Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ukraina Tangkap Relawan PBB yang jadi Mata-mata Rusia

penggeledahan yang dilakukan agen SBU (twitter.com/ServiceSsu)

Jakarta, IDN Times - Badan Keamanan Ukraina (SBU), pada Senin (28/10/2024), berhasil menangkap mata-mata Rusia yang menyamar jadi seorang relawan PBB. Ia diketahui bekerja untuk Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) untuk memberikan informasi militer Ukraina di garis depan Pokrovsk. 

Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia sudah mengirimkan sejumlah agennya untuk mengumpulkan informasi lokasi militer Ukraina di Pokrovsk. Informasi tersebut penting sebelum melancarkan serangan kepada militer Ukraina dan menyukseskan operasi militernya di Donetsk. 

1. Terancam mendapat hukuman penjara seumur hidup

Pria berusia 34 tahun itu diketahui menyamar sebagai relawan World Food Programme (WFP) yang bertugas mengirim bantuan kemanusiaan kepada warga lokal di zona perang. Sembari bertugas, ia mengidentifikasi lokasi infantri dan posisi artileri milik Ukraina. 

Melansir dari Politico, terduga mata-mata Rusia ini akan dituntut kasus pengkhianatan di bawah martial law. Ia terancam menerima hukuman penjara seumur hidup dan penyitaan seluruh propertinya di Ukraina. 

Sementara itu, WFP mengatakan akan bekerja sama dengan pemerintah Ukraina untuk menginvestigasi terduga mata-mata Rusia di dalam organisasinya. Pihaknya pun menyadari ancaman rekrutmen relawan WFP sebagai mata-mata. 

Namun, WFP mengaku terduga pelaku bukanlah pekerja di dalam organisasinya. Ia dikontrak oleh WFP sebagai relawan dari organisasi non-profit lokal yang masa kontraknya sebenarnya sudah berakhir sejak Agustus 2024. 

2. Zelenskyy tolak kunjungan Sekjen PBB ke KTT BRICS di Rusia

Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak kunjungan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antionion Guterres ke Rusia untuk menghadiri KTT BRICS di Kazan. 

"Meskipun sejumlah pejabat mungkin memilih berkunjung ke Kazan dibandingkan mendukung Piagam PBB, dunia tetaplah struktur yang menganggap bahwa hak-hak negara dan norma hukum internasional sangat penting. Saya bersyukur semuanya mendukung Ukraina soal ini," tuturnya, dilansir Euronews.

Pernyataan Zelenskyy ini terkait dengan penolakan Guterres untuk berpartisipasi dalam KTT Perdamaian yang diusung Ukraina. Namun, Sekjen PBB itu malah bersedia menghadiri KTT BRICS di Rusia. 

Dalam kunjungan tersebut, Guterres sudah menyatakan penolakan PBB terkait invasi skala besar Rusia ke Ukraina. Ia menyebut bahwa tindakan Rusia adalah sebuah pelanggaran Piagam PBB dan hukum internasional. 

3. Zelenskyy minta pemimpin G20 bantu pulangkan anak-anak Ukraina dari Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (twitter.com/ZelenskyyUa)

Presiden Zelenskyy juga menyerukan kepada pemimpin G20 untuk membantu dalam memulangkan ribuan anak-anak Ukraina yang dideportasi ke Rusia. 

"Perdana Menteri India Narendra Modi memiliki pengaruh signifikan. Dia dapat berbicara kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memulangkan ribuan anak-anak kami ke Ukraina. Ini adalah langkah tepat. Jika pemimpin seperti Modi bersedia memulangkan seribu anak, maka setiap pemimpin lainnya juga dapat memulangkan seribu juga," terang Zelenskyy, dikutip Euromaidan Press

Kiev memperkirakan bahwa Rusia sudah mendeportasi sekitar 20 ribu anak dari wilayah dudukan di Ukraina. Sementara, baru ada 800 di antaranya yang dipulangkan. Selama ini, Ukraina mencari informasi anak-anak tersebut lewat Europol dan institusi global lainnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us