Ukraina Akan Bebaskan Narapidana yang Bisa Perang untuk Hadapi Rusia

Jakarta, IDN Times – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa negaranya akan membebaskan narapidana yang memiliki kemampuan militer, asalkan mereka bersedia bergabung dengan pasukan pemerintah untuk melawan Rusia.
Selain itu, melalui pernyataan yang disampaikan pada Senin (28/2/2022), Zelenskyy juga meminta Uni Eropa untuk menerima Ukraina menjadi anggotanya dengan prosedur khusus, karena Kiev saat ini sedang membela negaranya dari invasi Rusia.
"Tujuan kami bersama semua dengan orang Eropa, dan yang paling penting, untuk menjadi setara. Saya yakin itu adil. Saya yakin kami pantas mendapatkannya," kata Zelenskyy, dikutip dari Zee News.
1. Ukraina meminta Rusia untuk menarik mundur pasukannya

Zelenskyy juga mendesak pemerintah Rusia untuk menghentikan perang, seraya mengharapkan pemimpin Kremlin akan meminta tentaranya untuk segera pulang.
Selang lima hari setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan operasi militer skala penuh, Ukraina-Rusia sepakat untuk menggelar dialog di dekat perbatasan Belarus. Kendati begitu, Kremlin menekankan bahwa aksi militer akan terus berjalan di tengah negosiasi.
2. Putin disebut berencana mengakhiri invasi militer pada 2 Maret

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrei Fedorov, mengatakan bahwa Presiden Putin berencana untuk menyelesaikan operasi militer di Ukraina dengan kemenangan pada 2 Maret 2022.
Dilansir Al Jazeera, Fedorov juga berharap, dialog antara Kiev dengan Moskow dapat membuahkan hasil.
“Seharusnya ada pembicaraan yang berlangsung tanpa prasyarat. Saya tahu posisi teman-teman saya di Kiev dan kepemimpinan Ukraina. Mereka siap untuk duduk dan berbicara, tetapi tanpa prasyarat,” kata dia.
3. Bantuan dari Uni Eropa memperkuat dalih Rusia menyerang Ukraina

Fedorov menambahkan, perlawanan di Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan Barat lebih kuat dari yang diperkirakan Rusia sebelum memulai invasi, mengingat posisi Rusia sebagai salah satu negara penyuplai minyak dan gas terbesar di dunia.
Kremlin juga menuduh Uni Eropa memposisikan Rusia selayaknya musuh, karena memutuskan untuk memasok senjata mematikan untuk Ukraina. Keputusan blok tersebut menjadi legitimasi bagi Rusia, bahwa demiliterisasi yang hendak mereka capai di Ukraina adalah keputusan tepat.
“Barat telah meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina untuk membantunya bertahan melawan invasi Rusia yang disebut Moskow sebagai ‘operasi militer khusus’, yang (padahal) bertujuan melindungi warga sipil,” kata Kremlin.