Taiwan Uji Coba Senjata HIMARS Buatan AS untuk Pertama Kalinya

Jakarta, IDN Times – Taiwan melakukan uji coba pertamanya terhadap sistem senjata HIMARS buatan Amerika Serikat (AS). Uji coba ini dilakukan dari pusat uji Jiupeng di pesisir timur pulau pada Senin (12/5/2025), dan menjadi langkah strategis baru Taipei untuk memperkuat pertahanannya terhadap potensi serangan militer dari Beijing.
"Saya yakin bahwa penembakan roket ini menunjukkan tekad rakyat sebagai militer untuk melindungi keamanan negara dan menjaga tanah air," kata anggota militer Taiwan, Ho Hsiang-yih, kepada wartawan dilansir The Independent.
Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), yang dikembangkan oleh Lockheed Martin, telah terbukti efektif di medan perang Ukraina melawan Rusia. Dengan jangkauan sekitar 300 kilometer, HIMARS memungkinkan Taiwan untuk menyerang target militer di sepanjang pantai provinsi Fujian, wilayah daratan China yang terletak tepat di seberang Selat Taiwan.
1. HIMARS perkokoh pertahanan Taiwan

Taiwan saat ini telah menerima 11 dari total 29 sistem HIMARS yang dipesan dari AS. Sisanya dijadwalkan akan tiba pada tahun depan.
Melansir Anadolu Agency, uji coba pada Senin menghadirkan personel AS secara langsung. Langkah ini menunjukkan kedekatan hubungan militer antara Taiwan dan AS, meskipun kedua pihak tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.
Uji coba ini juga menunjukkan keterlibatan langsung personel AS dalam pelatihan dan pemeliharaan sistem, sebagai bagian dari kerja sama militer bilateral yang terus berkembang. Militer AS telah melatih tentara Taiwan sejak 2021.
Sebelumnya, HIMARS telah menjadi salah satu senjata unggulan yang digunakan Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, dan kini menjadi tumpuan strategi pertahanan Taiwan.
2. China makin agresif, Taiwan kirim sinyal perlawanan

Uji coba HIMARS dilakukan tak lama setelah Taiwan melaporkan kehadiran patroli militer gabungan oleh China di sekitar pulau itu, termasuk pesawat tempur dan kapal perang. Beijing selama ini semakin aktif menunjukkan kekuatan militer di sekitar Taiwan, sebagai bentuk tekanan terhadap pemerintah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Pemerintah Taiwan secara tegas menolak klaim kedaulatan China. Disebutkan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, China meningkatkan upaya untuk mengisolasi Taiwan secara diplomatik, termasuk dengan menekan negara-negara lain agar tidak menjalin hubungan resmi dengan Taipei.
3. Inggris dan Taiwan makin dekat

Di tengah dinamika ini, mantan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dijadwalkan akan mengunjungi Inggris pekan ini atas undangan anggota parlemen Inggris. Kunjungan ini dilakukan saat London berupaya memperkuat hubungan dengan Taiwan di tengah hubungan yang lebih hati-hati dengan Beijing.
Meskipun Inggris tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, pertukaran ekonomi dan politik kedua pihak meningkat seiring kekhawatiran atas ancaman militer Cina.
Sementara itu, Beijing memandang semua bentuk dukungan internasional terhadap Taiwan sebagai tantangan terhadap prinsip "satu China", dan merespons dengan tekanan politik dan militer yang lebih besar.