Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Topan Fung-wong Tewaskan 10 Orang di Filipina, 1,4 Juta Warga Mengungsi

ilustrasi topan di Jepang (Japan Meteorological Agency, CC BY 4.0 CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
ilustrasi topan di Jepang (Japan Meteorological Agency, CC BY 4.0 CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Topan Fung-wong tewaskan 18 orang dan 2 hilang di Filipina.
  • Lebih dari 4.100 rumah rusak, China memberikan bantuan kepada Filipina.
  • Perubahan iklim membuat badai tropis lebih ekstrem dan sering terjadi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 18 orang tewas dan dua orang lainnya hilang setelah Topan Fung-wong menghantam Filipina, memicu banjir bandang, tanah longsor, dan pemadaman listrik. Badai tropis dahsyat ini juga memaksa lebih dari 1,4 juta warga mengungsi.

Fung-wong menghantam daratan di provinsi Aurora pada Minggu (9/11/2025) malam sebagai super topan dengan kecepatan angin konstan hingga 185 km/jam dan hembusan angin hingga 230 km/jam. Badai selebar 1.800 km itu melemah saat melintasi provinsi utara pada Senin (10/11/2025) malam, sebelum akhirnya bergerak menjauh menuju Laut China Selatan.

Ini merupakan topan kedua yang menyerang Filipina dalam beberapa hari terakhir. Pekan lalu, Topan Kalmaegi melanda wilayah tengah negara itu dan menewaskan sedikitnya 232 orang. Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, juga telah menetapkan status darurat akibat kerusakan luas yang ditimbulkan oleh kedua topan tersebut.

1. Lebih dari 4.100 rumah rusak

Ilustrasi topan. (unsplash.com/Ganesh Partheeban)
Ilustrasi topan. (unsplash.com/Ganesh Partheeban)

Dilansir dari Al Jazeera, angin kencang dan hujan deras juga menyebabkan sedikitnya 132 desa di wilayah utara terendam banjir. Bernardo Rafaelito Alejandro IV dari Kantor Pertahanan Sipil dan para pejabat lainnya melaporkan bahwa lebih dari 4.100 rumah mengalami kerusakan.

“Meskipun topan telah berlalu, hujannya masih menimbulkan bahaya di wilayah tertentu di utara Luzon, termasuk di kota metropolitan Manila. Kami akan melakukan operasi penyelamatan, pertolongan dan tanggap bencana hari ini," kata Alejandro.

Ia menambahkan bahwa upaya pemulihan awal akan memakan waktu berminggu-minggu. Di Pulau Catanduanes yang paling terdampak parah, gangguan pasokan air diperkirakan dapat memakan waktu hingga 20 hari untuk diperbaiki.

2. China berikan bantuan kepada Filipina

Ilustrasi bendera Filipina (pexels.com/Photo by Krisia V)
Ilustrasi bendera Filipina (pexels.com/Photo by Krisia V)

Sementara itu, sekolah dan sebagian besar kantor pemerintah ditutup pada Senin dan Selasa (11/11/2025). Beberapa penerbangan domestik dan internasional juga dibatalkan sejak akhir pekan hingga Senin, dan lebih dari 6.600 penumpang dan pekerja kargo terdampar di pelabuhan setelah penjaga pantai melarang kapal berlayar.

Dilansir dari Anadolu, China mengatakan pihaknya telah memberikan bantuan tunai dan pasokan darurat kepada Filipina.

“Kami menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan mengungkapkan simpati kepada keluarga yang ditinggalkan, para orang hilang, serta masyarakat di wilayah terdampak bencana,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian kepada wartawan di Beijing.

3. Topan kini lebih dahsyat dipicu oleh perubahan iklim

gambar ilustrasi badai ekstratropis (Pixabay/Greg Bierer)
gambar ilustrasi badai ekstratropis (Pixabay/Greg Bierer)

Menurut para ilmuan, perubahan iklim telah membuat badai tropis menjadi lebih ekstrem dan sering terjadi. Hal ini sebagian disebabkan oleh lautan yang lebih hangat, yang menyumbang lebih banyak uap air dan panas.

Dua topan yang melanda FIlipina baru-baru ini terjadi ketika perwakilan pemerintah dari seluruh dunia berkumpul di kota Belem, Brasil, untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) ke-30 pekan ini.

Banyak negara yang paling terdampak perubahan iklim, seperti Filipina, justru memiliki kontribusi paling sedikit terhadap krisis ini karena emisi bahan bakar fosil mereka yang relatif rendah. Mereka kini mendesak negara-negara yang bertanggung jawab atas krisis iklim untuk ikut menanggung biaya penanggulangan bencana akibat perubahan iklim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Hamas Serahkan Lagi Jenazah Sandera Israel, Sisa Tiga di Gaza

15 Nov 2025, 09:09 WIBNews