Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Contoh Bencana Hidrometeorologi yang Sering Terjadi

ilustrasi bencana hidrometeorologi (pexels.com/Manfred Langpap)
ilustrasi bencana hidrometeorologi (pexels.com/Manfred Langpap)
Intinya sih...
  • Banjir merupakan bencana hidrometeorologi yang paling umum terjadi di seluruh dunia
  • Tanah longsor dapat terjadi akibat curah hujan tinggi dan kondisi tanah atau lereng yang tidak stabil, dengan dampak merusak yang besar
  • Topan dan badai tropis merupakan bencana hidrometeorologi yang ditandai oleh angin kencang, hujan lebat, dan gelombang badai, menyebabkan kerusakan besar terutama di wilayah pesisir

Apa itu bencana hidrometeorologi? Dilansir laman BPBD Kabupaten Bogor, bencana hidrometeorologi merupakan salah satu bencana yang dipengaruhi oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Dari beberapa aktivitas tersebut menimbulkan beragam bencana hidrometeorologi. Kemudian untuk penyebab bencana ini juga tak lepas dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem.

Mengingat frekuensi dan dampaknya yang cukup tinggi, penting bagi kita untuk memahami apa saja contoh bencana hidrometeorologi dan bagaimana cara mengantisipasinya. Artikel ini akan membahas empat contoh bencana hidrometeorologi yang sering terjadi, lengkap dengan penjelasan singkatnya. Yuk, simak agar kamu makin waspada dan siap menghadapi cuaca ekstrem!

1. Banjir si raja bencana hidrometeorologi

ilustrasi banjir (pexels.com/Pok Rie)
ilustrasi banjir (pexels.com/Pok Rie)

Peristiwa bencana satu ini paling umum terjadi di seluruh belahan dunia. Banjir terjadi karena adanya air limpasan karena hujan lebat, meluapnya air sungai, atau kombinasi dari keduanya. Dampaknya bisa sangat parah, merusak rumah dan infrastruktur. Dilansir laman Women’s Resilience to Disasters UN Women, ada tiga jenis banjir yang umum terjadi. Pertama banjir bandang, ini disebabkan oleh hujan lebat yang singkat hingga membuat permukaan air naik sangat cepat. Kedua banjir sungai, ini disebabkan oleh curah hujan tiada henti atau pencairan salju hingga menyebabkan sungai meluap melampaui batasnya. Ketiga banjir pesisir, ini disebabkan oleh gelombang badai dahsyat dan berkaitan langsung dengan siklon tropis atau tsunami.

2. Tanah longsor saat tanah tak kuasa menahan beban air

ilustrasi tanah longsor (pexels.com/Helena Jankovičová Kováčová)
ilustrasi tanah longsor (pexels.com/Helena Jankovičová Kováčová)

Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan tanah jenuh air dan longsor, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan. Dilansir laman Universitas Indonesia (UI), tanah longsor merupakan salah satu bentuk bencana hidrometeorologi yang kerap terjadi akibat curah hujan tinggi dan kondisi tanah atau lereng yang tidak stabil. Bencana ini memiliki potensi merusak sangat besar, terutama di lereng gunung yang padat penduduk.

Masyarakat harus waspada terhadap tanda-tanda awal seperti suara gemuruh dan retakan besar agar dapat melakukan evakuasi dan meminimalisir risiko korban jiwa serta kerusakan. Mitigasi bencana tanah longsor tidak hanya bergantung pada reaksi cepat, tetapi juga pada upaya pencegahan jangka panjang seperti penguatan struktur lereng, penghijauan, serta edukasi masyarakat terkait tanda bahaya dan jalur evakuasi.

3. Topan dan badai tropis angin kencang yang mematikan

ilustrasi bencana angin topan (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi bencana angin topan (pexels.com/Pixabay)

Fenomena badai tropis yang membawa angin sangat kencang dan hujan lebat, berpotensi merusak besar wilayah yang terdampak. Topan dan badai tropis merupakan salah satu bentuk paling ekstrem dari bencana hidrometeorologi yang ditandai oleh angin kencang, hujan lebat, dan gelombang badai yang dapat menyebabkan kerusakan besar terutama di wilayah pesisir. Mereka terbentuk dari laut hangat dan menjadi sangat kuat saat energi laut masih mendukung.

Dampak mematikan dari bencana ini yaitu merobohkan bangunan dan merusak infrastruktur, hujan deras memicu banjir bandang, dan gelombang badai menggenangi pemukiman pesisir. Kesiapsiagaan masyarakat dan sistem peringatan dini menjadi kunci penting dalam menghadapi siklon tropis. Mengingat sifatnya yang berulang tiap tahun di wilayah tertentu, edukasi dan tata ruang pesisir yang adaptif, dan sistem evakuasi yang cepat sangat diperlukan untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian ekonomi akibat bencana hidrometeorologi.

4. Kekeringan kekurangan air yang membahayakan kelangsungan kehidupan

ilustrasi bencana kekeringan (pexels.com/Luis Quintero)
ilustrasi bencana kekeringan (pexels.com/Luis Quintero)

Meskipun bencana ini kebalikan dari banjir, akan tetapi juga menjadi bencana hidrometeorologi yang mengancam pertanian dan ketersediaan air. Dilansir laman OPERANDUM project, kekeringan adalah peristiwa yang berlangsung lambat namun dapat menyebabkan kerusakan agro-ekologis yang besar dan mengganggu kehidupan sosial ekonomi secara serius. Dampaknya tidak hanya terlihat pada turunnya hasil pertanian dan kekurangan pasokan air, tetapi juga memengaruhi ekosistem, ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.

Dalam konteks perubahan iklim global, kekeringan menjadi ancaman yang semakin nyata dan sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi terhadap kekeringan sangat penting, seperti pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, penggunaan teknologi irigasi yang efisien, serta edukasi kepada masyarakat untuk bijak dalam konsumsi air dan ketahanan pangan.

Bencana hidrometeorologi  kerap menjadi ancaman nyata di seluruh dunia. Di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem, keasadaran dan kesiapsiagaan menjadi kunci untuk meminimalisir risiko. Dengan mengenali contoh bencana ini dan memahami situasi, kita bisa lebih tangguh dalam menghadapi bencana serta melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us