Tiga Negara Afrika Tuduh Nigeria Dukung Aksi Terorisme

- Politisi Nigeria memiliki hubungan dengan teroris Boko Haram.
- Nigeria menduga ada politikus dan tentara yang jadi kolaborator Boko Haram.
- Niger tuduh Prancis dorong instabilitas di negaranya.
Jakarta, IDN Times - Intelijen dari Mali, Niger, dan Burkina Faso, pada Senin (29/9/2025), meluncurkan operasi dalam mengungkap dugaan Nigeria terlibat dalam mendukung terorisme di negaranya. Kerja sama intelijen ketiga negara ini seusai dalam Alliance of Sahel States (AES).
“AES sudah menangkap pelaku yang membawa senjata yang melintasi perbatasan Niger-Nigeria dan memiliki hubungan dengan pemimpin teroris. Skala transaksi senjata ini sangat mengkhawatirkan,” ungkap Peneliti Keamanan, Zagazola Makama.
Sebelumnya, ketiga negara anggota AES tersebut memutuskan untuk keluar dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Ketiganya menyebut, ICC tidak netral dan hanya jadi alat neo-kolonialisme.
1. Politisi Nigeria memiliki hubungan dengan teroris Boko Haram
AES mengungkapkan bahwa beberapa politikus Nigeria memiliki hubungan dengan pemimpin Boko Haram di sepanjang perbatasan Nigeria-Niger. Mereka datang ke Niger dengan alasan untuk mengupayakan negosiasi damai antara teroris dan pemerintah.
Dilansir Business Insider Africa, Makama menyebut bahwa dana tersebut diduga sudah digunakan untuk mendapatkan senjata berkaliber tinggi lewat sejumlah politikus yang berkepentingan. Politikus itu diduga sudah mengalihkan dana negara untuk operasi teroris.
Pengungkapan ini menjadi fase baru dari kerja sama antara AES yang berupaya dalam bidang intelijen. Ketiga negara sudah berupaya untuk berbagi informasi penting dalam melawan kelompok teroris Boko Haram dan afiliasi ISIS di Afrika Barat.
2. Nigeria menduga ada politikus dan tentara yang jadi kolaborator Boko Haram

Gubernur Borno, Babagana Zulum mengatakan bahwa terdapat politikus dan anggota dari tentara Nigeria yang menjadi informan. Mereka juga menjadi kolaborator dari kelompok Boko Haram pada insiden Mei lalu.
Kepala Staf Militer Nigeria, Jenderal Christopher Musa mengatakan rencana untuk mengungkap identitas dari pendukung terorisme di Nigeria. Namun, belum ada satu pun nama yang diungkap.
“Saya pikir proses ini masih berjalan. Ini berkaitan dengan masalah hukum dan karena sekali lagi ini berkaitan dengan hubungan internasional,” terang Musa, dikutip dari The Guardian.
3. Niger tuduh Prancis dorong instabilitas di negaranya

Pada saat yang sama, Perdana Menteri Niger, Lamine Zeine Ali Mahaman dalam Majelis Umum PBB mengatakan bahwa Prancis ikut bertanggung jawab dalam merusak stabilitas Niger. Ia menuding Prancis harus mengakui kejahatannya di kawasan Sahel.
“Sejak pasukan Prancis pergi dari Niger pada 2023. Pemerintah Prancis telah membangun sebuah langkah untuk merusak stabilitas di negara kami. Prancis telah melatih, membiayai, dan mempersenjatai teroris untuk memicu konflik di Niger dan kawasan Sahel,” ujarnya, dikutip dari TRT World.
Mahaman menyebut, Prancis ikut menyebarkan informasi menyimpang untuk mempengaruhi warganya. Selain itu, Paris berniat mendiskreditkan negara, institusi, militer, dan pemimpin politik di Niger.