Tensi Memanas dengan Guyana, Venezuela Akan Gelar Latihan Militer

Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memerintahkan angkatan bersenjatanya untuk menggelar latihan militer. Hal itu dilakukan setelah Inggris mengirim kapal perang untuk mendukung Guyana.
Pada Kamis (28/12/2023), Maduro memerintahkan sekitar 6 ribu tentaranya termasuk angkatan udara dan angkatan laut untuk melakukan operasi gabungan yang dekat perbatasan Guyana. Dia menggambarkan kedatangan kapal Inggris sebagai ancaman bagi negaranya.
Tensi yang memanas di Amerika Latin tersebut terjadi setelah Caracas mengklaim dua pertiga wilayah Guyana yang disebut Esequibo. Ini khususnya sejak ditemukan cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar di wilayah itu.
1. Kapal perang Inggris dianggap sebagai provokasi dan ancaman

Perintah menggelar latihan militer oleh Maduro disiarkan di televisi. Dia menyebut langkah itu sebagai tanggapan atas provokasi dan ancaman Inggris terhadap perdamaian dan kedaulatan.
"Kami percaya pada diplomasi, dialog dan perdamaian, tapi tidak ada yang akan mengancam Venezuela. Ini adalah ancaman yang tidak dapat diterima terhadap negara berdaulat mana pun di Amerika Latin," katanya dikutip dari ABC News.
Ketegangan Venezuela dengan Guyana itu telah mereda saat kedua pemimpin negara bertemu di pulau St. Vincent di Karibia. Keduanya menandatangani perjanjian bahwa akan menyelesaikan perselisihan melalui cara-cara non-kekerasan.
2. Guyana tidak memiliki rencana menginvasi Venezuela
Dalam perundingan perjanjian di St. Vincent, Presiden Guyana Irfan Ali mengatakan negaranya punya hak bekerja sama dengan mitra guna menjamin pertahanan.
Wakil Presiden Guyana Bharrat Jagdeo mengatakan, kehadiran kapal Inggris itu sesuatu yang rutin dan merupakan bagian dari membangun kemampuan pertahanan.
"Kami tidak berencana menginvasi Venezuela. Presiden Maduro mengetahui hal ini dan dia tidak perlu khawatir mengenai hal itu," katanya dikutip dari BBC.
Awal pekan ini, London mengonfirmasi HMS Trent akan ambil bagian dalam latihan bersama dengan Guyana setelah Natal. Awalnya, kapal ini dikerahkan ke Karibia untuk mencari penyelundup narkoba, namun misi itu kemudian diubah.
3. Referendum kontroversial Venezuela

Masalah Venezuela dengan Guyana telah berusia lebih dari 100 tahun dan sempat mereda. Tensi meningkat ketika Maduro mengklaim bahwa Essequibo di Guyana sebagai milik Venezuela berdasar catatan historis sejak era kolonial Spanyol.
Pada awal Desember, Venezuela meluncurkan referendum kontroversial yang menanyakan kepada pemilih apakah Essequibo harus diubah menjadi negara bagian Venezuela. Sebanyak 95 persen orang mendukungnya.
Dilansir France24, Venezuela kemudian melakukan manuver hukum membentuk provinsi di wilayah tersebut. Maduro juga memerintahkan perusahaan minyak negara untuk mengeluarkan izin mengekstrasi minyak mentah di Essequibo.
Guyana yang dulu dikuasai kekuatan kolonial Inggris menilai, tindakan tersebut sebagai ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan internasional.
Menteri Luar Negeri Inggris David Rutley, awal bulan ini mengunjungi Guyana dan menegaskan kembali perbatasan harus dihormati. Dia juga mengatakan akan bekerja sama secara internasional guna memastikan integritas wilayah Guyana ditegakkan.