Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Geram Uskup Katedral Bahas Politik di Gereja

ilustrasi khotbah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik Uskup Katedral Nasional, Mariann Edgar Budde, setelah ia menyampaikan khotbah yang menyerukan belas kasihan terhadap imigran, pengungsi, dan komunitas LGBTQ. Trump menyebut khotbah Budde “kasar dalam nada” dan menilainya sebagai serangan politik terhadap dirinya.

Khotbah itu disampaikan dalam acara doa nasional di Katedral Nasional Washington, Selasa (21/1/2025). Beberapa jam setelahnya, Trump merespons melalui Truth Social, menyebut Budde sebagai “pembenci Trump garis keras dari Radikal Kiri.”

Saat ditanya wartawan usai acara, Trump mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap khotbah tersebut.

“Mereka bisa melakukan yang lebih baik. Apa kalian menyukainya? Tidak terlalu menarik, kan?” Tanya Trump.

1. Uskup Budde minta Trump berbelas kasih

Budde menyerukan belas kasihan kepada kelompok rentan di AS, terutama komunitas LGBTQ dan imigran yang khawatir dengan kebijakan baru Trump.

“Jutaan orang telah menaruh kepercayaan kepada Anda,” ujar Budde, meminta Trump untuk menggunakan kekuasaannya dengan penuh belas kasih.

Ia juga menyoroti peran para imigran yang bekerja di berbagai sektor penting, seperti pertanian, pabrik, dan rumah sakit, sambil menegaskan bahwa sebagian besar dari mereka bukanlah kriminal.

Selama khotbah berlangsung, Trump yang duduk di bangku depan tampak membolak-balik program acara dan melihat sekeliling ruangan dengan ekspresi datar, dilansir ABC News.

Ia hanya menunjukkan ketertarikan saat nyanyian himne berlangsung. Sementara itu, Melania Trump terlihat berusaha tetap terjaga di kursinya.

2. Khotbah Budde membosankan

Dalam unggahannya di Truth Social, Trump kembali mengecam Budde, menyebut khotbahnya “tidak menarik dan tidak cerdas.” Ia juga menilai acara doa nasional tersebut membosankan dan tidak menginspirasi.

“Dia membawa gerejanya ke dunia politik dengan cara yang sangat tidak pantas,” tulis Trump, dilansir dari CBS News.

Menanggapi kritik itu, Budde mengatakan kepada bahwa tujuannya adalah menciptakan persatuan dan melawan narasi yang memecah belah.

“Saya ingin menekankan penghormatan terhadap martabat setiap manusia, kejujuran, dan pentingnya belas kasihan,” ujarnya.

Budde juga mengaku belum mendapat kesempatan berbicara langsung dengan Trump, tetapi jika ada undangan, ia akan menerimanya dengan sikap hormat.

3. Partai Republik ikut mengecam Budde

Sejumlah anggota Partai Republik turut mengkritik Budde. Anggota DPR Mike Collins bahkan menyarankan agar Budde “dideportasi,” meskipun ia lahir di New Jersey.

Ketua Konferensi Partai Republik, Lisa McClain, menyebut Budde memiliki pandangan ekstrem dan menilai tindakannya tidak pantas.

Ini bukan pertama kalinya Budde berselisih dengan Trump. Pada 2020, ia mengecam aksi Trump yang menggunakan Alkitab untuk sesi foto di depan gereja setelah membubarkan demonstran dengan gas air mata.

Kontroversi ini muncul di tengah kebijakan Trump yang semakin ketat, termasuk penghentian suaka, penguatan keamanan perbatasan, serta aturan yang menetapkan bahwa pemerintah federal hanya akan mengakui dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us