Separuh Kota Besar di China Terancam Tenggelam

Jakarta, IDN Times - Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science memperingatkan, hampir separuh dari kota-kota besar di China menghadapi penurunan permukaan tanah dalam skala sedang hingga parah. Hal itu meningkatkan risiko banjir dan akan berdampak pada jutaan orang di negara tersebut.
Penelitian yang diterbitkan pada Kamis (18/4/2024) menjelaskan, 45 persen lahan perkotaan China tenggelam lebih cepat 3 mm per tahun. Sekitar 16 persen berada pada kecepatan lebih dari 10 mm per tahun.
1. China menderita kerugian tahunan sebesar Rp16,2 triliuan

Para ilmuwan dari South China Normal University mengatakan, tingginya tingkat penurunan permukaan tanah disebabkan oleh menurunnya permukaan air dan beban bangunan serta infrastruktur.
Dilansir Independent, studi tersebut menyoroti kota Shanghai yang terus mengalami ambles tenggelam hingga 3 meter selama satu abad terakhir. Sementara, Beijing tenggelam 45 mm setiap tahunnya di dekat kereta bawah tanah dan jalan raya.
"Subsidensi (penurunan permukaan tanah) membahayakan integritas struktural bangunan dan infrastruktur penting serta memperburuk dampak perubahan iklim dalam bentuk banjir, khususnya di kota-kota pesisir yang menyebabkan kenaikan permukaan laut," kata Robert Nicholls dari Tyndall Center for Climate Change Research di University of East Anglia.
Kerugian tahunan yang diderita China dinilai sebesar 1 miliar dolar AS (Rp16,2 triliun) akibat penurunan permukaan tanah. Para peneliti juga mengatakan, hampir seperempat daratan pesisir China mungkin akan berada di bawah permukaan laut pada akhir abad ini.
2. Pengambilan air bawah tanah jadi masalah
Tim peneliti dari beberapa universitas di China meneliti 82 kota, termasuk kota dengan populasi lebih dari 2 juta jiwa. Mereka menggunakan data dari satelit Sentinel-1.
“Selain pola penurunan muka tanah kota secara nasional, kami mengidentifikasi beberapa faktor alam dan manusia yang terkait dengan penurunan permukaan tanah kota," kata tim tersebut dikutip dari Live Science.
Mereka juga menemukan hubungan kuat antara tenggelamnya kota dan hilangnya air tanah. Ini menyebabkan ruang pori-pori di kerak bumi jadi padat seiring dengan bertambahnya beban di atasnya.
"Sebagian besar perubahan air tanah disebabkan oleh antropogenik (bencana akibat kelalaian manusia)," jelas mereka.
3. Ancaman banjir terhadap ratusan juta penduduk

Dilansir BBC, dari 82 kota yang diteliti, sekitar 67 juta orang tinggal di daerah yang mengalami penurunan permukaan air dengan cepat. Ada lima titik wilayah utama masalah tersebut yakni di Changchun dan Harbin, Beijing dan Tianjin, Zhengzhou dan Pingdingshan, Wenzhou dan Fuzhou, serta Kunming dan Nanning.
"Saya pikir ekstraksi air merupakan alasan yang dominan," kata Robert Nicholls, dari Universitas East Anglia yang tidak tergabung dengan tim peneliti.
"Di China, banyak orang tinggal di wilayah yang baru saja mengalami sedimentasi secara geologis. Jadi, ketika air tanah diambil atau tanah dikeringkan, maka akan cenderung tenggelam (ambles)," jelasnya.
Tim peneliti mengatakan, ancaman terbesar di masa depan adalah paparan penduduk terhadap banjir. Ini merupakan kombinasi penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut yang disebabkan perubahan iklim.
Pada 2020, sekitar 6 persen wilayah China memiliki ketinggian relatif di bawah permukaan laut. Dalam 100 tahun, ini dapat meningkat hingga 26 persen. Bahkan daratan disebut lebih cepat ambles dibanding kenaikan air laut, di mana banjir mengancam ratusan juta orang.