Jaga Stabilitas Harga, Ahmad Luthfi Gencarkan Gerakan Pangan Murah

- Pemprov Jateng gelar Gerakan Tahanan Pangan Murah (GPM) untuk cegah inflasi dengan subsidi harga bahan pokok, melibatkan pelaku usaha pangan.
- Kenaikan harga beras di beberapa daerah segera ditindaklanjuti bersama Bulog agar tidak terjadi kenaikan harga yang tinggi.
- Antusiasme masyarakat tinggi terhadap GPM sehingga akan dijadikan role model penetrasi harga.
Jakarta, IDN Times – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meninjau pelaksanaan gerakan pangan murah (GPM) yang digelar di Kantor Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Senin, 7 Juli 2025. Gerakan tersebut merupakan intervensi dari Pemprov Jateng untuk merespons kenaikan harga beberapa bahan pokok, sekaligus menjaga keterjangkauan harga beli masyarakat.
Selain Purworejo, kegiatan serupa juga digelar di sepuluh kabupaten/kota lainnya. Terutama daerah dengan harga komoditas beras dan minyak goreng yang terpantau tinggi.
"Tahap awal ini di sebelas kabupaten/kota, kerja sama dengan JTAB, Bulog, dengan Muspida,” kata Luthfi pada keterangannya yang diterima, (7/7).
1. Pemprov Jateng gelar GTM untuk cegah inflasi

Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan penetrasi harga agar tidak terjadi kelangkaan dan fluktuasi harga yang terlalu tinggi di masyarakat. Sebab, tingginya harga pokok bisa berpotensi mempengaruhi inflasi. Intervensi yang dilakukan Pemprov Jateng dalam kegiatan tersebut berupa subsidi harga bahan pokok dengan nilai total Rp40 juta, dengan perkiraan omzet sebesar Rp300 juta.
GPM ini dilaksanakan dengan melibatkan para pelaku usaha pangan (BUMN, BUMD, gapoktan/poktan/pelaku usaha pangan lainnya), sehingga mendapatkan harga dasar dan memotong panjangnya rantai distribusi untuk sampai tangan konsumen.
Komoditas yang dijual dalam GPM antara lain beras sebanyak 10 ton, harga normal Rp13.500 per kilogram, disubsidi Rp2.500 per kilogram menjadi Rp11.000 per kilogram; minyak goreng 2.000 liter, harga normal Rp18.000 per liter, disubsidi Rp4.000 per liter, menjadi Rp14.000 per liter; telur ayam ras 1 ton, harga normal Rp28.000 per kilogram, disalurkan dengan harga Rp24.000 per kilogram.
Kemudian ada gula pasir 500 kilogram, harga normal Rp17.500 per kilogram, disalurkan dengan harga Rp15.000 per kilogram; Bawang Putih 250 kg, harga normal Rp36.000 per kilogram, disalurkan dengan harga Rp28.000 per kilogram; Bawang Merah, harga normal Rp50.000 per kilogram, disalurkan dengan harga Rp40.000 per kilogram; dan Cabai Rawit Merah, harga normal Rp50.000 per kilogram, disalurkan dengan harga Rp30.000 per kilogram.
"Kegiatan ini adalah dengan memberikan bahan pokok murah atau subsidi. Intervensi pemerintah ini dalam rangka penetrasi harga agar terjangkau oleh masyarakat, kemudian inflasi kita bisa dijaga," jelasnya didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Dyah Lukisari dan Bupati Purworejo.
2. Kenaikan harga beras di beberapa daerah segera ditindaklanjuti

Menurut Luthfi, kenaikan harga beras yang ada di beberapa daerah akan ditindaklanjuti segera bersama dengan Bulog. Apalagi saat ini sudah masuk musim panen, sehingga penetrasi akan dilakukan agar tidak terjadi kenaikan harga yang tinggi.
"Kenaikan harga kebutuhan pokok dipengaruhi oleh beberapa hal, saat ini juga musim anak masuk sekolah, kebutuhan meningkat dan sebagainya, sehingga negara harus hadir dalam rangka penetrasi harga," jelasnya.
3. Antusiasme tinggi, GTM diapresiasi masyarakat

Melihat antusiasme masyarakat yang berbelanja di GPM, Luthfi sudah meminta kepada di dinas dan stakeholder terkait untuk meningkatkan kegiatan. GPM akan dijadikan role model penetrasi harga.
"(Masyarakat) ramai sekali. Dari pagi ramai sekali, lihat saja. Ini menjadi role model untuk kita gerakkan di sebelas kabupaten/kota, tidak hanya Purworejo," pungkasnya.
Salah seorang warga, Estimah, mengaku senang dengan adanya Gerakan Pangan Murah yang diselenggarakan oleh Pemprov Jateng. Di sana ia dapat membeli bahan pokok dengan harga yang lebih murah dari harga di pasar.
"Ini beli beras, minyak goreng, dan telur. Harganya miring sedikit dibanding di luar. Senang karena harga di luar mahal. Beras di luar Rp14 ribu, ini 5 kilogram Rp55 ribu, beli 10 kilogram tadi," ujar warga asal Desa Kaliurip Purworejo itu. (WEB)