Wanita Lebanon Tewas Ditembak Israel saat Hendak Pulang ke Rumah

Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel menembak mati seorang wanita di kota perbatasan Lebanon selatan, Hula, pada Minggu (16/2/2025). Insiden terjadi saat sekelompok warga berusaha kembali ke rumah mereka, dua hari menjelang berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
Tiga warga lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan pasukan Israel tersebut. Pasukan Israel juga menculik empat warga setempat, termasuk seorang petugas penyelamat yang berada di lokasi kejadian.
Badan Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan insiden bermula saat warga melewati pos pemeriksaan tentara Lebanon. Para warga tersebut kemudian menerobos penghalang yang dipasang pasukan Israel di kawasan tersebut.
Peristiwa penembakan ini menambah daftar korban jiwa akibat konflik di wilayah perbatasan. Pada akhir Januari lalu, sebanyak 26 warga Lebanon tewas dalam dua hari setelah ditembak pasukan Israel saat berusaha kembali ke desa-desa mereka, dilansir Middle East Eye.
1. Tentara Lebanon peringatkan bahaya di wilayah selatan
Melansir Al Arabiya, tentara Lebanon mengeluarkan imbauan kepada warga melalui akun media sosial X. Mereka meminta warga tidak mendekati kawasan selatan yang belum sepenuhnya diambil alih pasukan Lebanon.
Bahaya amunisi yang belum meledak masih mengancam di kawasan tersebut. Keberadaan pasukan Israel juga menjadi risiko keselamatan bagi warga yang nekat kembali ke wilayah perbatasan.
Sehari sebelum insiden penembakan, serangan udara Israel menghantam sebuah kendaraan di kawasan Iqlim al-Tuffah, Lebanon selatan. Serangan tersebut menewaskan Abbas Hammoud, komandan unit udara Hizbullah yang bertanggung jawab atas peluncuran drone ke Israel.
2. Tenggat gencatan senjata Israel-Hizbullah akan berakhir
Gencatan senjata rapuh antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku sejak 27 November 2024. Kesepakatan tersebut muncul setelah lebih dari setahun pertempuran, termasuk dua bulan perang skala penuh.
Kesepakatan damai mengatur penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Lebanon dalam 60 hari. Pasukan Lebanon akan mengambil alih kawasan tersebut bersama pasukan penjaga perdamaian PBB.
Hizbullah juga diminta mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan. Kelompok bersenjata tersebut harus membongkar seluruh infrastruktur militer di kawasan selatan.
Tenggat waktu awal yang jatuh pada Januari telah diperpanjang hingga 18 Februari karena Israel gagal memenuhi jadwal penarikan mundur. Kedua pihak saling menuduh melanggar ketentuan gencatan senjata.
3. Sengketa lima titik strategis di perbatasan
Pejabat keamanan senior Israel menyatakan kesiapan mundur dari wilayah Lebanon sesuai tenggat waktu yang disepakati. Namun, ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, mengungkapkan adanya rencana Israel mempertahankan lima titik strategis di wilayah Lebanon selatan.
Lima lokasi tersebut tersebar di sepanjang perbatasan, termasuk area dekat kota Khiam, Odaisseh, Naqoura, dan Ramyeh. Pemerintah Lebanon menolak rencana tersebut.
Pemimpin Hizbullah, Naim Kassem, berpidato di televisi menanggapi rencana Israel.
"Israel harus mundur dari seluruh wilayah Lebanon yang telah didudukinya pada 18 Februari. Tidak ada alasan, tidak ada lima titik atau detail lain dengan alasan apapun," ujarnya, dilansir Washington Post.
Ketegangan di kawasan juga meningkat jelang tenggat waktu gencatan senjata. Otoritas Lebanon mencabut izin pesawat Iran yang akan terbang dari Teheran ke Beirut karena ancaman Israel. Ancaman ini dilayangkan setelah Israel menuduh Iran mengirim dana ke Hizbullah melalui penerbangan sipil.