Utusan PBB Minta Gencatan Senjata di Yaman Selama Ramadan

Jakarta, IDN Times - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hans Grundberg, mengatakan pada Minggu (20/3/2022) bahwa dia sedang mengupayakan gencatan senjata di Yaman selama Ramadan. Rencana itu akan dimulai awal bulan depan.
Grundberg bertemu dengan kepala negosiator Houthi, Mohammed Abdulsalam, dan pejabat Oman pada Sabtu. Kedua belah pihak membahas konsultasi PBB yang sedang berlangsung dan upaya untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Yaman, dilansir Anadolu Agency.
1. PBB akan berdiskusi dengan pihak terkait

Salah satu yang dibahas dalam pertemuan adalah isu kemungkinan gencatan senjata. Grundberg menambahkan bahwa dia akan melanjutkan untuk berdiskusi dengan pihak-pihak yang berkonflik.
Oman tetap mempertahankan hubungan yang baik dengan kelompok Houthi dan pemerintah Yaman.
Pada 7 Maret, Grundberg mengadakan pembicaraan di Yordania dengan beberapa pihak Yaman dalam upaya untuk menemukan penyelesaian atas pertempuran yang sedang berlangsung di Yaman.
2. Pembicaraan dengan GCC juga akan dihelat pada akhir bulan ini

Dilansir MEHR, pembicaraan pada Sabtu dilakukan setelah sekretaris jendral Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Nayef al-Hajraf, mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan menjadi tuan rumah pembicaraan antara pihak-pihak yang bertikai Yaman di Riyadh dari 29 Maret hingga 7 April.
Pembicaraan akan mencakup enam topik, termasuk militer dan politik. Hajraf mengatakan dalam konferensi pers bahwa langkah GCC untuk mengadakan negosiasi ini bukanlah inisiatif baru, tetapi penegasan kembali bahwa solusi untuk konflik ada di tangan Yaman sendiri.
3. Konflik menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk

Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota Sanaa.
Konflik tersebut telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, di mana hampir 80 persen warga negara atau sekitar 30 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan. Sementara, lebih dari 13 juta orang berada dalam bahaya kelaparan, menurut perkiraan PBB.