Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Georgia Beri Ultimatum untuk Tarik RUU Antiagen Asing

Seorang demonstran yang mengibarkan bendera Georgia di Tbilisi, Minggu (3/7/2022). (twitter.com/Shamemovement)

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Georgia, pada Rabu (17/4/2024), kembali memadati area di depan gedung parlemen untuk memrotes Rancangan Undang-Undang (RUU) antiagen asing. Demonstran yang datang memberikan ultimatum kepada parlemen untuk mencabut proses pembahasan RUU tersebut. 

Beberapa hari terakhir, Georgia diributkan pengajuan kembali RUU antiagen asing yang sempat dibahas tahun lalu. Tak hanya terjadi kerusuhan di luar gedung imbas serangan aparat kepolisian, anggota parlemen koalisi dan oposisi juga terlibat adu jotos soal usulan RUU antiagen asing. 

1. Lebih dari 20 ribu demonstran padati depan gedung parlemen

Demonstrasi menolak RUU antiagen asing di Georgia pada Rabu petang diketahui menjadi yang terbesar dalam 3 hari terakhir. Dilaporkan lebih dari 22 ribu orang memadati area depan gedung parlemen di Tbilisi. 

Salah satu pemimpin demo, Poet Rati Amaglobeli mengancam pemerintah untuk segera menolak RUU tersebut. Ia menyebut rakyat Georgia tidak dapat dikalahkan dan akan menyerbu gedung jika permintaannya tidak dicabut. 

"Saya meminta kepada pemerintah untuk segera menarik seluruh hukum tersebut hari ini juga! Ya, hari ini! Mereka seharusnya memberikan pernyataan sekarang, seperti yang dilakukan pada tahun lalu," tegas Amaglobeli, dikutip RFE/RL.

Setelah mendapat ultimatum dari demonstran, masih belum ada respons apapun dari pemerintah setempat atau dari Partai Georgian Dream yang mengusulkan RUU yang dinilai mirip dengan UU di Rusia. 

2. Parlemen Georgia setujui RUU antiagen asing pada pembahasan pertama

Di tengah demonstrasi besar-besaran, mayoritas anggota parlemen justru menyetujui RUU antiagen asing dalam pembahasan pertama ini. Kini, RUU itu hanya tinggal melalui dua pembahasan lagi sebelum disetujui untuk menjadi hukum di Georgia. 

Dalam kesempatan itu, Perdana Menteri (PM) Georgia Irakli Kobakhidze menguatkan dukungannya terhadap RUU antiagen asing. Ia menyebut Georgia rawan dan berada di ambang terdampak Ukrainisasi. 

"Saya mengecam sejumlah organisasi masyarakat dan media independen yang melancarkan serangan terhadap Gereja Ortodoks Georgia dan terus mempromosikan propaganda LGBTQ+ di Georgia," ungkapnya, dilansir OC Media.

Tak hanya itu, Kobakhidze juga menyatakan bahwa demonstran yang menolak UU tersebut yang justru ingin mengorbankan kedaulatan Georgia. Ia juga menekankan bahwa UU ini tidak akan membuat Georgia menjauh dari Uni Eropa (UE). 

3. Rusia dukung penuh penerapan RUU antiagen asing di Georgia

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/@hrustall)

Presiden Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menekankan bahwa UU antiagen asing di Georgia sebenarnya bersumber dari Amerika Serikat (AS). Ia pun menuding AS ikut campur untuk menggerakkan demonstrasi besar-besaran di Georgia. 

"Demonstran membenci RUU tersebut karena menganggapnya sebagai ide dari Rusia dan bukan sebuah inisiatif dari Barat. Maka dari itu, demonstrasi ini seperti yang terjadi di Maidan (Ukraina) yang dipenuhi dengan tekanan dan ancaman," ungkap Medvedev, dikutip Tass.

"Pengusulan UU antiagen asing mengindikasikan penolakan terhadap nilai-nilai Atlantik. Bahkan, penolakan ini dilakukan oleh negara-negara yang patuh pada Anglo-Saxons. Ini hanyalah sebuah permulaan," sambungnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us