasan tersangka terhadap perlakuan pengungsi Saudi di Jerman bisa menjadi salah satu motif serangan. Namun motif pasti masih dalam penyelidikan.

3. Penyebaran hoaks dikhawatirkan semakin marak menjelang pemilu Jerman

Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck mengkhawatirkan serangan ini akan memicu gelombang hoaks menjelang pemilu nasional Februari 2024. Ia menyerukan masyarakat Jerman agar tidak terprovokasi kebencian.

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mendesak penerapan undang-undang keamanan internal yang lebih ketat. Ia berjanji menuntaskan investigasi dan meminta penambahan personel keamanan serta penerapan pengawasan biometrik.

Melansir Le Monde, jaksa telah menahan tersangka dengan lima tuduhan pembunuhan dan 205 tuduhan percobaan pembunuhan. Tersangka kini ditahan di fasilitas keamanan tinggi sambil menunggu persidangan.

Tragedi ini mengingatkan serangan pasar Natal Berlin 2016 yang menewaskan 13 orang. Sejak saat itu, pasar Natal di Jerman mendapat pengamanan khusus dengan barikade dan petugas keamanan. Namun tersangka kali ini berhasil memanfaatkan celah lima meter yang tidak terlindungi untuk menjalankan aksinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us