Merekonstruksi Paradigma Tambang ala PT Vale Indonesia

- PT Vale Indonesia berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
- Perusahaan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air untuk menurunkan emisi karbon
- Inovasi PT Vale Indonesia berhasil memangkas konsumsi HSFO hingga 67.047 barel per tahun
Indonesia, sebagai salah satu negara megabiodiversitas dunia, menghadapi tantangan besar menjaga kelestarian alam di tengah geliat industri ekstraktif. Di antara tantangan besar yang harus dihadapi, muncul secercah harapan dari upaya nyata perusahaan tambang yang berkomitmen pada keberlanjutan.
Harapan tersebut coba diwujudkan oleh PT Vale Indonesia, perusahaan produsen nikel terbesar di Indonesia yang punya ambisi menciptakan harmoni antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Inovasi dan komitmen PT Vale Indonesia dalam aspek lingkungan, ekosistem, serta target Net Zero Emission (NZE) menghadirkan inspirasi baru bagi dunia industri pertambangan.
1. Menata ulang paradigma tambang dan industri ekstraktif

PT Vale Indonesia tidak sekadar menambang nikel. Mereka berupaya menanamkan paradigma baru untuk menyeimbangkan ekstraksi sumber daya dengan pemulihan lingkungan. Salah satu tonggak utama mereka adalah pengelolaan energi terbarukan.
Sejak 1979, PT Vale Indonesia mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang menjadi tulang punggung operasional smelter di Sorowako, Sulawesi Selatan. Langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Upaya mereka menambang kebaikan berbuah hasil. Pada 2019 lalu, PT Vale Indonesia sukses sebagai pionir di Asia Tenggara dalam pemanfaatan electric boiler bertenaga PLTA untuk proses produksi. Metode tersebut sukses menjadi alternatif yang efektif dari penggunaan high-sulfur fuel oil (HSFO).
Seperti dilaporkan dalam catatan AIM2Flourish, inovasi PT Vale Indonesia sukses memangkas konsumsi HSFO hingga 67.047 barel per tahun sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 330.688 ton CO2eq pada 2022. Ini setara pengurangan 17 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam kurun 2018–2022, total penurunan emisi GRK mencapai 373.563 ton CO2eq. Capaian ini lantas menempatkan PT Vale Indonesia sebagai perusahaan dengan intensitas karbon terendah di sektor nikel Indonesia.
2. Daur ulang limbah menjadi sumber energi untuk menciptakan ekonomi sirkular

Komitmen PT Vale Indonesia terhadap NZE tidak terbatas pada penggunaan energi bersih. Pada 2024, PT Vale Indonesia meluncurkan fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Fasilitas tersebut diciptakan untuk mengubah sampah domestik menjadi sumber energi alternatif.
Fasilitas baru ini sanggup mengolah lebih dari 50 ton sampah per hari. Proses yang dilakukan berhasil menghasilkan 14 ton bahan bakar alternatif sekaligus melayani sekitar 17.000 rumah tangga di sekitar wilayah operasi. Proyek ini tidak hanya menekan biaya pengelolaan TPA dan konsumsi bahan bakar fosil, tetapi juga mendorong ekonomi sirkular dengan nilai ekonomi tahunan mencapai Rp1,2 miliar yang langsung dinikmati masyarakat sekitar.
RDF menjadi bukti konkret bahwa limbah bukan akhir dari siklus konsumsi. Ia bisa menjadi awal dari energi baru yang ramah lingkungan. Apalagi, PT Vale Indonesia punya target ambisius zero waste to landfill pada 2025. Inovasi pengelolaan limbah ini termasuk solusi ekologis sekaligus sosial yang konkret untuk menciptakan lapangan kerja baru serta perputaran ekonomi yang manfaatnya bisa dirasakan oleh berbagai lapisan.
3. Menuju Net Zero Emission sebagai investasi untuk masa depan

Misi keberlanjutan tak akan bisa dicapai tanpa rencana investasi jangka panjang tepat sasaran. Maka dari itu, ambisi besar PT Vale Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission mereka rupakan dalam investasi bernilai 9 miliar dolar AS atau setara Rp148,3 triliun untuk membangun fasilitas produksi nikel bersih nol emisi (net-zero nickel production facility) bersama mitra global, GEM Co., Ltd.
Fasilitas ini bakal didukung teknologi mutakhir, riset pengembangan, serta didesain menggunakan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) yang ketat. Investasi ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama rantai pasok baterai kendaraan listrik dunia, tetapi juga mempercepat transisi energi bersih nasional. Bahkan, tak hanya aspek teknis, PT Vale Indonesia juga mengalokasikan dana khusus untuk pengembangan SDM, pusat riset, dan fasilitas publik untuk memastikan bahwa transformasi hijau yang mereka usung memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan.
Jejak PT Vale Indonesia adalah bukti bahwa pertambangan tidak selalu identik dengan kerusakan alam. Melalui inovasi energi terbarukan, pengelolaan limbah berkelanjutan, rehabilitasi ekosistem, dan kolaborasi sosial, PT Vale Indonesia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.
Model #StartsWithMe ala PT Vale Indonesia ini layak menjadi inspirasi dan standar baru bagi industri ekstraktif di Indonesia dan dunia. Apalagi, di tengah krisis iklim global yang tengah terjadi, komitmen PT Vale Indonesia #MenambangKebaikan menunjukkan bahwa masa depan hijau bukan sekadar wacana, melainkan keniscayaan yang bisa dicapai lewat aksi nyata, kolaborasi, dan inovasi berkelanjutan.