Awas... #KawalPutusanMK Punya Saingan di Medsos

- Analisis Data & Democracy Research Hub di Monash University Indonesia menemukan upaya terorganisir untuk mengaburkan suara rakyat dalam percakapan daring.
- Laporan mencatat adanya kontra narasi yang dirancang untuk meredam diskusi publik terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang RUU Pilkada.
- Peneliti menemukan bahwa tagar #KawalPutusanMK, #TolakPilkadaAkal2an, dan #TolakPolitikDinasti menjadi pusat perhatian netizen, mencerminkan kuatnya diskusi publik terhadap penolakan dinasti politik dan manipulasi politik.
Jakarta, IDN Times – Pro dan kontra terkait putusan MK dan Revisi Undang-undang Pilkada tidak hanya terjadi dipercakapan dunia nyata, namun juga terjadi di ranah dunia maya. Analisis terbaru dari Data & Democracy Research Hub di Monash University Indonesia menunjukkan adanya upaya terorganisir untuk mengaburkan suara rakyat dalam percakapan daring terkait aksi unjuk rasa 'Kawal Putusan MK'.
"Metode yang kami gunakan ialah mengumpulkan tagar dan kata kunci yang ada di analisis tersebut," ungkap Ika Idris, Co-Director Data & Democracy Research Hub, Kamis (22/8/2024) kepada IDN Times.
"Analisis kami menemukan adanya tren peningkatan percakapan yang mendukung narasi 'pilih damai bareng prabowo' dan 'lebih sejuk lebih nyaman' di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter)," ungkap Ika.
1. Ada narasi saingan yang sengaja dirancang

Hasil pantauan yang dilakukan per 19.00 WIB pada 21 Agustus 2024, mengindikasikan adanya kontra narasi yang dirancang untuk menenggelamkan diskusi publik mengenai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait RUU Pilkada.
"Ini bukan pertama kalinya upaya seperti ini terjadi, mengingat sebelumnya kita juga melihat pola serupa pada protes politik seperti demo UU Cipta Kerja dan UU KPK," tambahnya.
2. Teknologi kecerdasan buatan (AI) juga terlibat

Laporan tersebut mencatat sebanyak 28 ribu cuitan dari 13 ribu pengguna yang membahas kontra narasi. Dari total percakapan tersebut, top 3 tweet yang paling banyak di-retweet bukan berasal dari akun buzzer, melainkan akun pengguna biasa yang menggunakan bahasa nonformal.
"Kami juga menemukan pola penggunaan gambar yang sama, beberapa di antaranya diduga dibuat menggunakan teknologi AI, dengan ciri khas latar belakang yang hampir serupa dan tampilan wajah yang kabur," jelas Ika.
3. Sejauh ini, upaya pengalihan isu tersebut belum berhasil

Peneliti dari Monash University Indonesia juga menemukan bahwa dari 20 percakapan paling banyak di-retweet, 13 di antaranya mendukung narasi 'pilih damai bareng prabowo'. Sebagian besar berasal dari akun-akun seperti @ayundhaqh, @cuitcuap_, @Nindaagustii, dan @info_beragam yang telah aktif mendukung Prabowo sejak 2023. Namun, sisanya yang berjumlah 7 percakapan bersifat melawan narasi ini.
Ika berkesimpulan, upaya mengaburkan suara rakyat ini gagal. "Belum berhasil, sejauh ini," katanya. Sebab, jika dibanding dengan cuitan pro yang diwakili #KawalPutusanMK, jumlah percakapan 'pilih damai bareng prabowo' tertinggal sangat jauh.
"#KawalPutusanMK sekitar 2,3 juta percakapan. Kalau yang 'pilih damai bareng prabowo' ada 28 ribu aja".
4. Netizen mengawali isu sejak beberapa hari terakhir

Sehari sebelumnya, untuk periode 19-21 Agustus 2024, pusat studi yang sama juga mengemukakan adanya lonjakan signifikan dalam volume cuitan di platform X dalam bentuk dukungan #KawalPutusanMK dan #TolakPolitikDinasti.
Menurut data tersebut, lebih dari 724.000 cuitan dihasilkan dalam periode tersebut, dengan 90.000 di antaranya menggunakan tagar populer seperti #KawalPutusanMK, #TolakPolitikDinasti, #TolakPilkadaAkal2an, dan #DemokrasiDihabisi.
Tagar-tagar ini menunjukkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi manipulasi politik dan pentingnya menjaga keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
5. Penolakan terhadap dinasti politik melalui emoji

Dalam visualisasi data yang dihasilkan, terlihat bahwa tagar #KawalPutusanMK, #TolakPilkadaAkal2an, dan #TolakPolitikDinasti menjadi pusat perhatian netizen, mencerminkan kuatnya diskusi publik mengenai penolakan terhadap dinasti politik, protes terhadap undang-undang pemilu yang manipulatif, serta pengawalan terhadap keputusan MK.
Selain itu, emoji yang paling banyak digunakan dalam diskusi ini adalah lampu rotator mobil polisi, wajah menangis dengan keras, dan wajah marah. Penggunaan emoji ini mengindikasikan emosi yang kuat dan urgensi dalam percakapan terkait isu-isu ini. Lampu rotator mobil polisi, misalnya, mungkin melambangkan diskusi seputar penegakan hukum atau urgensi terkait protes politik.