Indeks Integritas Pendidikan 69,50, Mendikdasmen: Alarm bagi Kami

- KPK meluncurkan Indeks Integritas Pendidikan 2024, hasil survei menunjukkan nilai indeks nasional 69,50, masih di level "korektif".
- Mendikdasmen menganggap hasil survei sebagai alarm dan masukan untuk memperbaiki kinerja kementerian.
- Ketua KPK menegaskan urgensi menanamkan nilai-nilai integritas sejak dini dalam dunia pendidikan untuk mencegah perilaku korupsi di masa depan.
Jakarta, IDN Times - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meluncurkan Indeks Integritas Pendidikan 2024, hasil dari Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024, yang mencerminkan kondisi integritas dunia pendidikan Indonesia. Hasilnya, nilai indeks integritas pendidikan nasional tercatat 69,50, artinya masih di level "korektif".
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan hasil survei tersebut jadi alarm bagi dunia pendidikan.
"Memang ada alarm ya, ada lampu kuning dari KPK, bahwa kita ini dari sisi kejujuran itu memang sedang tidak baik-baik saja," ujarnya di Kemendikdasmen, Jumat (25/4/2025).
1. Hasil survei untuk masukan

Dia mengucapkan terima kasih kepada KPK atas hasil survei tersebut. Menurutnya, survei tersebut jadi masukan untuk memperbaiki kinerja kementerian.
"Hasil survei itu merupakan input bagi kami untuk memperbaiki kinerja di kementerian dan juga kinerja di lembaga-lembaga terkait," katanya.
2. Bangun benteng antikorupsi di pendidikan tidak mudah

Ketua KPK Setyo Budiyanto mengatakan indeks ini bukan sekadar angka. Menurutnya jika angka ini diacuhkan bisa jadi malapetaka di dunia pendidikan.
"Jika biarkan begitu saja, maka bisa menjadi sebuah malapetaka. Sehingga hasil SPI Pendidikan ini bisa menjadi cermin jujur sekaligus penanda bahwa membangun benteng antikorupsi di dunia pendidikan tak bisa ditunda," ujar Setyo dalam keterangan tertulisnya.
3. Nilai-nilai integritas sejak dini

Pada 2024, SPI Pendidikan menjangkau 36.888 satuan pendidikan di 507 kabupaten/kota dari 38 provinsi di Indonesia. Dengan melibatkan 449.865 responden, yang terdiri atas siswa/mahasiswa, orang tua, tenaga pendidik, hingga kepala satuan pendidikan, survei ini menyasar tiga dimensi utama, yakni karakter peserta didik, ekosistem pendidikan, dan tata kelola pendidikan.
Setyo menegaskan urgensi menanamkan nilai-nilai integritas sejak dini, agar perilaku korupsi tak diwariskan kepada generasi mendatang.
“Apalagi 20 tahun lagi kita menuju Indonesia Emas 2045, dengan harapan sudah berdaulat, maju, merdeka, modern, dan bisa memperbaiki permasalahan di semua lini. Oleh karena itu, demi tercapainya tujuan tersebut, pendidikan harus menjadi lini terdepan dalam pembentukan karakter antikorupsi,” tegas Setyo.