Bantu Ungkap Kematian Arya Daru, TNI Tunggu Perintah Presiden Prabowo

- TNI siap membantu jika Prabowo beri instruksi
- Keluarga tolak kesimpulan Polri bahwa Arya Daru akhiri hidup
- Arya Daru dalam keadaan bahagia dan tak menunjukkan indikasi akhiri hidup
Jakarta, IDN Times - Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan pihaknya akan menunggu instruksi Presiden Prabowo Subianto lebih dulu, sebelum membantu mengungkap kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan.
Selain itu, kata Kristomei, diplomat berusia 39 tahun itu merupakan warga sipil. Panglima TNI juga belum menerima informasi resmi agar membantu mengungkap misteri kematian Daru.
Permintaan agar Panglima TNI dilibatkan membantu mengungkap misteri kematian Daru disampaikan keluarganya dalam jumpa pers di Yogyakarta pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Keluarga merasa lebih yakin bila pengungkapan misteri kematian Daru tak hanya ditangani Polri, sebab Polda Metro Jaya pada 29 Juli 2025 menyimpulkan diplomat Kemlu itu meninggal akibat mengakhiri hidupnya.
"Sampai detik ini, Panglima TNI belum ada menerima informasi itu, baik secara resmi maupun lisan terkait permintaan itu. Tentunya kalau memang minta bantuan kami siap. Tap, tergantung lagi apa kemampuan TNI yang bisa diperbantukan untuk itu?" ujar Kristomei di Jakarta Utara, Senin (25/8/2025).
1. TNI siap membantu jika Prabowo beri instruksi

Menurut Kristomei, seandainya Prabowo memberikan instruksi kepada Panglima TNI untuk mengungkap kematian Daru, TNI siap membantu. Sebab, itu merupakan bagian dari sumpah prajurit.
"Kan isi sumpah prajurit yang ketiga, tidak membantah perintah atau perutusan. Ya, kami kerjakan apa yang bisa TNI berikan untuk membantu, pasti akan kami bantu," kata dia.
Namun, kata pria yang juga menjabat sebagai Pangdam XXI/Radin Inten itu, sejauh ini kasus kematian Daru lebih sesuai ditangani kepolisian.
"Saya rasa sudah cukup (ditangani kepolisian), tapi tergantung lagi. Apa kemampuan TNI yang bisa diperbantukan untuk itu," kata Kristomei.
2. Keluarga tolak kesimpulan Polri bahwa Arya Daru akhiri hidup

Sebelumnya, ayah Arya Daru, Subaryono akhirnya muncul ke ruang publik 40 hari pasca-kematian putra semata wayangnya itu. Ia berbicara ke ruang publik didampingi pengacaranya, Dwi Librianto dan Nicholay Aprilindo. Nicholay diketahui merupakan mantan Direktur Jenderal Instrumen dan Penguatan HAM di Kementerian HAM.
Subaryono yang merupakan pensiunan dosen teknik Geodesi di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjelaskan, baru muncul ke publik saat ini lantaran keluarga sangat terpukul atas kematian Daru. Bagi keluarga, Daru merupakan harapan. Ia bahkan menjelaskan, istrinya sempat mengalami keguguran tiga kali sebelum akhirnya bisa mengandung Daru.
"Banyak yang bertanya-tanya mengapa tidak ada suatu statement dari keluarga, karena kami semua dalam keadaan syok," ujar Subaryono di Yogyakarta ketika memberikan keterangan pers, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Subaryono mengatakan, putra dan menantunya sudah menyiapkan untuk keberangkatannya ke Finlandia. Setelah bekerja keras, Daru akhirnya mendapat promosi dan ditempatkan di Finlandia.
Mobil yang sehari-hari dipakai oleh istri Daru di Yogyakarta sudah dijual. Lalu, dua anak Daru sudah mundur dan pamit dari sekolah di Kota Gudeg itu.
"Daru sudah menyiapkan segala sesuatunya karena sudah fix, sudah dapat SK (Surat Keputusan) dan sudah mendapatkan uang muka untuk pembelian keperluan-keperluan itu," ujar Subaryono.
Sang istri juga sudah menandai keperluan belanja di platform online di Helsinki. Sehingga, ketika tiba di sana tinggal dibeli saja.
3. Arya Daru dalam keadaan bahagia dan tak menunjukkan indikasi akhiri hidup

Di sisi lain, keluarga merasa analisa dari pihak kepolisian dan Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) bahwa Daru dalam keadaan depresi hingga ingin bunuh diri, tidak benar. Pernyataan itu dinilai sepihak dan telah menyudutkan Daru yang sudah menjadi korban.
"Justru yang jadi pertanyaan bagi kami, ketika terjadi peristiwa misteri meninggalnya almarhum, ada pernyataan-pernyataan yang sungguh menyudutkan almarhum. Bahkan dikatakan depresi, bunuh diri. Bagaimana seseorang yang dalam keadaan happy, mendapat promosi jabatan, dan menyiapkan segala sesuatu untuk anak-anak sekolah di Finlandia, masak dia meninggalkan semua hal yang sudah disiapkan dengan bunuh diri?" kata kuasa hukum, Nicholay Aprilindo semalam.
"Tidak masuk akal dan logika yang sehat atau waras," imbuhnya.
Nicholay menyebut akan bekerja sama dengan penyelidik agar kasus kematian Arya Daru tetap ditelusuri. Dia juga mengatakan berbagai barang bukti dan informasi sudah diberikan kepada penyelidik Polri, Kompolnas hingga Komnas HAM.
"Mereka mendapatkan semua informasi itu. Tetapi, itu malah tidak dipertimbangkan sebagai suatu fakta dan bukti tentang pengungkapan misteri meninggalnya almarhum," katanya.
4. Keluarga minta polisi lakukan rekonstruksi dan autopsi ulang

Poin penting lainnya yang disampaikan keluarga Arya Daru yakni mendesak kepolisian agar dilakukan rekonstruksi dan autopsi ulang. Tujuannya, agar misteri kematian Daru bisa terpecahkan, sebab keluarga tidak yakin diplomat berusia 39 tahun itu meninggal akibat mengakhiri hidup.
"Penasihat hukum keluarga minta kepolisian untuk melakukan rekonstruksi ulang, kemudian autopsi lengkap dari almarhum untuk mengetahui penyebab kematian," ujar Nicholay.
Ia kemudian memaparkan alasan ditemukannya obat jenis CTM serta parasetamol. Nicholay mengatakan Arya Daru tidak memiliki alergi apa-apa, dan sesuai keterangan istri tak pernah mengonsumsi obat CTM.
"Dari mana CTM itu masuk dan berapa kadarnya sampai sekarang belum diungkapkan. Kalau autopsi lengkap harus diambil ginjalnya, paru, jantung, sehingga mengetahui kandungan obat apa dan zat apa di dalam tubuh korban," tutur dia.