Positif COVID-19? Ini 10 Hal yang Dapat Dilakukan Saat Isolasi Mandiri

Wabah COVID-19 yang muncul pada akhir 2019 lalu sangat menggemparkan dunia. Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 tersebut menyebar dengan cepat. Obat yang tepat pun belum ditemukan sampai saat ini. Namun, pengobatan tetap diberikan untuk meningkatkan sistem imun tubuh dan mengatasi gejala yang muncul.
Penderita dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Bahkan, banyak penderita yang tidak mengalami gejala COVID-19. Nah, bagi penderita dengan gejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) diwajibkan untuk melakukan isolasi mandiri. Masa isolasi minimal 10 hari.
Isolasi mandiri dapat menimbulkan kecemasan dan kebosanan. Sementara itu, kesembuhan penderita didukung oleh kesehatan fisik dan mental selama isolasi mandiri. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
1. Pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik

Ruangan dengan ventilasi yang buruk dapat meningkatkan penyebaran COVID-19. Hal ini disebabkan tidak adanya pergantian udara di dalam ruangan yang mengandung virus penyebab COVID-19 dengan udara segar.
Dilansir Public Health England, penderita melepaskan partikel berupa droplet dan aerosol ketika bersin atau batuk. Droplet adalah percikan cairan, sedangkan aerosol adalah droplet berukuran kecil yang dapat bertahan di udara dalam jangka waktu tertentu. Keduanya dapat mengandung virus penyebab COVID-19. Apabila droplet yang berukuran lebih besar jatuh ke tanah dengan cepat, aerosol yang mengandung virus dapat melayang di udara secara tidak kasat mata.
Penderita perlu menghirup udara yang segar walaupun sedang melakukan isolasi mandiri. Cara mudah yang dapat dilakukan adalah membuka semua jendela di rumah. Namun, cara berbeda dilakukan apabila terdapat anggota keluarga yang tidak terinfeksi. Kamu dapat membuka sedikit jendela kamarmu, namun tutuplah pintu dengan rapat. Hal ini bertujuan mencegah penyebaran udara yang telah terkontaminasi oleh virus.
2. Hindari kontak fisik secara langsung

Penyebaran penyakit COVID-19 dapat diminimalisasi dengan physical distancing, yaitu upaya menjaga jarak ketika melakukan interaksi sosial. Hal ini bertujuan mencegah orang yang sehat terpapar partikel-partikel yang mengandung virus SARS-CoV-2. Dengan demikian, diterapkan kebijakan isolasi mandiri bagi orang yang terinfeksi COVID-19.
Apabila kamu terinfeksi, tetaplah menggunakan masker ketika berada di dalam kamar. Selain itu, jagalah jarak dengan anggota keluarga minimal satu meter. Mintalah mereka untuk meletakkan keperluanmu, seperti makanan dan minuman di depan pintu kamar.
Apabila kamu memesan makanan secara online, kamu dapat meminta driver untuk meletakkannya di depan pagar. Jangan lupa untuk membayar dengan fitur layanan uang elektronik yang tersedia.
3. Cucilah tangan secara rutin

Seringkali kita memegang suatu benda lalu mencuci tangan tanpa menggunakan sabun. Sementara itu, air mengalir hanya melarutkan kotoran yang menempel di tangan tanpa membunuh kuman dan virus penyebab COVID-19.
Dilansir UNESCO, virus SARS-CoV-2 memiliki lapisan pelindung yang berminyak. Bagian molekul sabun yang bersifat hidrofobik (takut air) akan merusak lapisan tersebut sehingga pelindungnya terbuka. Kandungan DNA virus pun ikut rusak sehingga virus mati dan terperangkap dalam busa sabun. Bagian molekul sabun yang bersifat hidrofilik (suka air) akan berikatan dengan air. Air pun melarutkan sabun bersama kotoran, kuman, dan virus yang telah mati.
Oleh karena itu, cucilah tangan dengan sabun selama minimal 20 detik. Pastikan kamu menggosok seluruh bagian tangan seperti telapak tangan, punggung tangan, di sela-sela jari, dan di bawah kuku.
4. Bersihkan permukaan benda yang sering digunakan dengan disinfektan

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada suatu benda. Dilansir WHO, produk disinfektan yang sebaiknya digunakan adalah produk dengan bahan aktif natrium hipoklorit 0,05 persen atau alkohol 70 persen.
Gagang pintu, meja, remote TV, dan saklar lampu adalah beberapa benda yang seringkali disentuh oleh banyak orang. Akibatnya, virus penyebab COVID-19 dapat menempel di permukaan benda tersebut. Apabila rumah dibersihkan dengan disinfektan secara rutin, jumah virus akan berkurang sehingga persebarannya pun menurun. Perhatikan pula petunjuk pemakaian yang tertera pada setiap produk, ya!
5. Awasi gejala COVID-19 yang muncul

Penderita COVID-19 dapat tidak mengalami gejala atau OTG. Namun gejala dapat muncul selama isolasi mandiri. Beberapa gejala COVID-19 adalah demam, batuk, sakit kepala, radang tenggorokan, dan anosmia. Anosmia adalah kondisi dimana penderita kehilangan kemampuan indera penciuman sebagian atau keseluruhan sehingga penderita tidak mampu membau apa pun.
Apabila gejala yang muncul tergolong ringan, penderita dapat meminum obat sesuai dengan keluhan yang dirasakan. Contohnya, parasetamol untuk mengatasi demam dan sakit kepala. Lalu, konsultasikan kepada dokter secara online apabila masih merasakan gejala setelah meminum obat.
Beberapa gejala serius yang dapat dirasakan adalah kesulitan bernapas, tidak dapat berbicara, dan nyeri pada dada. Apabila hal tersebut terjadi, segera hubungi kontak darurat agar mendapatkan pertolongan medis. Petugas medis akan menentukan apakah penderita dapat melanjutkan isolasi mandiri atau harus dirawat di rumah sakit.
6. Pelajari teknik yang tepat untuk menangani sesak napas
Peradangan pada paru-paru oleh virus SARS-Cov-2 dapat membuat penderita sesak nafas. Hal ini mengganggu aktivitas akibat tubuh kekurangan oksigen.
Dilansir Healthline, latihan pernafasan tidak mencegah COVID-19, namun mampu mengurangi dampaknya terhadap sistem pernafasan. Latihan pernafasan juga dapat mengurangi stres selama isolasi mandiri.
Salah satu teknik pernafasan yang dapat dilakukan adalah pursed lip breathing. Teknik ini bertujuan membuka jalur pernafasan lebih lama dengan mengurangi jumlah tarikan nafas per menit. Langkah-langkah pursed lip breathing adalah sebagai berikut:
- Duduk dengan santai dimana otot bahu dan leher dalam keadaan rileks
- Tarik nafas perlahan melalui hidung dengan mulut tertutup
- Kerucutkan bibir seperti hendak meniup lilin sebelum menghembuskan nafas
- Hembuskan nafas perlahan melalui mulut
- Cobalah menghembuskan nafas lebih lama daripada ketika menarik nafas
7. Berolahraga di pagi hari

Selama isolasi mandiri, bukan berarti kamu tidak dapat beraktivitas, lho! Walaupun berada dalam ruangan terbatas, kamu dapat melakukan olahraga ringan saat pagi hari. Hal ini dapat menambah stamina karena meningkatkan kandungan oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan otot. Dengan demikian, kamu lebih bersemangat saat melakukan sesuatu.
Selain itu, berolahraga di pagi hari dapat meningkatkan kandungan vitamin D dalam tubuh. Selain berperan dalam pembentukan kalsium dalam tulang, vitamin D juga berperan dalam regulasi sistem imun. Peradangan yang ditimbulkan akibat perlawanan tubuh terhadap zat asing dapat diredakan oleh vitamin D.
8. Buatlah menu makanan sehat dan bergizi

Makanan adalah sumber nutrisi yang penting agar tubuh dapat bertahan ketika sakit. Namun, pola makan yang tidak terjaga dapat menyebabkan suatu penyakit. Contohnya, diabetes dan kolestrol.
Sebaiknya, makanlah makanan segar seperti sayur dan buah-buahan untuk memperoleh kandungan vitamin yang maksimal. Jangan memasak sayuran terlalu lama karena dapat menghilangkan vitamin di dalamnya.
Hindarilah makanan dengan kandungan garam atau gula yang tinggi. Kandungan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kerusakan ginjal dan jantung. Sementara itu, kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan obesitas.
Sebaliknya, konsumsilah makanan dengan protein tinggi. Protein berperan terhadap penggantian sel-sel yang rusak. Protein dapat diperoleh dari hewan contohnya ikan, ayam, daging sapi, telur, dan susu. Sementara itu, protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti tahu dan tempe.
9. Tingkatkan mood dengan melakukan hobi

Hobi berperan penting dalam menjaga kesehatan mental selama isolasi mandiri. Selain itu, melakukan suatu hobi dapat meningkatkan produktivitas.
Ketika kamu merasa bosan atau stres, luangkan waktumu untuk melakukan kegiatan yang kamu sukai. Saat itu, tubuh akan melepaskan hormon yang disebut dopamin. Dopamin berperan terhadap perasaan bahagia. Tubuh pun lebih rileks dan kamu akan termotivasi untuk tetap aktif selama berada di rumah.
10. Tetap berinteraksi dengan orang terdekat

Isolasi mandiri dan physical distancing bukan berarti menarik diri dari lingkungan sosial. Berbagai media sosial telah menyediakan fitur video call sehingga kamu dapat berjumpa dengan orang terdekat secara daring. Fitur tersebut dapat mengurangi rasa kesepian dan mencegah munculnya penyakit mental, seperti depresi dan kecemasan.
Orang terdekat juga dapat mengalami kecemasan ketika kamu terindikasi positif COVID-19. Hal ini disebabkan mereka tidak mengetahui kondisimu secara langsung saat isolasi mandiri. Oleh karena itu, jangan lupa memberi kabar kepada mereka, ya!
Isolasi mandiri bukanlah hal yang menyeramkan. Jadi, jangan patah semangat dan tetaplah beraktivitas!