Gus Ipang Bocorkan Gaya Komunikasi Prabowo-Gibran Menangkan Pemilu

- Paslon Prabowo-Gibran menggunakan teknik komunikasi 'gemoy' yang berhasil unggul dalam Pemilu 2024.
- 56,4% pemilih milenial dan Gen Z menyukai gaya apa adanya, terbukti dari popularitas konten kampanye di TikTok.
Jakarta, IDN Times - Praktisi Komunikasi Publik, Asy’ari Sudirman Wahid alias Gus Ipang Wahid mengungkapkan teknik komunikasi pasangan calon (paslon) Prabowo-Gibran yang digunakan untuk memenangkan Pemilu 2024.
Membawa narasi ‘gemoy’, Ipang menilai, Prabowo-Gibran berhasil unggul dalam Pemilu 2024. Hal itu juga berkat tim kampanye yang berhasil berkomunikasi dengan masyarakat.
1. Pasangan Prabowo-Gibran menggunakan gaya apa adanya

Gus Ipang mengatakan, pemilu kali ini sebanyak 56,4 persen pemilih merupakan generasi muda, yakni milenial dan Gen Z. Mereka, kata dia, lebih menyukai gaya apa adanya.
“Mereka (milennial dan Gen Z) tidak suka dibikin-bikin, Mas Anies dengan istilah Abah bisa mendapatkan perhatian sendiri, tapi Pak Prabowo itu jadi berasa (untuk generasi muda) ini kayak babeh gua banget deh! MasGibran itu kebalikannya, artinya temen gua banget karena seumuran gitu,” ujarnya dalam program Gen Z Memilih by IDN Times, Rabu (28/2/2024), Jakarta.
2. Prabowo berhasil menyusul Ganjar di TikTok

Gus Ipang mengatakan, media sosial mempunyai peran yang sangat penting pada masa Pemilu 2024 sehingga tim pemenangan paslon tidak perlu melakukan kampanye.
“Kalau data kami, TikTok-nya Pak Prabowo itu, hashtag Prabowo 10 bulan lalu yang melihat cuma 1,6 miliar views, Mas Ganjar 6 miliar jauh, tapi sehari sebelum pencoblosan data kita masuknya itu sekitar 24 miliar Prabowo, Mas Ganjar 16 miliar, kesusul. Jadi memang penggunaan TikTok ini sangat luar biasa,” ujarnya.
Menurut dia, banyak unggahan video di medsos, khususnya TikTok dengan konten #Prabowo bersifat organik yang berarti dibuat langsung dari para relawan dan pendukungnya.
“Jadi menurut saya, kekuatan terbesar itu justru datang dari medsos. Disamping gaya komunikasinya, gak ada iklan Pak Prabowo khusus yang dibuat beliau, shooting gak ada,” imbuhnya.
Ia menambahkan, warganet memproduksi konten lebih bagus sehingga tim distribusi konten kampanye Prabowo hanya perlu memantik.
“User Generated Content bahasanya, jadi tugas tim biasanya hanya memantik, bikin sedikit, terus ngasih gelondongan besar. Nanti warganet yang akan mengolah sendiri dan itu terbukti sangat efektif,” ujarnya.
3. Komunikasi Prabowo-Gibran terhadap milenial dan Gen-Z

Efektivitas komunikasi pasangan Prabowo-Gibran, kata dia, bergantung kepada tim kampanyenya.
“Kalau dibilang efektif relatif karena tergantung supporting timnya. Kalau gak ada supporting tim yang bagus, gak efektif karena (Prabowo-Gibran) gak banyak omong. Berbeda dengan Mas Ganjar sama Mas Anies yang sangat talkative, yang sangat bagus public speaking-nya,” ujarnya.
Namun, kata dia, banyak berbicara atau tidak, berpengaruh kecil dalam efektivitas komunikasi paslon. Sebab yang paling penting adalah positioning.
“Nah, di sini lah menurut saya kehebatannya tim Prabowo-Gibran karena positioning-nya jelas. Mas Anies (berposisi) perubahan, artinya yang sudah berjalan sama dia diubah, dia mau berubah. Mas Ganjar (berposisi) mau begini, arah baru ke sini. Satu-satunya yang positioning-nya benar ke depan menuju Indonesia emas sesuai Pak Jokowi adalah Prabowo-Gibran, melanjutkan dan menyempurnakan,” sebutnya.
Gus Ipang meyakinkan, positioning pasangan Prabowo-Gibran yang melanjutkan Jokowi paling tepat karena berdasarkan lembaga survei, publik memberikan approval rating di atas 75 persen kepada kinerja Jokowi saat menjabat.
“Itulah kenapa dari awal, pada waktu Mas Anies bilang perubahan, saya bilang sama timnya, 'lu salah pake perubahan.' Ada namanya approval rating, nanti kalian tidak akan lebih dari 25 persen, kalian tidak mengambil ceruknya 75 persen ini,” ujarnya.
Menurut dia, paslon yang dianggap dekat dengan Jokowi akan mendapatkan suara 75 persen tersebut.
“Dulu ingat kan ada yang U20, itu udah tuh mulai tuh berseberangan antara Pak Jokowi sama Mas Ganjar karena tidak mau ngikutin. Artinya poin plus ada di Prabowo, apalagi begitu Mas Gibran masuk,” ujarnya.
Oleh sebab itu, berdasarkan hasil quick count, Gus Ipang menyebut pasangan Ganjar-Mahfud hanya dapat suara dari Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP).
“Jadi dari 75 persen modal dasarnya, Mas Ganjar hanya mendekati PDI perjuangan, makanya sekarang mendapatkan 16-17 persen berdasarkan quick count. Artinya itu hanya suaranya PDIP yang non-PDIP gak ada,” ujar Gus Ipang.
4. Penggunaan komunikasi gemoy, joget, dan lagu Oke Gas

Salah satu yang menjadi ikonik dari kampanye Prabowo-Gibran adalah sebutan gemoy. Gus Ipang pun meluruskan asal dari istilah itu.
“Orang tuh banyak bilang, wah nih tim Pak Prabowo ada konsultan Filipin, Bong-bong, padahal sebenarnya yang saya dengar dari tim, gemoy itu asal katanya dari acara Mata Najwa di UGM. Jadi pada waktu itu Pak Prabowo tampil dengan kata-kata, tunggu-tunggu biarkan saya menjawab,” ujarnya.
Pada saat ucapan itu, kata dia, mahasiswa UGM ramai memanggil Prabowo dengan gemoy atau yang diplesetkan dari kata gemas.
“Itu di-captured sama tim, diambil gemoy. Terus malamnya dicoba, disebarkan secara viral, ternyata response-nya tinggi,” ucapnya.
Sementara itu, ada juga gaya Prabowo yang sering berjoget yang menurut Gus Ipang merupakan kebiasaan sebagai tentara.
“Jadi pada waktu sebelum ada kata joget gemoy, itu memang Pak Prabowo banyak konten joget. Jadi memang beliau suka joget. Tentara itu kan tukang joget. Pak Prabowo suka joget Sajojo. Pada waktu itu, sama tim disebarkan di media sosial tinggi engagement-nya. Nah di situ lah Pak Prabowo bisa menangkap itu dan kemudian keluar yang namanya joget gemoy,” ujarnya.
Adapun kartun karakter juga digunakan sebagai representasi pasangan Prabowo-Gibran di banyak baliho. Termasuk lagu Oke Gas dari Richard Jersey.
“Ada lagu si Richard Jersey namanya Oke Gas. Sebenarnya di tengah itu ada pertama kali dimunculkan kartun karakter pasangan Prabowo-Gibran. Itu sama tim dikeluarkan pada waktu kata gemoy keluar. Kita waktu itu FGD, dicobaiin ternyata suka nih. Dipasang di billboard respond-nya tinggi. Nah dari situ ketemu si lagu itu yang di-adopt sama tim,” ujarnya.
5. Penyampaiaan gagasan Prabowo-Gibran dengan gaya gemoy
Gus Ipang menegaskan, komunikasi gagasan Prabowo-Gibran berhasil menyentuh ranah generasi anak muda.
“Berdasarkan exit poll pemilihnya, Prabowo-Gibran itu sekitar 60-an persen milenial. Artinya, dia di atas base line. Milenial Gen Z itu semua 60-an persen ke atas. Jadi terbukti memang mereka engaged dan suka sama apapun yang ditawarkan,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, masyarakat Indonesia dengan edukasi SMP ke bawah lebih suka menonton dibanding membaca. Tim pemenangan Prabowo-Gibran pun beradaptasi dengan mendahulukan pendekatan menyenangkan sebelum yang bersubstansi.
“Orang Indonesia itu pendidikannya SMP ke bawah kalau kita terlalu substansial gak ada yang mau, sangat visual based bukan writing based. Jadi substansi itu masuknya tidak di awal tapi di belakang,” imbuhnya.
Ia pun menyampaikan gagasan Prabowo-Gibran menjadi satu-satunya yang diingat, yakni program makan siang dan susu gratis.
“Dari tiga paslon apa yang diingat sama tiga ini? Anies yang diingat adalah Desak Anies, Prabowo-Gibran yang diingat adalah makan siang susu gratis, Ganjar ini orang lebih bingung lagi karena yang diingat adalah anti-Jokowi sama tabrak Prof,” ucapnya.