Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[UPDATE] Angka Kematian di Inggris Akibat COVID-19 Tembus 10.000

(Ilustrasi jam besar Big Ben di London, Inggris) Reuters/Stefan Wermuth

Jakarta, IDN Times - Inggris kini resmi bergabung dengan negara di Eropa dan Amerika Serikat lantaran mencatat angka kematian tertinggi akibat COVID-19. Data real time dari Universitas John Hopkins per Senin (13/4) mencatat ada 11.329 orang yang meninggal lantaran terpapar virus corona. Sementara, jumlah kasus positif di Inggris mencapai 89.571. 

Angka ini membuat Pemerintah Inggris terkejut. Apalagi sebelumnya sudah muncul prediksi dari penasihat senior sains pemerintah yang menyebut Inggris bisa saja menjadi negara di kawasan Eropa yang terpapar paling parah COVID-19. 

Jeremy Farrar, anggota kelompok penasihat sains pemerintah menyarankan agar Inggris mengikuti metode Jerman di mana mereka melakukan tes jauh lebih banyak. Ia pun memuji langkah Pemerintah Inggris yang cepat mengikuti saran tersebut dan akan melakukan 100 ribu tes COVID-19 per harinya. 

Selain itu, menurut Farrar, langkah Pemerintah Inggris yang tegas meminta publik agar tetap berada di dalam rumah selama masa pandemik merupakan langkah yang tepat. Sebab, dengan begitu, pemerintah bisa memberikan sedikti waktu ke rumah sakit agar tak kewalahan menangani pasien COVID-19. 

"Tidak diragukan lagi ada pelajaran yang bisa diperoleh dari langkah itu," kata Farrar seperti dikutip stasiun berita BBC, Senin (13/4).

Lalu, bagaimana cara Inggris bisa bangkit dari pandemik virus corona ini? 

1. Inggris tengah menanti vaksin COVID-19 yang diprediksi tersedia musim gugur ini

Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Jeremy Farrar, Inggris kini tengah menanti vaksin COVID-19 yang diprediksi akan tersedia pada musim gugur ini. Tetapi, untuk memproduksinya dalam jumlah massal, maka proses itu membutuhkan waktu lebih lama lagi. 

"Saya berharap proses ini bisa rampung dalam waktu 12 bulan. Namun, ambisi semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya," kata Farrar. 

Sementara, ketika ditanyakan pendapat Menteri Perekonomian Inggris, Alok Sharma, mengenai analisa Jeremy, ia mengatakan secara diplomatis masing-masing negara memiliki sikulus masing-masing. 

"Apa yang sudah kita lakukan dengan nasihat yang disampaikan kepada publik agar tetap berada di rumah karena kami menginginkan kurva yang merata. Tingkat infeksi tidak naik dan pada akhirnya nyawa orang-orang bisa terselamatkan," ungkap Sharma. 

2. Menlu Dominic Raab menyebut Inggris belum mencapai puncak pandemik virus corona

(Menlu Inggris Dominic Raab) Pippa Fowles/10 Downing Street via EPA-EFE

Sementara, Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan pemerintah tidak akan membuat kebijakan terkait lockdown di Inggris. Apalagi ia melihat Inggris belum melewati puncak pandemik virus corona. 

"Tetap pertahankan ini, kita sudah berada di jalan yang terlalu jauh dan kehilangan begitu banyak orang yang kita cintai dan berkorban begitu banyak untuk menguranginya," ungkap Raab seperti dikutip BBC

Raab kini bertindak mewakili PM Boris Johnson yang masih memulihkan diri usai diizinkan pulang dari RS St. Thomas, London karena terpapar COVID-19. Ia sempat dirawat di ruang perawatan khusus selama tiga hari, walaupun tidak bernafas menggunakan ventilator. 

Sementara, kepala penasihat sains Inggris, Patrick Vallance mengatakan panduan terkait lockdown selalu ditinjau setiap harinya. Namun, ia mulai melihat data bahwa menggunakan masker membantu untuk menghentikan seseorang menularkannya ke orang lain ketimbang mencegah agar tidak terpapar COVID-19. Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar penggunaan masker bedah diprioritaskan bagi petugas medis dan bukan warga biasa. 

3. Per 14 April 2 juta orang sudah terpapar COVID-19

Daya tahan virus corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara, peningkatan jumlah orang yang terpapar COVID-19 semakin mengerikan. Menurut data dari Universitas John Hopkins per (14/4), warga yang terpapar COVID-19 di seluruh dunia sudah mencapai 2 juta orang. Tepatnya, 2.019.320. 

Ini merupakan peningkatan yang masif sebab angkanya naik 100 persen hanya dalam kurun waktu 11 hari. Pada (4/4) lalu, jumlah orang yang terpapar COVID-19 menembus satu juta. 

Sedangkan, angka kematian akibat COVID-19 bertambah menjadi 119.588 orang. Data dari World O Meter menjelaskan angka kematian tertinggi akibat COVID-19 berada di Amerika Serikat dengan jumlah 23.640. Di bawahnya ada Spanyol yang mencatat angka kematian 17.756. 

Tingkat kasus positif COVID-19 di Negeri Paman Sam mencapai 581.679. Sedangkan, Spanyol mencatat kasus positif 170.099. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us