Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Suriah Tawarkan Tempat Tinggal bagi Pengungsi Lebanon

kota di Suriah (unsplash.com/Mahmoud Sulaiman)
Intinya sih...
  • Lebanon dilanda serangan Israel, memaksa 130 ribu orang melarikan diri ke Suriah.
  • Warga Suriah menunjukkan solidaritas luar biasa dengan menyambut pengungsi Lebanon di rumah mereka.
  • Pemerintah Suriah memberikan dukungan tambahan kepada pengungsi Lebanon.

Jakarta, IDN Times - Khaled al-Falah, seorang warga kota Madaya di Suriah, membuka pintu rumahnya bagi lima anggota keluarga yang melarikan diri dari pemboman Israel di Lebanon selatan. Madaya hanya berjarak 40 kilometer dari perbatasan Lebanon

Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di seluruh Lebanon dalam upaya menargetkan musuhnya, kelompok Hizbullah. Otoritas Lebanon melaporkan bahwa serangan tersebut telah menewaskan hampir 2 ribu orang dan memaksa lebih dari satu juta lainnya mengungsi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa sedikitnya 130 ribu orang telah melarikan diri ke Suriah, dengan sebagian besar dari mereka merupakan warga lokal. 

"Kami adalah kota perbatasan yang menderita akibat perang. Kami memahami penderitaan mereka yang terlantar. Mereka yang telah merasakan kehilangan dan pengasingan adalah yang paling mampu membantu orang lain," kata al-Falah kepada The New Arab. 

1. Warga juga tawarkan bantuan melalui media sosial

Terlepas dari ketegangan di masa lalu, warga Suriah kini menunjukkan solidaritas luar biasa dengan menyambut warga Lebanon di rumah mereka. Bahkan, beberapa di antaranya membagikan informasi kontak mereka di media sosial untuk menawarkan makanan dan tempat tinggal bagi orang-orang yang membutuhkan

Ghaith Ahmad, warga kota Homs, mengatakan bahwa ia memberikan komentar di sebuah unggahan yang viral untuk menawarkan rumahnya bagi keluarga kecil dari Lebanon.

"Tak lama kemudian, seorang kerabat dari salah satu keluarga menghubungi saya, dan saya menampung keluarga yang terdiri dari tiga orang," ujarnya.

Di ibu kota, sebuah kelompok bernama Pemuda Damaskus, membantu para pengungsi dengan mencarikan mereka tempat tinggal serta menangani urusan hukum, logistik, dan keuangan.

"Kami melakukan ini semata-mata untuk alasan kemanusiaan. Tujuan kami adalah memberikan bantuan apa pun yang bisa kami sediakan," jelas salah satu penyelenggara kampanye, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Sementara itu, di Tartus, sebuah kota pelabuhan di Suriah, Issa menampung keluarga yang mengungsi dari Lebanon di apartemen miliknya.

“Setelah salah satu keluarga pengungsi Lebanon tiba di kota, saya menyambut mereka di sebuah apartemen yang saya miliki dan sewakan untuk mendapatkan penghasilan. Sang ayah menanyakan harga sewa bulanan kepada saya. Saya mengatakan kepadanya: 'Tidak ada uang sewa. Harganya telah dibayar penuh—Anda adalah saudara kami'," kata Issa.

2. Tempat penampungan telah didirikan bagi pengungsi Lebanon

Brigadir Jenderal Muathab al-Moudi, kepala pertahanan sipil di Homs, mengatakan bahwa provinsi tersebut juga telah menyiapkan lima tempat penampungan yang dapat menampung 40 ribu orang, dengan sembilan pusat tambahan yang siap siaga.

“Pusat-pusat ini dilengkapi dengan fasilitas penting, mulai dari air dan listrik hingga perlengkapan tempat tidur dan dapur,” katanya.

Di salah satu tempat penampungan tersebut, Mohammad al-Qassem, seorang pria Lebanon yang melarikan diri dari Beirut selatan bersama keluarga kecilnya mengungkapkan bahwa ia terkejut dengan sambutan hangat yang diterimanya, terutama mengingat ketegangan antara warga Lebanon dan pengungsi Suriah di masa lalu.

Lebanon, yang menjadi rumah bagi sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah, menampung jumlah pengungsi Suriah tertinggi di dunia. Sentimen anti-pengungsi telah lama ada di negara tersebut, namun semakin meningkat sejak dimulainya krisis ekonomi Lebanon pada 2019. 

Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang dan kelompok masyarakat telah mengusir warga Suriah yang tidak memiliki izin tinggal, menutup bisnis yang mempekerjakan mereka, dan menekan pemilik properti agar tidak menyewakan tempat tinggal kepada mereka. 

Menurut laporan PBB pada Maret, lebih dari 13.700 warga Suriah dideportasi atau dikembalikan secara paksa di perbatasan kedua negara pada 2023. Laporan ini juga menyoroti pembatasan yang diterapkan oleh otoritas di Lebanon Selatan, yang menghalangi pengungsi Suriah untuk mendapatkan tempat perlindungan di tengah konflik lintas batas Israel-Hizbullah.

3. Pemerintah Suriah permudah akses masuk bagi warga Lebanon

Dukungan tambahan juga diberikan oleh pemerintah, dengan Komisi Umum Telekomunikasi Suriah kini mengizinkan warga Lebanon untuk mendapatkan kartu SIM Suriah hanya dengan menunjukkan kartu identitas atau paspor mereka, serta menawarkan paket internet gratis bagi mereka yang melintasi perbatasan tanpa dokumen.

Selain itu, 20 ton pasokan medis telah dikirimkan ke Lebanon, dan dokter-dokter Suriah telah diminta untuk menjadi sukarelawan di rumah sakit setempat. Pemerintah Suriah juga mempermudah masuknya pengungsi Lebanon ke negara itu.

"Kami melarikan diri tanpa membawa identitas apapun; kami tidak yakin apakah kami bisa masuk ke Suriah," kata Hiyam Abbas, seorang perempuan yang melarikan diri dari Lebanon selatan bersama keluarganya.

Ia mengetahui melalui kerabatnya yang sudah berada di Suriah bahwa warga Lebanon bisa masuk ke negara itu dengan menggunakan paspor yang sudah kadaluwarsa. Bagi yang tidak membawa dokumen apa pun, mereka hanya perlu mengisi formulir informasi pribadi di perbatasan, yang berfungsi sebagai kartu identitas sementara di Suriah.

“Kami melintasi perbatasan dengan relatif mudah berkat langkah-langkah ini,” ujarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us