Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sudan-Rusia Setuju Pendirian Pangkalan Militer Moskow

ilustrasi kapal (unsplash.com/Asael Peña)
Intinya sih...
  • Sudan dan Rusia sepakat mendirikan pangkalan angkatan laut di Laut Merah, yang merupakan jalur perdagangan strategis dunia.
  • Rusia akan membangun pusat logistik angkatan laut, menempatkan kapal perang, termasuk kapal bertenaga nuklir, serta penerjunan 300 personel di Sudan.
  • Konflik antara militer Sudan dan RSF memperumit hubungan Rusia-Khartoum, sementara krisis kemanusiaan di negara tersebut semakin memburuk.

Jakarta, IDN Times - Sudan telah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk mendirikan pangkalan angkatan laut di Laut Merah. Kesepakatan itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Ali Yousuf Al-Sharif saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, di Moskow pada Rabu (12/2/2025).

"Kami sepakat sepenuhnya mengenai hal ini dan tidak ada kendala. Kami telah mencapai pemahaman bersama mengenai masalah ini. Oleh karena itu, masalahnya sangat sederhana, kami telah menyetujui segalanya," ungkap Yousuf, dikutip dari Middle East Monitor.

Angkatan laut AS, China, dan Prancis telah lebih dulu hadir di perairan tersebut, yang merupakan jalur strategis dan perdagangan utama. Perairan Laut Merah menyediakan jalur strategis yang penting bagi perdagangan global, serta pusat pertahanan dan geopolitik.

Kesepakatan pada Rabu telah dibahas sejak masa pemerintahan mantan Presiden Omar al-Bashir pada 2019 dan ditandatangani pada 2020. Namun, kesepakatan itu sempat tertunda sejak pecahnya perang antara militer dan paramiliter Sudan (RSF) pada 2023.

1. Rusia bangun pangkalan di Sudan usai Suriah akhiri perjanjian pangkalan militer

ilustrasi seorang pria sedang mengibarkan bendera Sudan dengan bahagia. (pexels.com/Aladdin Mustafa)

Mengutip BBC, kepentingan Rusia di Pelabuhan Sudan meningkat di tengah kekhawatiran Moskow kehilangan aset militernya di Suriah. Pemerintahan baru Damaskus pada bulan lalu mengakhiri perjanjian yang memberikan Negara Beruang Merah itu sewa jangka panjang untuk pelabuhan, tempat satu-satunya pangkalan angkatan laut Kremlin di luar negeri.

Laut Merah adalah salah satu jalur perairan paling strategis dan penting di dunia. Perairan itu menghubungkan Terusan Suez hingga ke Samudera Hindia. Sekitar 12 persen perdagangan global melewati perairan tersebut.

Moskow selama bertahun-tahun telah berupaya mendirikan pangkalan di dekat Pelabuhan Sudan. Perjanjian dengan Sudan yang akan berlangsung selama 25 tahun menyepakati bahwa Rusia akan membangun pusat logistik angkatan laut, dan menempatkan kapal perang, termasuk kapal bertenaga nuklir, serta penerjunan 300 personel.

Rusia juga telah memperluas pengaruhnya di negara-negara Afrika lainnya, termasuk menandatangani perjanjian kerja sama militer dan mengusir sekutu Barat.

2. Moskow perkuat dukungan ke militer Sudan

bendera Rusia (pexels.com/Сергей Велов)

Perang saudara yang dimulai pada 2023 antara militer Sudan dan RSF semakin memperumit hubungan antara Rusia dan Khartoum. Kelompok Wagner yang didukung Moskow mendukung RSF, sementara Kremlin tampaknya mendukung tentara Sudan.

Menurut peneliti di lembaga pemikir Royal United Services Institute, Samuel Ramani, Rusia berpihak pada kedua sisi.  Namun, sejak kematian pemimpin kelompok Wagner, Yevgeny Prigozhin, Moskow secara bertahap memperdalam hubungan dengan tentara Sudan.

Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat Rusia dilaporkan mengunjungi Pelabuhan Sudan dan berupaya membina hubungan dengan kedua pihak yang bertikai dalam perang saudara tersebut. Pada April lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Moskow, Mikhail Bogdanov, menjanjikan dukungan tanpa batas untuk militer Sudan. 

Rusia juga mendukung Khartoum di dewan keamanan PBB, dengan memveto resolusi yang menyerukan gencatan senjata karena alasan kemanusiaan. Tentara Sudan telah memenangkan serangkaian pertempuran melawan RSF dalam beberapa bulan terakhir dan semakin yakin akan kemenangan atas paramiliter tersebut. 

3. Perang saudara menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di Sudan

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Khaled Akacha)

Organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan mengatakan Sudan menjadi tempat terjadinya krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Negara itu memiliki populasi pengungsi internal terbesar dan kekhawatiran akan terjadinya kelaparan di beberapa bagian negara tersebut.

Uni Afrika memperingatkan bahwa perang saudara yang terjadi telah menghambat akses terhadap bantuan kemanusiaa. Itu menyebabkan kurangnya pasokan makanan dan memperburuk kelaparan.

Organisasi itu memperingatkan bahwa ratusan ribu anak kini mengalami kekurangan gizi. Pejabat senior Uni Afrika untuk kesejahteraan anak, Wilson Almeida Adao, mengatakan bahwa rawat inap di rumah sakit karena kekurangan gizi meningkat sebesar 44 persen pada 2024, dengan lebih dari 431 ribu anak menerima perawatan, dilansir Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Angga Kurnia Saputra
EditorAngga Kurnia Saputra
Follow Us