Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kader Minta Golkar Realistis, Ganjar-Ridwan Kamil Potensial di 2024

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng. (Dokumentasi Golkarpedia)

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng, menyarankan agar partai berlambang pohon beringin itu bersikap realistis dalam menghadapi Pemilu 2024. Sikap realistis yang dimaksud yaitu dengan mendesak Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, agar Golkar diberikan kursi bakal cawapres. Bila jaminan itu tidak ada, menurut Mekeng, dukungan ke Prabowo sebaiknya ditinjau ulang. 

"Kalau gak dikasih (posisi) cawapres, masak Golkar jadi pendukung Prabowo meluluk. Kan kita sudah dukung dari (pemilu) 2014, lalu kalah. Lalu, sekarang suruh dukung lagi," ungkap Mekeng yang dihubungi melalui telepon, Jumat (15/9/2023). 

Menurutnya, lebih baik Golkar mendukung Ridwan Kamil yang memiliki potensi menjadi bakal cawapres lebih besar. "Kalau gitu mending dukung kader potensial untuk menjadi cawapres dong! Jadi gak 0-0. Golkar ini kan mesin besar," tutur pria yang juga menjabat sebagai anggota Komisi XI DPR tersebut. 

Oleh sebab itu, ia mendorong agar Airlangga selaku Ketua Umum Golkar lebih mengedepankan sikap realistis demi kebaikan Golkar sendiri. Hal itu pernah ia sampaikan dalam pertemuan di Bali. 

Lebih lanjut, ia menilai Ridwan Kamil punya potensi lebih bagus di Pilpres 2024 bila berpasangan dengan Ganjar Pranowo. Prabowo-Ridwan Kamil, kata Mekeng, peluangnya kecil untuk menang. 

"Kalau saya pribadi menilai peluang (kemenangannya, Prabowo-RK) gak terlalu besar. Karena irisan basis massanya sama saja. Ganjar dan RK itu lebih saling menguntungkan. Lagipula, RK dulu mantan Gubernur Jawa Barat, artinya punya dapil yang jelas. Kalau Ganjar bisa mengisi di dapil Jawa Tengah," katanya lagi. 

Mekeng menilai pasangan Ganjar-Ridwan Kamil lebih menguntungkan secara perhitungan politik. 

1. Mekeng usulkan agar Golkar hengkang dari Koalisi Indonesia Maju bila tak ditawari RI-2

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi ke kediaman Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie yang berada di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 42, Menteng, Jakarta Pusat (dok. Tim Dokumentasi Gerindra)

Lebih lanjut, Mekeng menyarankan agar Airlangga dan Golkar tak perlu bertahan di Koalisi Indonesia Maju (KIM) bila tidak mendapatkan kepastian bakal diberi kursi bakal cawapres.

"Pasti, di internal Golkar, di bawah pun akan melihat kader Golkar yang lain yang punya potensi (dijadikan bakal cawapres). Itu mah rasional aja," ujar Mekeng. 

Di sisi lain, Mekeng juga tak menampik bisa saja peristiwa tahun 2014 kembali terulang. Di mana Jusuf "JK" Kalla dipinang mendampingi Jokowi, sedangkan Golkar mendukung Prabowo-Hatta Rajasa. 

"Bisa saja terjadi (ada perbedaan sikap). Kalau misalkan Golkar tetap ngotot ada di situ (bersama KIM), lalu Ridwan tetap diambil, ya Ridwan akan maju sebagai profesional," tutur dia. 

Menurut Mekeng, sulit bagi pria yang akrab disapa Kang Emil itu dipinang menjadi bakal cawapres Ganjar dengan membawa bendera Golkar. "Kalau (maju sebagai kader Golkar), maka harus diambil lewat mekanisme keputusan di internal partai. Tentunya Ridwan Kamil berhak juga mendampingi Ganjar sebagai profesional birokrat, dia bukan kader Golkar," katanya lagi. 

2. Golkar berambisi di Pemilu 2024, kadernya mendapatkan kursi bakal cawapres

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto (kiri) menyerahkan KTA Partai Golkar pada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat pertemuan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (18/1/2023). (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Sementara, seandainya Kang Emil tetap dimajukan sebagai bakal cawapres, Mekeng tak lagi mempermasalahkan mekanisme internal dengan menggelar kembali musyawarah nasional dan menganulir hasilnya. Dalam Munas 2017, seluruh kader Golkar memberikan mandatnya kepada Airlangga sebagai bakal capres atau cawapres di Pemilu 2024. 

"Itu soal gampang lah. Yang penting jadi cawapres dulu. Asal jangan utak-atik rapimnas munas lah, gak jelas itu. Yang penting jadi cawapres dulu. Kita ini kan (menggunakan) politik praktis bukan teori," ujar Mekeng. 

Menurutnya, bila Golkar begitu mematuhi aturan di internal partai, maka akan tertinggal jauh dari parpol kompetitornya. "Kalau ngikutin aturan harus ini dulu dan itu, wah udah ketinggalan kereta," tutur dia lagi. 

3. Ridwan Kamil diprediksi sulit mengulangi langkah yang ditempuh Jusuf Kalla di Pemilu 2014

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro. (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Sementara, menurut peneliti Indikator Politik Indonesia (IPI), Bawono Kumoro, Ridwan Kamil sulit mengulang kembali langkah Jusuf "JK" Kalla di Pemilu 2004 dan 2014. Di Pemilu 2014, JK dipinang menjadi cawapres oleh Joko "Jokowi" Widodo sebagai profesional. Di sisi lain, Golkar secara resmi mendukung pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. 

"Perbedaannya adalah Pak JK itu kan politisi senior. Dia sudah punya faksi sendiri di Golkar. Sedangkan RK ini newcomer, anak baru yang tentu saja yang harus menampilkan political attitude yang loyal," ujar Bawono ketika ditemui IDN Times di Jakarta Selatan pada Kamis (14/9/2023). 

Ia menilai, saat ini di Jabar hanya ada tiga tokoh yang memiliki elektoral cukup tinggi. Mereka adalah Prabowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. 

"Tokoh-tokoh lain kan relatif tidak memiliki akar pemilih yang kuat di Jabar. Sandiaga, Erick Thohir, mereka lebih diasosiasikan pemilih di luar Pulau Jawa," tutur dia. 

Sementara, ketika ditanyakan sikap Ganjar yang justru mengunggah foto ngopi sore dengan Mahfud MD, Bawono menilai langkah itu merupakan bagian dari proses window shopping. Ia memproyeksi sikap para capres baru terlihat jelas memasuki Oktober 2023. Apalagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) berencana memajukan tanggal pendaftaran capres dari periode 10-16 Oktober 2023. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us