Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Selamat Tinggal Sistem Perhitungan Usia Korea, Senang Jadi Muda Lagi!

ilustrasi hanbok (unsplash.com/Kseniya Petukhova)

Jakarta, IDN Times - Pada Juni 2023, Korea Selatan telah menghapus metode perhitungan usia yang selama ini mereka terapkan, yakni setahun lebih tua dari perhitungan usia internasional.

Di Korea Selatan, seseorang dianggap berusia satu tahun ketika dilahirkan. Artinya, ketika masih di dalam kandungan, mereka sudah dihitung sebagai tahun pertama kehidupan.

Melansir Korea Herald, penghapusan sistem perhitungan tersebut akan berlaku pada 28 Juni 2023 setelah undang-undang yang direvisi di negara itu berlaku.

1. Sistem usia di Korea membuat bingung

Seoul, Korea Selatan (ANTARA FOTO/REUTERS/KIM HONG-JI)

Dihapuskannya sistem perhitungan usia yang membuat orang Korea menjadi lebih tua satu tahun dibandingkan warga negara lain itu menuai reaksi positif dari masyarakatnya.

Hal itu juga karena di Asia Timur hanya Korea Selatan yang masih menerapkan sistem tersebut. Jepang, China, bahkan Korea Utara sudah tidak lagi menggunakan perhitungan itu sejak lama.

Mahasiswa Universitas Yonsei, Korea Selatan, Lee Noa (26), menilai, sistem usia Korea tersebut cukup ketinggalan zaman. Menurutnya, mereformasi sistem usia Korea agar selaras dengan metode yang diakui secara internasional sudah lama tertunda.

"Sistem usia di Korea menyebabkan kebingungan antara warga negara Korea dan orang asing. Banyak orang asing yang berkunjung ke Korea sering bingung dengan sistem penghitungannya," kata Noa kepada IDN Times, Rabu (14/6/2023).

Menurut dia, sistem tersebut juga selama ini diterapkan untuk anak-anak yang akan mulai masuk ke sekolah dasar sehingga menyebabkan jarak usia antar siswa lebih lebar dari seharusnya.

"Saya percaya itu juga memberikan kontribusi kebingungan yang tidak perlu berkaitan dengan sengketa hukum dan sosial," kata mahasiswa jurusan Political Science itu.

2. Sistem umur di Korea bertentangan dengan hierarki

(Para pelajar SMA di Korsel antre untuk bisa masuk ke kantin) Kantor berita Yonhap

Noa mengatakan, baginya, pembulatan umur berdasarkan tahun itu sudah secara intrinsik bertentangan dengan hierarki yang diterapkan. Peraturan itu, kata dia, membingungkan masyarakat.

"Alih-alih menghitung usia berdasarkan tahun dan bulan kelahiran, gagasan untuk secara kolektif melabeli orang yang lahir pada tahun yang sama dengan usia yang sama tidak logis," kata dia.

Misalnya, kata dia, seseorang yang lahir pada 1 Januari 1997 dan 31 Desember 1997 akan memiliki usia yang sama. Seseorang yang lahir pada bulan Maret 1997 dan Desember 1997 dengan selisih 9 bulan juga dianggap umur yang sama.

"Namun, saya ingin menunjukkan bahwa sistem usia Korea ini diterapkan sebagian besar dalam pengaturan budaya dan sosial. Ini menarik karena orang-orang masih merayakan ulang tahun masing-masing meskipun semuanya sudah menua bersama pada awal tahun," kata dia.

3. Budaya seputar usia di Korea telah berubah

(Para pelajar SMA di Korsel menikmati makan di kantin dengan pembatas) Kantor berita Yonhap

Noa mengatakan, budaya seputar usia telah berubah drastis selama beberapa tahun terakhir di kampus-kampus universitas Korea.

Hal itu karena beberapa siswa Korea juga kembali mengambil tahun terakhir sekolah menengah untuk masuk ke universitas yang lebih baik. Kemudian hal itu juga dilakukan untuk memenuhi wajib militer, mengambil cuti untuk magang hingga peminatan lainnya.

"Rentang usia antara siswa bahkan dalam tahun masuk yang sama telah menjadi lebih luas. Berdasarkan pengalaman saya, jika lahir di tahun yang sama, maka kita memperlakukan mereka sebagai teman meskipun mereka setahun di atas kita," kata dia.

4. Senang sistem perhitungan usia Korea dihapus

Potret kota Seoul di Korea Selatan yang menjadi salah satu kota terbaik di Asia. (pexels.com/Sesinando)

Lebih lanjut, Noa mengaku senang karena dengan dihilangkannya sistem perhitungan usia Korea, maka dia dan orang-orang di sekitarnya menjadi 1-2 tahun lebih muda.

"Meskipun waktu tidak terbalik, menjadi lebih muda secara resmi terasa menyenangkan. Di bawah sistem lama, orang tampaknya menjadi sangat stres ketika mereka mencapai usia 29 atau 30 tahun," kata dia.

"Saya rasa ini berasal dari tekanan mencapai usia 30, usia ketika orang berharap untuk mulai berumah tangga, menikah, mencapai status sosial tertentu. Sebenarnya, orang-orang ini baru berusia 27-29 tahun pada usia internasional, jadi wajar jika mereka belum sepenuhnya memetakan kehidupan," lanjut dia.

Noa mengaku percaya bahwa sistem perhitungan usia yang baru ini akan diterima masyarakat seutuhnya membutuhkan waktu 2-3 tahun. Terutama dalam hal pengaturan pribadi dan sosial.

"Namun, saya sangat senang akhirnya menjadi usia saya yang sebenarnya di tempat umum dan bahkan di antara teman-teman," ucap dia.

5. Sistem penghitungan usia Korea dihapus untuk kurangi biaya sosial ekonomi

Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol (twitter.com/President_KR)

Sistem penghitungan usia Korea diketahui telah menuai kritik dari para politisi di negara tersebut, termasuk dari Presiden Yoon Suk Yeol.

Melansir, The Guardian.com, masih diterapkannya sistem tersebut membuat Korea Selatan dinilai ketinggalan zaman dari segi ekonomi, teknologi, dan budaya global.

Presiden Yoon Suk Yeol pun mengkritik berbagai metode untuk menghitung usia itu sebagai sumber daya yang terkuras.

Oleh karena itu, menyelaraskan sistem usia Korea dengan norma internasional adalah salah satu janji kampanye Presiden Yoon. Hal itu dilakukan dengan merevisi undang-undang yang mulai berlaku pada Juni 2023.

“Revisi ini bertujuan untuk mengurangi biaya sosial ekonomi yang tidak perlu karena perselisihan hukum dan sosial serta kebingungan terus berlanjut karena perbedaan cara menghitung usia,” kata perwakilan Partai Kekuatan Rakyat di parlemen, Yoo Sang Bum.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us