Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Temui PM Modi, Kanselir Jerman Minta India Dukung Sanksi untuk Rusia

Potret Kanselir Jerman Olaf Scholz (kiri) bersama Perdana Menteri India Narendra Modi di dalam pertemuan di New Delhi pada Sabtu (25/2/2023) untuk membahas soal perang Rusia-Ukraina. (twitter.com/narendramodi)

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Olaf Scholz, meminta jaminan dari India untuk mendukung atau setidaknya tidak menghalangi upaya negara-negara Barat dalam menindak Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Melansir Associated Press, Scholz bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di New Delhi pada Sabtu (26/2/2023). Kedua pihak membicarakan konflik Ukraina, upaya meningkatkan kerja sama ekonomi, dan negosiasi soal perdagangan bebas.

1. India masih bersikap hati-hati soal invasi Rusia ke Ukraina

Setelah berdiskusi dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Scholz mengatakan perang di Ukraina berdampak negatif terhadap negara-negara berkembang, seperti kekurangan stok energi dan pangan. Ia pun berharap India akan bantu amankan pasokan penting ke Asia, Afrika, dan Amerika. 

Sejauh ini, Modi mengambil langkah hati-hati soal posisi India dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. Pihaknya ingin konflik itu diakhiri melalui dialog dan diplomasi.

“India siap memberikan kontribusinya untuk inisiatif perdamaian apa pun,” kata Modi, dilansir Associated Press.

Modi kerap menahan untuk mengkritik Moskow secara terang-terangan. Sebab, Rusia adalah pemasok terbesar India dalam hal persenjataan, minyak dan kebutuhan ekonomi lainnya.

Scholz mengatakan Perang Rusia melawan Ukraina telah melanggar prinsip dasar, yaitu "mengubah perbatasan dengan cara penggunaan kekerasan".

Kanselir Jerman itu mengungkapkan bahwa dia dan Modi telah membahas soal perang di Ukraina dengan sangat ekstensif dan sangat intens. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut karena alasan kerahasiaan.

2. Jerman pastikan pembahasan perdagangan bebas India-Uni Eropa berlanjut

Ilustrasi bendera Uni Eropa (unsplash.com/Christian Lue)

Selain mendiskusikan perang, Scholz dan Modi juga membahas cara meningkatkan kerja sama ekonomi, termasuk melalui perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa dan India. 

Scholz mengatakan dia menyukai negosiasi dengan Modi soal perdagangan bebas. Ia pun menambahkan akan memastikan pembicaraan itu bisa segera diselesaikan.

Kunjungan ke India itu merupakan kali pertama bagi Scholz sejak menjabat pada tahun 2021. Meskipun kedua pemimpin itu telah bertemu empat kali, kedatangan Scholz menunjukan Berlin berniat untuk lebih dekat dengan New Delhi.

“Ada potensi besar untuk kerja sama intensif di sektor-sektor seperti energi terbarukan, hidrogen, mobilitas, farmasi dan ekonomi digital” dengan India, kata Scholz.

Duta besar Jerman untuk India, Philipp Ackermann, mengatakan dirinya paham alasan India membeli minyak ke Rusia dalam jumlah yang banyak.

“Itu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pemerintah India dan karena Anda mendapatkannya dengan harga yang sangat, sangat rendah, Anda tahu saya tidak dapat menyalahkan pemerintah India karena membelinya,” ujar Ackermann.

Berbicara secara anonim, seorang pejabat Berlin mengatakan bahwa Jerman dan negara eropa lainnya hendak berupaya untuk tidak bergantung kepada China dalam kerja sama ekonomi.

3. Jerman ingin perdalam hubungan dengan India dalam sektor industri

Terkait pertemuan di New Delhi, Modi mengatakan kehadiran delegasi bisnis yang mendampingi Scholz itu memperkuat perjanjian India-Jerman dalam sektor teknologi digital, telekomunikasi dan diversifikasi rantai pasokan.

Kemudian, Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman menyambut Sumber Daya Manusia (SDM) terampil dari India, terutama untuk Industri teknologi informasi dan perangkat lunak.

“Kami ingin memanfaatkan talenta India yang dipekerjakan di Jerman di sektor industri,” ujar Scholz, dilansir ABC News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us