Tanggapan Hamas soal Proposal Gencatan Senjata Bikin Israel Marah

- Hamas merespons usulan gencatan senjata AS, menyatakan kesepakatan tidak mengakhiri perang.
- Hamas ajukan tanggapan kepada Witkoff, termasuk pembebasan tawanan Israel dan aliran bantuan kemanusiaan.
Jakarta, IDN Times - Kelompok Palestina Hamas menyampaikan tanggapannya terhadap usulan gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS). Namun, mereka menyebutkan, kesepakatan yang diusulkan tersebut tidak memberikan jaminan untuk mengakhiri perang.
Juru bicara Hamas, Basem Naim mengatakan, Hamas masih merespons secara positif terhadap usulan terbaru yang disampaikan kepadanya oleh utusan khusus AS Steve Witkoff. Meskipun kelompok Palestina tersebut mengungkapkan usulan tersebut berbeda dengan yang telah disetujui dengan Witkoff seminggu sebelumnya.
"Seminggu yang lalu, kami setuju dengan Witkoff pada satu usulan, dan kami berkata, 'Ini dapat diterima, kami dapat menganggap ini sebagai kertas negosiasi,'" kata Naim, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (1/6/2025).
Naim mengatakan, usai bertemu dengan mereka, Witkoff menemui pihak lain ke Israel, untuk mendapatkan tanggapan.
“Alih-alih menanggapi usulan kami, ia membawakan kami usulan baru yang tidak ada hubungannya dengan apa yang telah kami sepakati,” ujar Naim.
1. Tujuan Hamas untuk mencapai gencatan senjata penuh

Dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu, Hamas mengatakan pihaknya telah mengajukan tanggapan kepada Witkoff bahwa usulan tersebut bertujuan untuk mencapai gencatan senjata permanen, penarikan menyeluruh dari Jalur Gaza, dan memastikan aliran bantuan kepada warga Palestina di Gaza.
Hamas juga menambahkan, 10 tawanan Israel yang masih hidup akan dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian tersebut. Sedangkan jenazah 18 warga Israel yang tewas, sebagai imbalan atas jumlah tawanan Palestina yang disepakati, namun Witkoff menyebut tanggapan Hamas sama sekali tidak dapat diterima.
"Hamas harus menerima usulan kerangka kerja yang kami ajukan sebagai dasar untuk perundingan jarak dekat, yang dapat segera kami mulai minggu depan," kata utusan tersebut dalam sebuah unggahan di media sosial.
Menurutnya, kepakatan itulah satu-satunya cara dapat menutup perjanjian gencatan senjata 60 hari dalam beberapa hari mendatang. Salah satu tuntutannya adalah pembebasan seluruh sandera.
“Kami dapat melakukan perundingan substantif dengan itikad baik pada perundingan jarak dekat untuk mencoba mencapai gencatan senjata permanen,” ujar Witkoff.
2. Israel kecam tanggapan Hamas

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengecam tanggapan Hamas. “Seperti yang dikatakan Witkoff, tanggapan Hamas tidak dapat diterima dan memperburuk situasi. Israel akan melanjutkan tindakannya untuk memulangkan sandera kami dan mengalahkan Hamas,” kata Netanyahu.
Israel kini telah membunuh lebih dari 54.000 warga Palestina sejak Oktober 2023, dengan kelaparan yang mengancam di seluruh Gaza setelah berminggu-minggu blokade Israel, dan hanya sedikit bantuan yang mengalir sejak Israel mengizinkannya untuk dilanjutkan pada pertengahan Mei 2025.
3. Krisis kelaparan buruk di Gaza

Dengan harapan untuk gencatan senjata permanen yang tampaknya memudar sekali lagi, tingkat kelaparan dan keputusasaan di dalam Gaza meningkat. Pasalnya, Israel hanya mengizinkan sedikit bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza setelah memberlakukan blokade total selama lebih dari dua bulan.
PBB memperingatkan bahwa seluruh 2,3 juta penduduk Gaza sekarang berisiko kelaparan. Itu terjadi setelah dikatakan pada pertengahan Mei bahwa satu dari setiap lima warga Palestina di sana mengalami kelaparan.
Program Pangan Dunia (WFP), yang memiliki cukup makanan yang siap di dekat perbatasan Gaza untuk memberi makan seluruh penduduk wilayah yang terkepung selama dua bulan, memperbarui seruannya untuk gencatan senjata segera sebagai satu-satunya cara untuk mengirimkan makanan kepada warga Palestina yang kelaparan.
Badan pangan PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka membawa 77 truk berisi tepung ke Gaza semalam dan Jumat pagi, tetapi mereka dihentikan oleh orang-orang yang mencoba memberi makan keluarga mereka yang kelaparan.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel terus melanjutkan penyaluran bantuannya yang kontroversial, yang menurut kelompok bantuan lain dapat melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan dan memiliterisasi pengiriman makanan yang sangat dibutuhkan. Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan minggu ini bahwa sedikitnya 10 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel saat mencoba mendapatkan bantuan.