Dedie Rachim Ungkap 3 Alasan Relokasi Pedagang Pasar Bogor

- Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengungkap alasan relokasi pedagang Pasar Bogor untuk penataan kota yang lebih baik.
- Pemerintah Kota Bogor menang sengketa pengelolaan Pasar Bogor dan akan mengubahnya menjadi area baru pusat kota yang lebih baik.
- Kawasan Pasar Bogor akan diubah menjadi parkiran besar berdekatan dengan Kebun Raya Bogor untuk mendukung wisata dan aktivitas di sekitar pusat kota.
Bogor, IDN Times - Wali Kota Bogor, Jawa Barat Dedie Rachim mengungkap tiga alasan mengapa pedagang Pasar Bogor perlu direlokasi dari tempat mereka mencari nafkah bertahun-tahun, bahkan ada yang puluhan tahun.
Dalam pertemuan buka bersama Ramadan 2025 dengan wartawan di rumah dinas, Kamis (27/3/2025), Dedie menyebutkan perjalanan panjang sengketa pengelolaan pasar yang akhirnya dimenangkan Pemkot Bogor, penataan kota hingga pelayanan bagi pedagang dan pembeli yang lebih baik harus menjadi konsentrasi bersama.
“Ada risiko keuangan, penataan dan stagnasi jika pemerintah tidak mengambil tindakan penataan dan relokasi,” ujar Dedie Rachim.
1. Penyelesaian sengketa pada tahun 2020

Dedie mengungkapkan, sengketa pengelolaan Pasar Bogor dengan PT Guna Karya Nusantara (GKN) dengan Pemerintah Kota Bogor yang dimenangkan melalui banding di Pengadilan Tinggi Jawa Barat perlu ditindaklanjuti dengan implementasi penataan.
Kemenangan Pemerintah Kota Bogor untuk mengelola kawasan Pasar Bogor akan mengubah pasar tradisional yang kurang tertata menjadi area baru pusat kota yang lebih baik.
Sebelumnya, jika kalah dari PT GKN, Pemerintah Kota Bogor harus membayar ganti rugi sebesar Rp39 miliar atau melepas hak pengelolaan Pasar Bogor selama lima tahun.
“Dari mana uangnya? Alhamdulillah, sekarang pemerintah menangkan dan kita akan tata. Pedagang basah seperti sayuran disiapkan di Pasar Jambu Dua, kering basah bisa di Pasar Sukasari. Ini untuk apa agar area Pasar Bogor tidak stagnasi,” terangnya.
2. Akan jadi area parkir besar

Dedie menerangkan, konsep kawasan Pasar Bogor tidak lagi akan menjadi pasar basah yang kumuh. Area yang berdekatan dengan Kebun Raya Bogor akan menjadi parkiran besar yang menampung kesadaran masyarakat yang ingin berwisata dan beraktivitas di sekitar pusat kota.
Ia menyebut, Kota Bogor yang hanya memiliki satu tempat alam terbuka yang luas yaitu Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi tumbuhan secara eksitu dan terkenal perlu lebih dikembangkan seiring dengan penataan di sekitarnya juga berkembang dan saling mendukung.
“Kota Bogor hanya punya satu seperti kebun raya. Kabupaten Bogor banyak, ratusan potensi wisata alamnya. Kebun Raya ini, parkirnya belum tersedia, belum memberikan kontribusi untuk Kota Bogor dari retribusi parkir. Jadi kita perlu tata area sekitar, mana untuk pasar, mana untuk parkir dan tempat lain,” katanya.
3. Persiapan Kebun Raya jadi world haritage ketika ditinggalkan ibu kota negara

Menurut Dedie, penataan kawasan Pasar Bogor yang berdekatan dengan Kebun Raya Bogor dengan panjang sejarah yang mengiringinya perlu dipandang jauh bukan hanya saat ini, tetapi 10 hingga 20 tahun ke depan ketika Kebun Raya dipersiapkan dari sekarang menjadi warisan dunia (world haritage) sebagai sumber wisata Kota Bogor.
Kota hujan yang penuh sejarah ini, kata Dedie, akan ditinggalkan ibu kota negara dari Daerah Khusus Ibu (DKI) Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Provinsi Kalimantan Timur.
“Tahun 2028, bisa saja pak Prabowo sudah pindah ke IKN, Kota Bogor bagaimana? Harus dipersiapkan dari sekarang, kita akan ditopang dari mana? Salah satunya wisata,” ujarnya.