Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Singapura Bersiap Hidup dengan Strategi Baru Hadapi COVID-19

Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)
Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)

Jakarta, IDN Times - Singapura dikabarkan bersiap untuk menggunakan strategi baru dalam menghadapi COVID-19. Mereka berencana membuka kembali sektor bisnis dan bersiap menjalani hidup bersama virus corona seperti halnya dengan penyakit umum yang lain seperti influenza.

Hal ini akan mengubah paradigma negara tersebut terhadap kasus kematian akibat virus corona. Meski demikian, Singapura saat ini tercatat sebagai negara dengan tingkat kematian yang rendah dan tingkat vaksinasi COVID-19 tertinggi di dunia.

"Satu-satunya cara agar tidak ada kematian akibat sebuah penyakit, di mana saja di dunia, adalah dengan menghilangkan sama sekali penyakit itu dan itu sudah dilakukan pada penyakit cacar," kata Presiden Masyarakat Asia Pasifik untuk Mikrobiologi Klinis dan Infeksi, Paul Tambyah, seperti dilaporkan Reuters yang dikutip ANTARA, Selasa (17/8/2021).

Menteri kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan saat aktivitas ekonomi dibuka nanti, warga harus secara psikologis siap dengan angka kematian akibat COVID-19 yang mungkin akan meningkat.

1. Dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Singapura akan memandang COVID-19 layaknya flu

Para calon penumpang menunggu kendaraan yang akan membawa mereka meninggalkan Woodlands Causeway untuk menyeberang ke Singapura dari Johor pada 17/3/2020, beberapa jam sebelum Malaysia memberlakukan lockdown (karantina wilayah) karena wabah virus corona. ANTARA/REUTERS
Para calon penumpang menunggu kendaraan yang akan membawa mereka meninggalkan Woodlands Causeway untuk menyeberang ke Singapura dari Johor pada 17/3/2020, beberapa jam sebelum Malaysia memberlakukan lockdown (karantina wilayah) karena wabah virus corona. ANTARA/REUTERS

Para ahli kesehatan mengatakan bangsa itu kemungkinan akan menganggap ratusan kematian setiap tahun akibat COVID-19, sama seperti flu. Pendekatan pragmatis itu akan menjadi contoh bagi negara-negara lain yang ingin keluar dari penguncian ketika mereka mempercepat program vaksinasinya.

Kasus kematian akibat COVID-19 di Singapura rendah dan tingkat vaksinasi mereka tertinggi di dunia. Singapura melaporkan hanya 44 kematian akibat COVID-19 sejak awal pandemi pada Januari 2020. Sebagai perbandingan, ada sekitar 800 kematian akibat flu biasa dalam setahun di negara berpenduduk 5,7 juta itu.

"Sementara gagasan tentang ratusan kematian akibat COVID-19 terlihat mengejutkan dibandingkan angka kematian selama ini dan layak dilakukan upaya pencegahan, itu setara dengan influenza yang tidak dipedulikan masyarakat," kata Alex Cook, pakar pemodelan penyakit menular di Universitas Nasional Singapura (NUS).

2. Singapura bersiap hadapi lonjakan kasus kematian, terutama lansia

Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)
Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)

Dengan keputusan ini, Singapura pun akan bersiap untuk menghadapi lonjakan kasus kematian. Dalam satu dua tahun ke depan, diperkirakan akan ada sekitar seribu orang meninggal akibat COVID-19 jika vaksinasi bagi lansia tidak ditingkatkan.

Para ahli pun memperkirakan mayoritas kematian akan terjadi di kelompok usia paling tua yang belum divaksinasi meski memenuhi syarat hingga setengah tahun ke depan. 

"Hasil awal model matematika menunjukkan bahwa angka kematian di antara lansia berusia 60 ke atas diprediksi mencapai 480 orang pada 2022," kata Dekan Sekolah Kesehatan Publik Saw See di NUS, Teo Yik Ying.

3. Singapura diprediksi jadi negara pertama yang terapkan strategi ini

Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)
Ilustrasi Singapura (IDN Times/Indiana)

Tiga perempat populasi Singapura telah menerima vaksin COVID-19 secara lengkap, dan negara itu berencana melonggarkan pembatasan pada September ketika tingkat vaksinasi mencapai 80 persen. Hingga 16 Agustus, 80 persen warga berusia 70 tahun ke atas telah divaksin penuh, begitu pula 88 persen warga berusia 60-69 tahun.

Singapura mencatat enam orang meninggal akibat COVID-19 dalam dua pekan terakhir dan tak satu pun dari mereka telah menjalani vaksinasi.

"Jika negara mulai bergerak menuju strategi COVID-19 yang endemik, harapannya akan ada lebih banyak kematian akibat penyakit itu, meskipun masih belum jelas berapa banyak dari kematian itu dianggap berlebih dan berapa banyak kematian itu terjadi terlepas dari (ada tidaknya) COVID-19," kata Teo.

Negara-negara lain yang sempat berhasil mengatasi virus corona di awal pandemik, seperti Australia, juga tengah mengganti strategi mereka untuk bersiap menghadapi lebih banyak kematian di mana COVID-19 akan tetap ada. Singapura, mungkin akan menjadi negara pertama yang menunjukkan apa arti sebenarnya dari kondisi itu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us