Angka Kematian Jemaah Haji Asal Indonesia Tinggi, Timwas DPR Minta Seleksi Diperketat

- Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan ulang jelang keberangkatan
- Jadi tanggung jawab bersama antara pihak terkait untuk menekan angka kematian jemaah dan menjaga martabat bangsa dalam pelaksanaan ibadah haji
- Tercatat ada 235 jemaah meninggal, dengan peningkatan jumlah kematian sejak hari ke-35 operasi haji
Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Edy Wuryanto menanggapi pernyataan Pemerintah Arab Saudi yang menyoroti tingginya angka kematian jemaah haji asal Indonesia, khususnya dari kelompok lanjut usia dengan penyakit penyerta. Ia menilai kritik Saudi tersebut harus dijadikan bahan evaluasi mendalam bagi Pemerintah Indonesia, terutama dalam hal seleksi kesehatan calon jemaah haji.
Menurut Edy, angka kematian yang tinggi menandakan perlunya penguatan instrumen skrining kesehatan. Ia meminta agar proses seleksi kesehatan dilakukan secara ketat sebelum keberangkatan, bukan hanya saat pendaftaran haji.
“Masukan dari Pemerintah Arab Saudi ini harus menjadi perhatian serius. Mereka bahkan menyampaikan pertanyaan keras: ‘Why do you bring people to death here?’, mengapa Anda kirim jemaah ke sini hanya untuk meninggal?," kata Edy dalam keterangannya di Madinah, Arab Saudi, Kamis (12/6/2025).
“Menteri Kesehatan dan seluruh jajarannya, termasuk Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota, harus lebih ketat dalam menyeleksi calon jemaah. Syarat istitha’ah atau kemampuan fisik harus menjadi prioritas. Terutama bagi lansia yang memiliki penyakit kompleks, apalagi penyakit terminal yang diprediksi tidak mampu menyelesaikan seluruh rukun haji. Mereka sebaiknya tidak diberangkatkan,” sambung dia.
1. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan ulang jelang keberangkatan

Ia menambahkan, pembayaran biaya haji yang dilakukan sejak 10 sampai 15 tahun sebelumnya tidak bisa dijadikan patokan untuk keberangkatan. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan ulang menjelang keberangkatan sebagai bagian dari kewajiban negara dalam melindungi keselamatan jemaah.
“Skrining itu harus dilakukan sebelum berangkat. Kalau ternyata kondisi kesehatannya tidak memungkinkan, bisa digantikan oleh anak atau kerabatnya. Skema penggantian ini harus mulai disosialisasikan,” jelas Edy.
2. Jadi tanggung jawab bersama

Edy menuturkan, kasus ini menjadi evaluasi dan tanggung jawab bersama antara pihak terkait.
“Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menekan angka kematian jemaah, dan menjaga martabat bangsa dalam pelaksanaan ibadah haji,” pungkas Edy.
3. Tercatat ada 235 jemaah meninggal

Adapun, 235 jamaah haji Indonesia tahun 2025 meninggal dunia saat hari ke-42 operasi haji, yakni pada Rabu (11/6/2025). Hal ini berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diakses pada Kamis (12/6/2025) pukul 09.30 WIB.
Grafik jumlah kematian ini mengalami peningkatan sebanyak 85 orang sejak hari ke-35 atau 4 Juni 2025, yang memasuki dari rangkaian puncak pelaksanaan ibadah haji 1446 H. Pada hari ke-36 (5 Juni 2025), saat kegiatan wukuf di Arafah, angka jamaah yang meninggal mencapai 12 orang.
Memasuki Hari Raya Idul Adha atau hari ke-37 (6 Juni 2025), angka kematian meningkat sebanyak 13 orang. Pada hari ke-38 (7 Juni 2025), yang bertepatan dengan rangkaian melempar jumrah ke Jamarat, angka kematian menurun menjadi 8 orang.
Pada hari ke-39 atau 8 Juni 2025, angka kematian jemaah haji Indonesia meningkat menjadi 15 orang. Hari tasyrik terakhir, yakni hari ke-40 atau 9 Juni 2025, angka kematian sedikit menurun menjadi 14 orang. Keesokan harinya, yaitu 10 Juni 2025 atau hari ke-41 operasional haji, tercatat sebagai hari dengan angka kematian tertinggi sepanjang pelaksanaan haji tahun ini yang mencapai 16 orang. Kemudian mengalami penurunan pada hari ke-42 atau 11 Juni 2025, dengan angka kematian sebanyak 7 orang.