Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Hidupkan Lagi Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menghidupkan kembali industri batu bara.
  • Perintah tersebut bertujuan mendukung pasokan listrik, terutama untuk teknologi baru seperti AI.
  • Kebijakan ini dianggap kontroversial karena penurunan penggunaan batu bara AS dan dampak lingkungan yang buruk.

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif untuk menghidupkan kembali industri batu bara pada Selasa (9/4/2025). Kebijakan ini memungkinkan beberapa pembangkit listrik tenaga batu bara tua yang seharusnya pensiun untuk tetap beroperasi.

Pejabat Gedung Putih menyatakan kebijakan tersebut merupakan respons terhadap meningkatnya kebutuhan listrik AS akibat pertumbuhan pusat data, kecerdasan buatan (AI), dan mobil listrik. Trump menandatangani perintah tersebut di Gedung Putih bersama para penambang batu bara.

"Ini adalah hari yang sangat penting bagi saya karena kami menghidupkan kembali industri yang telah diabaikan. Padahal industri ini adalah yang terbaik untuk menghasilkan energi yang sesungguhnya," ujar Trump, dikutip dari The NYT.

1. Empat perintah eksekutif Trump untuk batu bara

Trump mengeluarkan empat perintah eksekutif untuk mendukung industri batu bara. Perintah pertama mengharuskan semua lembaga pemerintah menghentikan kebijakan yang merugikan industri batu bara, termasuk pencabutan larangan penambangan di lahan federal.

Perintah kedua menghentikan kebijakan pemerintahan Joe Biden terkait batu bara yang dianggap Trump merugikan. Perintah ketiga berfokus pada keamanan pasokan listrik dengan mendukung sumber energi seperti batu bara. Perintah keempat mengarahkan Departemen Kehakiman AS menyelidiki kebijakan negara bagian yang dianggap anti-batu bara.

Trump juga memerintahkan Menteri Dalam Negeri AS Doug Burgum untuk mengakhiri kebijakan era Barack Obama yang membatasi penambangan batu bara. Pemerintahannya berencana menggunakan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk meningkatkan produksi batu bara, serta mendorong ekspornya.

2. Trump klaim batu bara penting untuk penuhi kebutuhan AI

Trump meyakini industri batu bara diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan AS, terutama untuk teknologi baru. Goldman Sachs memproyeksikan ekspansi pusat data AI akan meningkatkan permintaan daya global sebesar 165 persen dalam lima tahun ke depan.

"Kita perlu mengembangkan AI dan teknologi baru lainnya. Untuk melakukan itu, kita membutuhkan dua kali lipat pasokan listrik dari yang kita miliki sekarang," kata Trump,

Trump berulang kali memuji batu bara sebagai bahan bakar yang indah dan bersih dalam pidatonya. Pendekatan ini sangat bertolak belakang dengan kebijakan Biden yang sebelumnya menekan penggunaan batu bara untuk mengurangi polusi karbon. 

Pengamat berpendapat aturan yang dibuat Biden memberikan pukulan berat bagi industri batu bara yang pernah menjadi tulang punggung pasokan listrik AS. Seiring waktu, industri batu bara semakin kehilangan posisinya karena kalah bersaing dengan sumber energi terbarukan dan gas alam yang lebih murah, dilansir The Guardian.

3. Aktivis lingkungan kritik kebijakan Trump

Aktivis lingkungan mengkritik kebijakan Trump yang justrul muncul ditengah menurunnya penggunaan batu bara AS. Data Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan penggunaan batu bara berkurang dari sekitar 45 persen pada 2010 menjadi hanya 16 persen dari total listrik pada 2023.

"Tidak ada yang namanya batu bara bersih. Pemerintahan Trump membuang uang pembayar pajak untuk menopang industri yang mahal, berbahaya, dan kotor saat kita memiliki energi bersih yang lebih murah dan lebih aman," kata Gina McCarthy, penasihat iklim nasional untuk pemerintahan Biden, dilansir NBC.

Batu bara kerap dianggap sebagai bahan bakar fosil paling kotor dan sumber utama gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pembakarannya melepaskan polutan seperti merkuri dan sulfur dioksida yang berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan kematian dini.

Dari segi biaya, listrik dari batu bara jauh lebih mahal dibanding energi bersih. Perkiraan Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan tenaga batu bara membutuhkan biaya 89 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta) per megawatt jam, sementara tenaga angin hanya 31 dolar AS (sekitar Rp522 ribu) dan tenaga surya 23 dolar AS (sekitar Rp387 ribu).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us