Turki Desak PBB Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel

Jakarta, IDN Times - Turki, pada Minggu (3/11/2024), telah mengirimkan surat kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Surat yang diprakarsai oleh Turki tersebut ditandatangani oleh 52 negara dan 2 organisasi internasional, dan diserahkan kepada PBB pada Jumat (1/11/2024). Para penandatangan termasuk Arab Saudi, Brasil, Aljazair, China, Iran, dan Rusia, serta Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
“Kami telah menulis surat bersama yang menyerukan semua negara untuk menghentikan penjualan senjata dan amunisi ke Israel,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, dalam konferensi pers di Djibouti, di mana ia menghadiri pertemuan puncak kemitraan Turki-Afrika.
1. Pemerintahan Israel merupakan ancaman global
Dilansir dari Anadolu, Fidan mengatakan bahwa kemampuan Israel untuk memperoleh senjata dan amunisi dari negara lain telah memicu teror di Timur Tengah.
“Kita harus mencegah Israel membeli senjata dan amunisi. Kita perlu menjaga kepekaan kita terhadap masalah ini dalam agenda di setiap platform,” ujarnya.
Ia menyebut pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menjadi ancaman global, dan mendesak semua negara untuk mencegah Israel mengabaikan hukum internasional.
"Genosida sedang terjadi di Gaza. Niat Netanyahu adalah sepenuhnya menghilangkan solusi dua negara dengan menggunakan segala cara yang memungkinkan," tambahnya.
Ia menyatakan bahwa Netanyahu berusaha memperluas konflik ke wilayah lain, khususnya Lebanon. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan kolektif untuk mencegah pelanggaran hukum internasional lebih lanjut oleh Israel.
2. Sebanyak 31 orang tewas akibat serangan udara di Jalur Gaza
Dilansir dari Reuters, Palestina melaporkan bahwa sedikitnya 31 orang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Minggu. Hampir setengah dari kematian tersebut terjadi di wilayah utara, tempat pasukan Israel melancarkan operasi militer selama sebulan terakhir.
Warga Palestina menyebut serangan udara dan darat yang baru serta pengungsian paksa sebagai bentuk pembersihan etnis yang bertujuan mengosongkan dua kota di Gaza utara dan satu kamp pengungsi guna menciptakan zona penyangga. Namun, Israel membantahnya, dengan mengatakan bahwa mereka berupaya melawan pejuang Hamas yang melancarkan serangan dari tempat-tempat itu.
Pada Minggu malam, pejabat kesehatan di Rumah Sakit Kamal Adwan dekat Beit Lahiya melaporkan bahwa fasilitas tersebut terkena tembakan tank Israel dan menyebabkan satu pasien anak terluka parah. Tembakan tank itu juga mengenai pasokan air, halaman, dan unit perawatan intensif neonatal.
Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit, mengatakan bahwa insiden itu terjadi setelah delegasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengunjungi fasilitas tersebut dan mengevakuasi beberapa pasien. Ia juga meminta lembaga bantuan untuk mengirimkan tim medis khusus ke rumah sakit di Gaza utara yang telah kewalahan menangani banyaknya korban luka.
Lebih dari 43 ribu warga Palestina telah tewas dan 102 ribu lainnya terluka akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza sejak tahun lalu. Konflik tersebut terjadi setelah pejuang Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera.
3. Serangan Israel rusak 2 rumah sakit di Lebanon
Di Lebanon, serangan Israel juga telah menewaskan sedikitnya 2.897 orang dan melukai 13.402 lainnya. Negara Yahudi tersebut mulai meningkatkan serangannya di Lebanon pada September setelah setahun terlibat baku tembak di perbatasan dengan kelompok Hizbullah.
Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon mengatakan bahwa serangan Israel di sekitar Rumah Sakit Pemerintah di kota selatan Tebnine telah menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas tersebut dan melukai sedikitnya 10 orang.
Serangan lainnya juga terjadi di Rumah Sakit Pemerintah di kota timur Baalbek. Fasilitas tersebut, yang penuh dengan pasien dan korban luka, dilaporkan mengalami kerusakan material. Sebelumnya, Israel juga menyerang kota Bazouriyeh di bagian selatan, yang mengakibatkan dua petugas medis tewas.
Menurut WHO, serangan Israel di Lebanon pada 17 September - 31 Oktober telah menewaskan sedikitnya 85 petugas kesehatan dan melukai 51 lainnya saat mereka sedang menjalankan tugas.