Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Era Baru Keselamatan-Kesehatan Kerja: AI Pengaruhi 75 Juta Pekerjaan

Press Conference Peluncuran Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terbaru ILO,  di UN Office, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025) (IDNTimes/Lia Hutasoit)
Intinya sih...
  • Transformasi digital melalui AI membawa peluang dan tantangan baru dalam keselamatan kerja, seperti otomatisasi yang mengurangi risiko cedera namun munculkan potensi bahaya baru.
  • Sensor pintar berbasis AI memungkinkan deteksi bahaya real-time, tetapi bisa menimbulkan stres akibat pengawasan berlebih dan pelatihan VR menyimpan risiko ketegangan visual dan kognitif.
  • Kehadiran AI dalam dunia kerja tidak bisa dihindari, harus dimanfaatkan untuk mendukung pekerjaan manusia dan pentingnya integrasi teknologi dalam pemantauan real-time bagi pekerja jarak jauh.

Jakarta, IDN Times - Transformasi digital mengubah cara perlindungan pekerja di seluruh dunia. Digitalisasi yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) membawa peluang besar untuk meningkatkan keselamatan kerja, tapi juga menciptakan tantangan baru yang kompleks. Hal itu tertuang dalam laporan Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization) atau ILO.

Meski pergeseran yang ada disebut mengubah bentuk pekerjaan, kehadiran AI juga mengundang peluang yang belum pernah terjadi untuk meningkatkan praktik keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

"Otomatisasi dapat memengaruhi 75 juta pekerjaan di seluruh dunia, sementara kecerdasan buatan (Al) dapat menambah 427 juta pekerjaan," kata Programme Officer, ILO Indonesia Abdul Hakim dalam press Press Conference Peluncuran Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terbaru ILO, di Jakarta, Kamis (24/4/2025).

 

1. Memang kurangi risiko kerja tapi munculkan potensi bahaya baru

ilustrasi AI (Pixabay.com/Gerd Altmann)

Hakim juga menjelaskan, dalam Laporan ILO yang terbaru juga disebut otomatisasi dan robotika mengurangi risiko cedera, tapi memunculkan potensi bahaya baru seperti kegagalan mesin dan tekanan mental.

Sensor pintar berbasis AI memungkinkan deteksi bahaya secara real-time, namun bisa menimbulkan stres akibat pengawasan berlebih.

Pelatihan melalui VR memberi pengalaman imersif, tapi menyimpan risiko ketegangan visual dan kognitif. Manajemen kerja algoritmik membantu efisiensi, namun pengawasan digital bisa mengganggu privasi.

Kerja jarak jauh dan berbasis platform menawarkan fleksibilitas, namun menuntut regulasi baru demi menjamin perlindungan K3 yang setara.

 

2. AI dimanfaatkan untuk tingkatkan efisiensi

Press Conference Peluncuran Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terbaru ILO,  di UN Office, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025) (IDNTimes/Lia Hutasoit)

Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kemenaker RI, Fachrurozi, dalam kesempatan yang sama menjelaskan keberadaan AI dalam dunia kerja memang tidak bisa dihindari. Maka harus  dimanfaatkan untuk mendukung pekerjaan manusia.

"Dalam konteks AI ini, ini keniscayaan tidak bisa disanggah lagi. Dia akan mendorong efisiensi, akurasi," ujarnya.

Menurutnya AI juga bisa diintegrasikan dalam penerapan K3, mulai dari promosi hingga pencegahan kecelakaan kerja.

"Ketika bicara AI dalam konteks K3 banyak hal yang kita bisa implementasikan mana saja dalam K3 yang perlu kita AI-kan," katanya.

3. Pentingnya integrasi teknologi dalam pemantauan real-time

Press Conference Peluncuran Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terbaru ILO,  di UN Office, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025) (IDNTimes/Lia Hutasoit)

Selain itu, Transformasi digital dinilai semakin krusial dalam menjamin keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tengah perubahan pola kerja. Menurut Rima Melati dari Komite K3 APINDO, teknologi seperti AI dan IoT mampu memprediksi risiko dan mencegah kecelakaan sejak dini. Dia menjelaskan pentingnya integrasi teknologi dalam pemantauan real-time, terutama bagi pekerja jarak jauh.

“AI bisa bantu memastikan K3 tetap terjaga meski pekerja tidak di lokasi,” ujarnya. Namun, ia mengingatkan pentingnya kesiapan infrastruktur digital serta regulasi yang relevan. “Kita harus terus review regulasi dan siapkan SDM lewat reskilling dan upskilling,” katanya.

4. Proyeksi penggunaan AI dalam berbagai konteks data pekerja

Petani memanen gabah di sawahnya di kawasan Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sementara perwakilan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) Sulis menjelaskan nilai lebih dari AI untuk sejumlah bidang, salah satunya adalah penggunaan soal data kecelakaan kerja yang ada di perusahaan. Dalam konteks lapangan bisa diketahui, berapa banyak buruh yang terluka, terjatuh hingga prosesnya.

"Jadi kita bisa lakukan pencegahan. Bisa juga seperti deteksi penyakit, jadi butuh penanganan seperti apa, obatnya seperti apa," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us