Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kasus Gagal Ginjal Akut Serangan Bioterrorism, Kepala BPOM: Bisa Jadi

Kepala BPOM, Penny K Lukito di Podcast Deddy Corbuzier (youtube.com/Deddy Corbuzier)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny tidak menampik kemungkinan kasus gagal ginjal akut yang menyerang 324 anak merupakan serangan biologi atau bioterrorism.

Hal ini diungkapkan Penny saat menjadi bintang tamu dalam Podcast Deddy Corbuzier, Kamis (24/11/2022).

"Bisa (bioterrorism), hal itu seperti bisa saja kan, bisa masuk melalui produk obat, produk pangan, atau kosmetik pun juga mengandung cemaran senyawa toksik berbahaya," ungkap Penny dilansir Youtube Deddy Corbuzier.

1. Penjualan obat berbahaya melalui online

Ilustrasi Belanja (IDN Times/Arief Rahmat)

Penny mengungkapkan kemungkinan tersebut bisa terjadi karena penjualan obat yang berbahaya juga dilakukan secara online.

"Salah satu obat yang kemarin tidak memenuhi standar dengan kandungan Etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG)  yang tinggi itu dijual secara online dan sangat murah harganya," ungkapnya.

 

2. BPOM tarik obat yang tidak standar

(IDN Times/Muhammad Iqbal)

Penny menambahkan BPOM sampai saat ini sudah mengumumkan obat yang tidak memenuhi standar karena mengandung cemaran EG dan DEGdiambang batas aman.

"Kita segera hentikan dan minta instruksikan tarik produknya dan cabut Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)," katanya.

3. Ada 6 ribu obat berbahaya dijual secara online

Pedagang melayani pembelian obat di salah satu toko di Pasar Pramuka, Jakarta. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

BPOM melalui Deputi bidang penindakan melakukan cyber patrol dan menemukan ribuan link menjual obat sirop berbahaya.

"Ada 6 ribu link menjual obat tersebut, itu sirop anak panas obat, flu,obat batuk," katanya.

 

4. Obat yang dijual online cemaran EG dan DEG sampai 400 kali

(IDN Times/Muhammad Iqbal)

Penny mengungkapkan obat sirop tersebut dinyatakan berbahya karena mengandung cemaran EG dan DEGsampai 400 kali.

"Bukan cemaran lagi memang konsentrat cemaran tersebut jadi pelarutnya," katanya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
Dwifantya Aquina
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us