Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Klaim Dicurangi sehingga Gagal Dapat Nobel

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump menyambut Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan istrinya, Jennifer Morrison, saat kunjungan kenegaraaan di Gedung Putih pada 20 September 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

New York, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim dirinya semestinya mendapatkan penghargaan Nobel, tapi pemilihan yang berlangsung tidak adil membuatnya gagal. Klaim ini ia ucapkan di hadapan para reporter ketika ia bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, di PBB pada Senin (23/9).

Ada sebanyak empat presiden Amerika Serikat yang dianugerahi penghargaan Nobel. Keempatnya adalah Theodore Roosevelt, Woodrow Wilson, Jimmy Carter, dan Barack Obama—meski Carter menerimanya ketika sudah tidak lagi menjabat di Gedung Putih.

1. Trump mengklaim ia bisa dapat Nobel untuk apapun

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membentuk siluet saat menjadi pembicara pada reli 'Keep America Great' di Santa Ana Star Center di Rio Rancho, New Mexico, Amerika Serikat pada 16 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/ Tom Brenne

"Saya pikir saya akan mendapatkan sebuah penghargaan Nobel untuk banyak hal, seandainya mereka menghadiahkannya secara adil, yang ternyata tidak," ujar Trump, seperti dilansir dari USA Today.

Di saat bersamaan, menurutnya, Obama tidak sepantasnya menerima Nobel. "Mereka memberikan satu untuk Obama," tambahnya. Ia pun mengklaim Partai Demokrat "tidak tahu" mengapa Obama diberikan penghargaan tersebut. "Itu adalah satu-satunya hal yang sepakati soal dia."

2. Trump menyebut dirinya sebagai arbitrator yang baik

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump menyambut Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan istrinya, Jennifer Morrison, saat kunjungan kenegaraaan di Gedung Putih pada 20 September 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Pertemuan dengan Khan sendiri masih berkaitan dengan perkembangan terakhir di kawasan Kashmir yang berlokasi di antara India dan Pakistan. India meningkatkan kendali atas wilayah itu untuk beberapa bulan terakhir. Pakistan pun mencoba untuk melawan. Hubungan kedua negara memang selalu diwarnai tensi tinggi.

Dalam kondisi ini, Trump menyebut dirinya "seorang arbitrator yang sangat baik". Ia mengklaim dirinya mampu menurunkan ketegangan dan menyelesaikan masalah. Dikutip dari Politico, seorang reporter pun berkata kepadanya bahwa jika klaim itu menjadi nyata, "kemungkinan besar dan pasti" dia akan menerima Nobel.

3. Obama menerima Nobel karena dianggap berjasa dalam mendorong diplomasi internasional

Markas PBB di New York, Amerika Serikat, menjelang Aksi Iklim pada 23 September 2019. instagram.com/unitednations

Komite Nobel di Norwegia menghadiahkan penghargaan elite itu kepada Obama atas "usaha luar biasa untuk menguatkan diplomasi internasional dan kerja sama antarwarga dunia".

Menurut komite yang berwenang, Obama telah berhasil mempromosikan nonproliferasi nuklir dan menciptakan iklim baru dalam hubungan internasional setelah mendekatkan diri dengan negara-negara Muslim.

4. Reaksi terhadap Nobel yang diberikan kepada Obama beragam baik secara domestik maupun internasional

Usai Obama mendapatkan Nobel, respons masyarakat terbelah. Di Amerika Serikat, penerima Nobel yang sekaligus mantan wakil presiden, Al Gore, menyambut baik hal tersebut. Sedangkan ketua Komite Nasional Partai Republik, Michael Steele, mencemoohnya sebagai cara agar Amerika Serikat tunduk kepada agenda global.

Geir Lundestad, Direktur Institut Nobel dan Sekretaris Komite Nobel pada 2009, menilai Obama telah gagal memenuhi ekspektasi sebagai penerima hadiah Nobel. Di seluruh dunia, reaksi pun berbeda-beda. Beberapa pemimpin dunia, seperti Presiden India dan Prancis, memujinya. Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Iran kala itu menilai keputusan Komite Nobel "terburu-buru".

5. Trump akan menghabiskan banyak waktu di Sidang Umum PBB

Konferensi video antara Donald Trump dengan Komandan Komando Utara Amerika Serikat Badai Dorian di Pangkalan Udara Peterson, Colorado, pada 1 September 2019. ANTARA FOTO/Tech. Sgt. Jeff Fitzmorris/DoD/Handout via REUTERS

Sejak Senin, Trump sudah memiliki agenda padat di New York karena rangkaian acara Sidang Umum PBB sudah dimulai. Salah satunya adalah Aksi Iklim yang turut ia hadiri bersama Wakil Presiden Mike Pence, yang menurut Business Insider, merupakan kunjungan penuh kejutan karena tidak direncanakan.

Menurut Financial Times, acara yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, itu tidak memberikan undangan berbicara kepada Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Afrika Selatan. Ini karena keempat negara terus melakukan investasi besar-besaran ke energi fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us