Dorong MBG, Kemendikti Kembangkan Program Industrialisasi Desa

- Direktur Jenderal Kemendikti Saintek mengembangkan program industrialisasi desa untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di era pemerintah Prabowo Subianto.
- Program industrialisasi desa mendorong perguruan tinggi akademik dan vokasi bekerja sama dengan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah UMKM dalam penyediaan peralatan sesuai standar keamanan pangan.
Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Fauzan Adziman mengatakan, pihaknya kini tengah mengembangkan program industrialisasi desa. Hal ini sebagai upaya mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di era pemerintah Prabowo Subianto.
Fauzan mengungkapkan, program industrialisasi desa dikembangkan karena dalam pelaksanaan MBG membutuhkan peralatan pengolahan makanan hingga peralatan penyimpanan makanan. Karena memang saat di lapangan, kebutuhan itu masih disuplai secara impor.
“Melalui program industrialisasi desa ini kami mendorong perguruan tinggi akademik maupun vokasi bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kolaborasi ini untuk meningkatkan nilai tambah UMKM dalam penyediaan peralatan maupun komponen yang digunakan dalam pelaksanaan MBG sesuai dengan standar keamanan pangan sesuai yang dibutuhkan," kata dia, dalam bincang dengan media, dikutip Rabu (12/2/2025).
1. Pengembangan sistem pertanian klaster

Fauzan menjelaskan, tantangan sisi suplai adalah terkait dengan rantai logistik untuk memenuhi kuantitas yang sangat besar. Maka Direktorat Jenderal Risbang juga mengembangkan sistem pertanian klaster, perguruan tinggi mendampingi langsung desa-desa untuk mengembangkan komoditas, baik itu pertanian, perkebunan, maupun peternakan sesuai dengan potensi unggul yang dimiliki masing-masing daerah.
Dia mencontohkan, di daerah penghasil susu dapat memproses susu dengan alat-alat yang dikembangkan oleh perguruan tinggi pendamping di desa tersebut, sehingga dapat mengatasi permasalahan distribusi maupun suplai.
“Distribusi bisa terbantu jika perguruan tinggi dapat membantu suplai komponen atau alat yang diperlukan” kata Fauzan.
2. Akan turut ukur capaian keberhasilan program MBG

Dia mengatakan, pihaknya turut merancang program bagaimana mengukur capaian keberhasilan program MBG. Lewat riset teknologi pengukuran ini akan diketahui bagaimana kondisi anak sebelum dan sesudah menerima manfaat program MBG.
Dari pengukuran ini maka akan mengetahui capaian keberhasilan program MBG yang berkelanjutan.
“Keterukuran MBG ini menjadi program yang kita kembangkan melalui riset dan pengembangan," kata Fauzan.
3. Produktivitas lahan pertanian yang masih rendah

Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana menyampaikan, program-program yang sudah dicetuskan berbasis pada masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini.
“Program-program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kita fokuskan untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah real yang terkait dengan MBG," ucap Ketut.
Dia menyoroti produktivitas lahan pertanian yang masih rendah. Hal ini perlu sentuhan riset sebagai solusi, salah satunya dengan riset-riset bibit unggul yang dilakukan oleh perguruan tinggi.
“Mengenai bibit unggul, tentu kita akan mengajak teman-teman di perguruan tinggi untuk meneliti dan menemukan bibit-bibit unggul dengan menerapkan salah satunya ilmu bioteknologi untuk mendapatkan bibit-bibit unggul," ujar Ketut.