Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Kurang Tidur Kronis Bisa Jadi Faktor Risiko Baru Penuaan Otak

ilustrasi insomnia (vecteezy.com/nuttawan jayawan)
ilustrasi insomnia (vecteezy.com/nuttawan jayawan)
Intinya sih...
  • Insomnia kronis meningkatkan risiko demensia atau gangguan kognitif ringan sebesar 40 persen, setara dengan otak yang menua 3,5 tahun lebih cepat.
  • Penelitian menemukan kaitan insomnia dengan plak beta-amyloid (penanda khas penyakit Alzheimer) dan white matter hyperintensities (tanda kerusakan pembuluh darah kecil di otak).
  • Cognitive behavioral therapy for insomnia/CBT-I adalah terapi standar emas insomnia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu sudah lelah, tetapi malam demi malam sulit tidur nyenyak. Masalah ini ternyata bisa lebih serius dari sekadar kurang istirahat.

Menurut sebuah studi terbaru dalam jurnal Neurology, orang dengan insomnia kronis (kesulitan tidur yang terjadi lebih dari tiga malam per minggu selama lebih dari tiga bulan) memiliki risiko 40 persen lebih tinggi mengalami demensia atau mild cognitive impairment (MCI, gangguan kognitif ringan). Dampaknya setara dengan otak yang menua 3,5 tahun lebih cepat dibandingkan dengan orang tanpa insomnia kronis.

Diperkirakan lebih dari 16 persen populasi dunia hidup dengan insomnia, gangguan tidur yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk tidur dan tetap tertidur. Banyak dari mereka menderita insomnia kronis. Kamu termasuk? Jika, baca terus artikel ini, ya!

Tidur dan risiko penuaan otak

Insomnia lebih dari gangguan tidur sesekali. Penelitian ini melibatkan 2.750 orang dewasa berusia rata-rata 70 tahun yang pada awal studi masih sehat secara kognitif. Dari jumlah tersebut, sekitar 16 persen mengalami insomnia kronis.

Selama 5,6 tahun, para peserta dipantau pola tidurnya, menjalani tes memori dan berpikir, serta pemeriksaan otak melalui MRI. Hasilnya menunjukkan, mereka yang tidur kurang nyenyak cenderung memiliki plak beta-amyloid (penanda khas penyakit Alzheimer) dan white matter hyperintensities (tanda kerusakan pembuluh darah kecil di otak).

Menurut Diego Z. Carvalho, MD, MS, spesialis tidur dari Mayo Clinic yang merupakan pemimpin studi ini, “Insomnia dengan durasi tidur berkurang berhubungan tidak hanya dengan biomarker Alzheimer, tetapi juga kesehatan pembuluh darah otak yang lebih buruk,” mengutip dari Medical News Today.

Ia menekankan bahwa efek insomnia kronis bahkan lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh dua penyakit kardiometabolik, seperti diabetes dan hipertensi. Dengan kata lain, tidur yang terganggu yang berlangsung terus-menerus dapat menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang sama seriusnya dengan penyakit jantung atau metabolik.

Insomnia harus diatasi

ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro studio)

Para peneliti menekankan bahwa insomnia tidak boleh dianggap wajar hanya karena usia bertambah.

“Pasien lansia sering mengira sulit tidur adalah hal normal seiring menua. Padahal, insomnia kronis jauh melampaui perubahan tidur akibat usia,” kata Carvalho.

Bahkan, insomnia jangka panjang dapat melacak perubahan fungsi otak, dari mulai perhatian, memori, hingga kecepatan berpikir. Mengatasi insomnia seharusnya menjadi bagian dari pencegahan penurunan fungsi otak, bukan hanya untuk mengurangi rasa lelah.

Insomnia bisa diobati. Terapi standar emas saat ini adalah cognitive behavioral therapy for insomnia (CBT-I). Terapi ini dapat membantu pasien bukan hanya tidur lebih nyenyak, tetapi juga melindungi otak dari penuaan dini.

Studi ini membuka peluang besar dalam kesehatan masyarakat, bahwa memperbaiki tidur berarti memberi kesempatan otak tetap sehat lebih lama, sekaligus menurunkan risiko demensia di masa depan. Namun, tetap butuh penelitian lanjutan, misalnya uji coba intervensional, pengukuran tidur objektif, dan kelompok yang lebih luas, lebih lama, dan lebih beragam.

Referensi

Adam V Benjafield et al., “Estimation of the Global Prevalence and Burden of Insomnia: A Systematic Literature Review-based Analysis,” Sleep Medicine Reviews 82 (June 25, 2025): 102121, https://doi.org/10.1016/j.smrv.2025.102121.

Susan McNamara, Benjamin C. Spurling, and Pradeep C. Bollu, “Chronic Insomnia,” StatPearls - NCBI Bookshelf, March 28, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526136/.

Diego Z. Carvalho et al., “Associations of Chronic Insomnia, Longitudinal Cognitive Outcomes, Amyloid-PET, and White Matter Changes in Cognitively Normal Older Adults,” Neurology 105, no. 7 (September 10, 2025), https://doi.org/10.1212/wnl.0000000000214155.

"Chronic insomnia may raise dementia risk by 40%, lead to 3.5 years faster aging." Medical News Today. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

5 Tips Biar Konsisten Olahraga Meski Harimu Super Sibuk, Yuk Lakukan!

14 Sep 2025, 15:03 WIBHealth