Good Doctor x AstraZeneca, Era Baru Layanan Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi salah satu masalah kesehatan serius yang membutuhkan perhatian lebih. Kerusakan ginjal yang terjadi secara struktural maupun fungsional dapat mengganggu proses penyaringan limbah dalam tubuh, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Parahnya, penyakit ini kerap kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga banyak orang baru menyadarinya saat telah memasuki stadium lanjut.
Pada tahap tersebut, pasien biasanya memerlukan cuci darah atau transplantasi ginjal yang membutuhkan biaya besar. Karena itu, kolaborasi antara sektor kesehatan dan teknologi, seperti yang dilakukan AstraZeneca dan Good Doctor, menjadi langkah strategis dalam mendeteksi dan mengelola penyakit ini lebih dini.
1. Pentingnya deteksi dini penyakit ginjal kronis

Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai "silent disease" karena gejalanya kerap kali tidak terasa pada tahap awal. Banyak pasien baru menyadari adanya masalah ginjal saat sudah memasuki stadium empat atau lima, di mana cuci darah atau transplantasi ginjal menjadi solusi utama. Pada tahap ini, kondisi ginjal sudah rusak parah, sehingga penanganan menjadi lebih kompleks dan mahal. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk mencegah perburukan kondisi ini. Dengan deteksi lebih awal, pasien bisa mendapatkan penanganan yang tepat sejak dini, sehingga biaya pengobatan yang mahal dapat diminimalkan.
Selain itu, deteksi dini memungkinkan pasien melakukan perubahan gaya hidup dan intervensi medis lebih awal. Langkah ini dapat memperlambat perkembangan penyakit dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih parah. Kampanye kesadaran publik melalui edukasi dan pemeriksaan kesehatan rutin perlu terus digalakkan. Fitur "Yuk, Cek Risiko Penyakit Ginjal Anda" dari Good Doctor menjadi salah satu contoh inovasi yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi risiko penyakit ginjal secara mandiri dan proaktif.
2. Beban biaya pengobatan penyakit ginjal kronis

Pengobatan penyakit ginjal kronis membutuhkan biaya yang sangat besar. Data dari BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa biaya pengobatan PGK menempati peringkat kedua pembiayaan tertinggi, menghabiskan anggaran sekitar Rp1,9 triliun. Sebuah penelitian di enam rumah sakit di Indonesia selama 14 bulan mencatat total biaya pengobatan mencapai Rp2,05 miliar yang mencakup hemodialisis, tindakan berat, dan jasa penelitian. Biaya ini menjadi beban besar bagi pasien, keluarga, dan sistem kesehatan nasional.
Selain biaya pengobatan langsung, pasien dan keluarganya juga menghadapi beban biaya tidak langsung, seperti biaya transportasi, hilangnya produktivitas kerja, dan pengeluaran lainnya. Tingginya biaya ini membuat banyak pasien kesulitan mengakses layanan pengobatan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pengelolaan PGK sejak awal menjadi solusi efektif untuk mengurangi beban biaya pengobatan. Intervensi berbasis teknologi, seperti layanan telemedisin yang ditawarkan Good Doctor, memungkinkan pengelolaan kesehatan yang lebih efektif dan hemat biaya.
3. Fakta global dan nasional penyakit ginjal kronis

Penyakit ginjal kronis tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian global. Data dari International Society of Nephrology menyebutkan bahwa PGK merupakan penyebab kematian dengan pertumbuhan tercepat ketiga di dunia dan diprediksi menjadi penyebab kematian kelima pada tahun 2040. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak PGK terhadap kesehatan global.
Di Indonesia, laporan Global Burden of Disease (GBD) 2019 menempatkan PGK dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi, dengan lebih dari 42 ribu jiwa meninggal setiap tahunnya. Prevalensinya terus meningkat, dengan lebih dari 700 ribu orang di Indonesia terdiagnosis menderita PGK. Fakta ini menunjukkan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah, institusi kesehatan, dan penyedia layanan kesehatan berbasis teknologi untuk mengendalikan penyebaran dan dampak PGK di Indonesia.
4. Kolaborasi AstraZeneca dan Good Doctor dalam pengelolaan penyakit ginjal kronis

AstraZeneca dan Good Doctor menjalin kemitraan strategis untuk meningkatkan pengelolaan penyakit ginjal kronis di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong diagnosis dini dan intervensi lebih awal. Melalui aplikasi Good Doctor, masyarakat dapat mengakses fitur "Yuk, Cek Risiko Penyakit Ginjal Anda" yang memungkinkan pengguna mengisi serangkaian pertanyaan untuk mengevaluasi risiko PGK. Dari jawaban tersebut, dokter dapat memberikan rekomendasi tata laksana medis dan gaya hidup yang sesuai.
Kemitraan ini diharapkan mampu mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan pengelolaan penyakit ginjal secara berkelanjutan. Dengan kemudahan akses dan proses skrining yang cepat, lebih banyak masyarakat dapat mengidentifikasi risiko sejak dini dan mengambil langkah pencegahan. Inisiatif ini juga menunjukkan bagaimana teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mempercepat akses layanan kesehatan secara luas.
5. Manfaat layanan telemedisin untuk penyakit ginjal kronis

Layanan telemedisin memainkan peran penting dalam pengelolaan penyakit ginjal kronis. Good Doctor telah membuktikan efektivitas layanan ini melalui studi percontohan dalam pengobatan diabetes. Studi tersebut menunjukkan bahwa pemantauan kesehatan secara digital mampu menurunkan kadar gula darah pasien yang terlibat dalam penelitian. Konsep ini diadopsi dalam pengelolaan PGK, di mana pasien dapat melakukan pemantauan risiko ginjal melalui aplikasi.
Melalui layanan berbasis teknologi ini, pasien dapat memperoleh pengelolaan yang lebih efektif, mengurangi kebutuhan kunjungan ke rumah sakit, dan menghemat biaya pengobatan jangka panjang. Pasien juga dapat menerima konsultasi jarak jauh dengan dokter, memantau kondisi kesehatan mereka, dan mendapatkan rekomendasi gaya hidup yang tepat. Dengan demikian, layanan telemedisin memperkuat pengelolaan PGK secara berkelanjutan dan efektif.
Kolaborasi AstraZeneca dan Good Doctor memanfaatkan teknologi digital untuk deteksi dini dan pengelolaan penyakit ginjal, meningkatkan kesadaran, kualitas hidup, serta menekan biaya dan angka kematian. (WEB/AD)