Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ukraina Putuskan Tarik Dubes dari Georgia

ilustrasi bendera Ukraina (pexels.com/@matreding)
Intinya sih...
  • Menteri Luar Negeri Ukraina memanggil Perwakilan Ukraina di Georgia sebagai bagian dari perombakan kabinet pemerintahan.
  • Penyebab pemanggilan tersebut adalah karena Kharyshin tidak mengetahui realita diplomasi di tengah perang, dan hubungan bilateral Ukraina-Georgia mengalami guncangan.
  • Sybiha juga akan melakukan perombakan staf kerjanya dan mengusulkan mosi untuk menggantikan Wakil Menlu Iryna Borovets.

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Andriy Sybiha, pada Senin (9/8/2024), memutuskan untuk memanggil Perwakilan Ukraina di Georgia, Mykhaylo Kharyshin. Keputusan ini sebagai bagian dari langkah barunya beberapa saat setelah menjabat sebagai Menlu. 

Pekan lalu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memutuskan untuk melakukan perombakan kabinet pemerintahan dengan mengganti sembilan menteri. Ia pun menyetujui pengunduran diri Dmytro Kuleba yang selama ini membantunya di tengah peperangan. 

1. Sybiha sebut Kharyshin tidak tahu diplomasi di tengah perang

Sybiha mengatakan keputusan mengakhiri jabatan Kharyshin sebagai perwakilan diplomatik Ukraina di Georgia ini karena ia tidak mengetahui apapun soal realita diplomasi di tengah perang. 

"Ini adalah salah satu hasil konkret yang berani dan proaktif. Duta Besar di salah satu negara tidak boleh memalingkan diri dari realita perang. Maka dari itu, saya memanggil perwakilan Ukraina di Georgia. Dubes tidak perlu menunggu instruksi dari pusat dan bertanggung jawab dalam penguatan diplomasi Ukraina dengan caranya sendiri," terangnya.

Dilansir RFE/RL, Kharyshin sempat menyerukan perbaikan hubungan diplomatik Ukraina-Georgia pada akhir Agustus. Ia pun melontarkan kepada publik terkait adanya kekuatan yang berusaha merusak hubungan kuat antara kedua negara. 

Dalam 2 tahun terakhir, hubungan bilateral Ukraina-Georgia mengalami guncangan menyusul perbedaan pandangan antara Zelenskyy dan pemerintahan Partai Georgian Dream. Tbilisi dianggap memblokir sukarelawan perang di Ukraina asal negaranya. 

2. Sybiha akan mengubah struktur jajarannya di Kemlu

Selain memanggil perwakilan Ukraina di Georgia, Menlu Sybiha juga mengumumkan sejumlah perombakan staf kerjanya. Ia mengaku akan menunjuk orang-orang baru di dalam jajarannya. 

"Akan ada struktur baru di dalam Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Ukraina dan seluruh staf di dalam Kedutaan Besar akan dikaji ulang. Kami membutuhkan pemuda untuk bergabung dalam jajaran kami. Semuanya sudah difokuskan dalam mengeksekusi ini dan saya  berencana bertemu dengan rektor di universitas dalam membahas program ini," ungkapnya, dilansir Ukrinform

Dalam perombakannya, Sybiha juga sudah mengusulkan mosi untuk menggantikan Wakil Menlu Iryna Borovets.

3. Georgia sebut aksi Ukraina ini tidak dilatarbelakangi motif politik

Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze. (facebook.com/KobakhidzeOfficial)

Menanggapi keputusan ini, Perdana Menteri Georgia Irakli Kobakhidze mengatakan bahwa langkah ini berbeda dari keputusan pada 2022. Ia mengklaim aksi kali ini tidak dilatarbelakangi oleh keputusan politik. 

"Dalam kasus ini, menurut informasi yang saya dapatkan, ini bukanlah aksi politik. Seorang representasi yang mana, jika saya tidak salah, memiliki status diplomatik, justru membeli barang rumah tangga dan ini tidak pantas di tengah berjalannya peperangan," tuturnya, dilansir Agenda

"Pada 2022, keputusan memang dilatarbelakangi oleh politik. Karena kami tidak ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia dan tidak mengirimkan sukarelawan perang ke Ukraina melalui persetujuan pemerintah. Maka dari itu, kami memastikan tidak ada motif politik di balik ini," tambahnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us