Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Air Kencing Berbusa Tanda Sakit Apa? Ini 11 Kemungkinan Penyebabnya

ilustrasi urine (freepik.com/freepik)
ilustrasi urine (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Penyakit ginjal dapat menyebabkan urine berbusa, disertai gejala lain seperti kulit gatal, mual, sesak napas, dan pembengkakan di tubuh.
  • Dehidrasi bisa membuat urine lebih pekat sehingga tampak berbusa karena mengandung konsentrasi tinggi dari zat sisa bernama urochrome.
  • Diabetes dan hipertensi juga bisa menjadi penyebab urine berbusa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sistem ekskresi bukan cuma cara tubuh membuang limbah, tetapi juga bisa menjadi indikator kesehatan kamu. Dalam banyak kasus, jumlah, maupun bentuknya dapat memberi petunjuk adanya masalah di dalam tubuh.

Salah satu perubahan yang perlu diperhatikan adalah urine yang tampak berbusa. Walaupun ini kadang bisa muncul karena hal sederhana, seperti aliran kencing yang terlalu deras, tetapi kondisi ini juga bisa menjadi tanda adanya penyakit yang lebih serius.

Kondisi apa saja yang mungkin menyebabkan urine berbusa? Yuk, simak penjelasan di bawah ini sampai tuntas.

1. Penyakit ginjal

Salah satu fungsi penting ginjal adalah menyaring protein dalam darah. Protein ini sangat dibutuhkan tubuh untuk berbagai hal, salah satunya menjaga keseimbangan cairan. Namun, jika ginjal mengalami kerusakan atau penyakit, sebagian protein bisa bocor keluar dan ikut terbawa ke dalam urine.

Salah satu protein yang paling sering menjadi indikator adalah albumin. Dalam kondisi normal, ginjal yang sehat tidak akan membiarkan albumin dalam jumlah besar lolos ke urine. Akan tetapi, saat ginjal bermasalah, albumin bisa ikut keluar. Kondisi ini disebut albuminuria atau kadang disebut juga proteinuria, yaitu keberadaan protein dalam urine. Tanda yang paling mudah dikenali adalah urine yang terus-menerus berbusa, yang bisa menjadi gejala awal penyakit ginjal.

Selain urine berbusa, penyakit ginjal juga bisa menimbulkan gejala lain, seperti:

  • Kulit gatal.
  • Mual atau muntah.
  • Sesak napas.
  • Pembengkakan di tubuh.
  • Cepat lelah tanpa sebab jelas.
  • Buang air kecil terlalu sering atau justru sangat sedikit.
  • Sakit kepala.
  • Hilang nafsu makan atau penurunan berat badan tanpa sebab.
  • Sulit konsentrasi atau tidur.
  • Nyeri dada.
  • Kram otot.

Jika gejala-gejala di atas muncul, apalagi jika ada riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, atau diabetes, sebaiknya segera temui dokter untuk menjalani tes.

2. Dehidrasi

Saat tubuh kekurangan cairan, urine jadi lebih pekat karena mengandung konsentrasi tinggi dari zat sisa bernama urochrome. Nah, urochrome ini punya sifat seperti surfaktan, mirip dengan sabun. Karena sifat itulah, ketika kamu buang air kecil, urine bisa tampak berbusa.

3. Diabetes

ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Diabetes atau kondisi lain yang menyebabkan gula darah tinggi bisa membuat lebih banyak albumin lolos melewati ginjal. Ini dapat memicu proteinuria, yang salah satu tandanya adalah urine berbusa.

Salah satu komplikasi serius dari diabetes adalah nefropati diabetik, kondisi kerusakan ginjal akibat diabetes yang berkembang perlahan selama bertahun-tahun. Kondisi ini muncul karena perubahan pada struktur dan fungsi ginjal.

Pada nefropati diabetik, terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) dan sistem penyaring di ginjal. Akibatnya, protein bisa lebih mudah bocor ke dalam urine. Inilah yang kemudian menyebabkan proteinuria dan munculnya urine berbusa.

Selain urine berbusa, orang dengan diabetes juga bisa mengalami gejala lain:

  • Penglihatan kabur.
  • Mulut kering.
  • Rasa haus terus-menerus.
  • Sering buang air kecil.
  • Rasa lapar berlebihan.
  • Luka yang sulit sembuh.
  • Cepat lelah.
  • Turun berat badan tanpa sebab jelas.
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan maupun kaki.

4. Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa mengganggu fungsi sistem penyaringan ginjal, merusak pembuluh darah, dan mengacaukan keseimbangan cairan tubuh.

Pada ibu hamil, keberadaan protein dalam urine bisa menjadi tanda kondisi serius bernama preeklamsia, yaitu tekanan darah tinggi yang muncul selama kehamilan. Preeklamsia perlu diwaspadai karena dapat membahayakan kesehatan ibu maupun janin jika tidak segera ditangani.

Gejala hipertensi

Meskipun banyak yang tidak mengalami gejala, tetapi beberapa tanda umum meliputi:

  • Sakit kepala.

  • Pusing.

  • Penglihatan kabur.

  • Sesak napas.

  • Detak jantung yang tidak teratur.

Gejala preeklamsia

Salah satu tanda awal preeklamsia adalah tekanan darah tinggi dan protein dalam urine. Sayangnya, kedua tanda ini sering kali tidak disadari oleh ibu hamil. Untungnya, kondisi tersebut biasanya bisa terdeteksi melalui pemeriksaan rutin kehamilan.

Dalam beberapa kasus, gejala tambahan bisa muncul, seperti:

  • Sakit kepala hebat.
  • Gangguan penglihatan, misalnya pandangan buram atau muncul kilatan cahaya.
  • Nyeri di bawah tulang rusuk.
  • Muntah.
  • Pembengkakan mendadak di wajah, tangan, atau kaki.

Jika kamu merasakan gejala-gejala tersebut, segera hubungi tenaga kesehatan—baik bidan, dokter umum, atau layanan darurat medis. Kondisi ini bisa berujung pada komplikasi serius bagi ibu maupun bayi bila tidak diawasi dan ditangani dengan tepat. Makin dini preeklamsia didiagnosis dan dipantau, makin besar pula peluang ibu dan bayi untuk tetap sehat dan selamat.

5. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) bisa menjadi salah satu penyebab urine berbusa, terutama bila bakteri sudah mencapai kandung kemih. Dalam kondisi ini, busa di urine biasanya bukan satu-satunya gejala. Gejala lain yang dapat menyertai:

  • Rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
  • Sering buang air kecil, meski hanya sedikit yang keluar.
  • Adanya darah dalam urine.

Untuk memastikan adanya infeksi, dokter biasanya menyarankan tes kultur urine. Tes ini tidak hanya mengonfirmasi apakah ada bakteri, tetapi juga mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi, sehingga dokter bisa menentukan antibiotik yang tepat.

6. Efek samping obat pereda nyeri

ilustrasi obat pereda nyeri (pexels.com/JESHOOTS.com)
ilustrasi obat pereda nyeri (pexels.com/JESHOOTS.com)

Beberapa jenis obat ternyata bisa memengaruhi cara kerja ginjal. Misalnya, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), obat yang sering digunakan untuk meredakan nyeri atau peradangan.

Obat-obatan ini dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyerap kembali protein yang sudah melewati sistem penyaringan. Akibatnya, protein bisa ikut keluar bersama urine. Jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini dapat menjadi sinyal awal adanya gangguan pada fungsi ginjal.

7. Lupus

Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh bekerja untuk melindungi kita dari kuman dan penyakit. Namun, pada penyakit autoimun, sistem pertahanan ini justru berbalik menyerang jaringan tubuh sendiri.

Salah satu organ yang bisa menjadi sasaran adalah ginjal. Ketika ginjal diserang, fungsinya terganggu dan tidak mampu menyaring darah dengan baik. Akibatnya, protein bisa ikut bocor ke dalam urine, yang sering terlihat sebagai tanda awal adanya masalah ginjal.

Gejala lupus bisa bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat memengaruhi berbagai organ tubuh. Beberapa gejala umum lupus meliputi: 

  • Ruam kulit: Ruam kulit khas lupus berbentuk seperti sayap kupu-kupu di pipi dan batang hidung, yang dikenal sebagai "butterfly rash" atau "malar rash". Namun, tidak semua pasien lupus mengalami ruam ini.

  • Kelelahan berat: Kelelahan yang berlebihan dan sulit diatasi juga merupakan gejala lupus yang sering terjadi, yang dapat memengaruhi kualitas hidup.

  • Nyeri dan pembengkakan sendi: Pasien lupus sering mengalami nyeri dan pembengkakan pada sendi, terutama di tangan dan kaki. Gejala ini dapat membatasi gerakan dan membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit.

  • Gangguan pada organ tubuh lainnya: Lupus juga dapat memengaruhi organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak, menyebabkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada organ yang terkena.

8. Air mani dalam urine

Pada pria, urine berbusa kadang bisa disebabkan oleh adanya air mani yang ikut keluar bersama urine. Kondisi ini memang tidak umum, tetapi bisa terjadi ketika sejumlah kecil air mani masuk ke uretra. Hal ini dapat terjadi, misalnya pada kasus prostatitis (radang prostat) atau ejakulasi retrograde, yang mana air mani justru mengalir balik ke kandung kemih, lalu keluar saat buang air kecil.

9. Pembersih toilet

ilustrasi rutin membersihkan toilet (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi rutin membersihkan toilet (freepik.com/rawpixel.com)

Kadang, penyebab urine berbusa bukan berasal dari dalam tubuh, melainkan dari lingkungan luar. Misalnya, penggunaan pembersih toilet yang mengandung bahan surfaktan, seperti sodium laureth sulfate (SLES).

Zat ini bisa meninggalkan residu di permukaan kloset atau di dalam air. Saat kamu buang air kecil, residu tersebut akan bercampur dengan urine dan menghasilkan busa, mirip efek sabun yang terkena air.

10. Kandung kemih terlalu penuh

Kadang, urine berbusa bukan pertanda penyakit, melainkan efek dari kandung kemih yang terlalu penuh. Saat kamu menahan buang air kecil terlalu lama, aliran urine bisa keluar dengan sangat cepat. Ketika mengenai permukaan air di toilet, aliran deras ini dapat menimbulkan gelembung atau busa.

Kabar baiknya, ini biasanya akan hilang dalam beberapa menit dan tidak menandakan adanya masalah kesehatan serius.

Cara mudah untuk membedakan penyebabnya adalah dengan membiarkan urine di toilet selama beberapa menit sebelum disiram. Jika busa menghilang setelah beberapa saat, maka penyebabnya kemungkinan hanya karena aliran urine yang terlalu cepat, sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus.

Meski begitu, penting untuk tidak membiasakan menahan kencing terlalu lama. Penumpukan urine di kandung kemih bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, batu ginjal, hingga inkontinensia urine di kemudian hari.

11. Aktivitas fisik yang intens

Saat berolahraga, ginjal juga ikut bekerja lebih keras. Aktivitas fisik bisa menimbulkan stres sementara pada ginjal, sehingga sebagian protein ikut bocor ke dalam urine. Kondisi ini disebut proteinuria akibat olahraga.

Kabar baiknya, proteinuria jenis ini biasanya tidak berbahaya. Begitu tubuh beristirahat dan pulih, fungsi ginjal kembali normal dan urine pun tidak lagi berbusa.

Kapan harus menemui dokter?

ilustrasi konsultasi dokter (vecteezy.com/Sakda Intawiphan)
ilustrasi konsultasi dokter (vecteezy.com/Sakda Intawiphan)

Kadang, urine berbusa sama sekali tidak berarti apa-apa, apalagi jika hanya terjadi sekali atau sebentar saja. Namun, kondisi ini bisa menjadi tanda masalah kesehatan jika muncul terus-menerus atau disertai gejala lain.

Sebaiknya buat janji temu dengan dokter jika:

  • Urine berbusa sering terjadi dan makin lama makin jelas.
  • Kamu jadi lebih sering atau lebih mendesak ingin buang air kecil, terutama pada malam hari.
  • Urine berbusa disertai gejala lain seperti gatal, sesak napas, atau pembengkakan di tangan dan kaki.
  • Memiliki diabetes yang sulit dikendalikan.
  • Kamu sedang hamil trimester akhir, karena bisa terkait risiko preeklamsia.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.

Kencing berbusa umumnya tidak berbahaya. Namun, bila disertai gejala lain yang tak biasa, bisa jadi itu adalah tanda adanya penyakit tertentu. Dalam hal ini, sebaiknya periksakan diri ke dokter agar bisa segera diketahui penyebabnya dan mendapat penanganan yang tepat.

Referensi

Arend Bökenkamp, “Proteinuria—take a Closer Look!” Pediatric Nephrology 35, no. 4 (January 10, 2020): 533–41, https://doi.org/10.1007/s00467-019-04454-w.

"Albuminuria: Albumin in the Urine." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.

"What Is Chronic Kidney Disease in Adults?" National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.

Preeti Rout and Ishwarlal Jialal, “Diabetic Nephropathy,” StatPearls - NCBI Bookshelf, January 9, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534200/.

Kyriakos Ioannou, “Diabetic Nephropathy: Is It Always There? Assumptions, Weaknesses and Pitfalls in the Diagnosis,” HORMONES 16, no. 4 (February 11, 2018), https://doi.org/10.14310/horm.2002.1755.

"Symptoms & Causes of Diabetes." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.

Rebekah Belasco et al., “The Effect of Hydration on Urine Color Objectively Evaluated in CIE L*a*B* Color Space,” Frontiers in Nutrition 7 (October 26, 2020), https://doi.org/10.3389/fnut.2020.576974.

"Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Overview-Pre-eclampsia." National Health Service. Diakses September 2025.

Dan Pugh, Peter J. Gallacher, and Neeraj Dhaun, “Management of Hypertension in Chronic Kidney Disease,” Drugs 79, no. 4 (February 13, 2019): 365–79, https://doi.org/10.1007/s40265-019-1064-1.

"What Does Foamy Urine Mean? (7 Common Causes)." Tua Saude. Diakses September 2025.

Evangelina Mérida and Manuel Praga, “NSAIDs and Nephrotic Syndrome,” Clinical Journal of the American Society of Nephrology 14, no. 9 (August 15, 2019): 1280–82, https://doi.org/10.2215/cjn.08090719.

Alexander Kaysin and Anthony J. Viera, “Community-Acquired Pneumonia in Adults: Diagnosis and Management,” AAFP, November 1, 2016, https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2016/1101/p698.html#diagnosis.

"Lupus." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

Cara a. M. Bondi et al., “Human and Environmental Toxicity of Sodium Lauryl Sulfate (SLS): Evidence for Safe Use in Household Cleaning Products,” Environmental Health Insights 9 (January 1, 2015): EHI.S31765, https://doi.org/10.4137/ehi.s31765.

Abubakr A Imam and Sermin A Saadeh, “Evaluation of Proteinuria and Hematuria in Ambulatory Setting,” Pediatric Clinics of North America 69, no. 6 (October 29, 2022): 1037–49, https://doi.org/10.1016/j.pcl.2022.07.002.

"Reasons Why You Have Foamy Urine." Health. Diakses September 2025.

"What causes foamy urine?" Medical News Today. Diakses September 2025.

"Causes of Foamy Pee and When to Seek Treatment." Verywell Health. Diakses September 2025.

"Is Foamy Urine a Sign of Kidney Disease?" Fresenius Kidney Care. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Alfonsus Adi Putra
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Berdasarkan Masalah Kulit Kepala Kamu, Ini Penyakit yang Mengintai

10 Sep 2025, 22:25 WIBHealth