Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menengok Kawasan Hutan Mangrove Muara Angke yang dipenuhi sampah

IDN Times/Helmi Shemi

Jakarta, IDN Times – Kawasan Hutan Mangrove Ecomarine Muara Angke merupakan salah satu teluk di Jakarta yang penuh sampah. Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan setidaknya terdapat 50 ton yang sudah terkumpul dalam beberapa hari terakhir.

“Siang ini kami di Pluit, merespon laporan dari masyarakat atas sampah yang ada di pesisir dan setelah dilaporkan kemudian langsung Dinas Lingkungan Hidup bergerak membersihkan. Selama beberapa hari ini sudah terkumpul lebih dari 50 ton sampah,” kata Anies, Senin (19/3).

1. Bau amis dan rumah yang kurang layak

Default Image IDN

Kamu perlu waktu kurang lebih 45-60 menit untuk sampai ke tempat itu dengan titik awal di Monumen Nasional (Monas). Tempat itu masih dapat dijangkau menggunakan mobil. Di kawasan itu kamu akan menghirup bau ikan yang dikeringkan. Setidaknya kamu harus menyiapkan masker jika kamu tidak tahan dengan bau amis dari ikan yang sepanjang jalan banyak dijemur.

Begitu sampai di perumahan warga, kamu harus meneruskan dengan berjalan kaki. Kamu akan melewati perumahan yang bisa disebut tidak layak karena dibuat dari kayu dan triplek. Satu-satunya pemandangan unik di perumahan warga itu adalah adanya tempat bermain bola-bola untuk anak-anak dengan ukuran 2x2 meter.

Pemandangan itu kontras dengan adanya Baywalk Mall yang terletak 2,2 km dari perumahan itu dan bisa kamu lihat dengan jelas saat kamu tiba di ujung teluk.

2. Berjalan menuju hutan mangrove

Default Image IDN

Kamu akan menemukan sebuah gapura yang  terbuat dari kayu bertuliskan “Kawasan Hutan Mangrove Ecomarine Muara Angke Komunitas Mangrove Muara Angke”. Kamu harus berhati-hati di hutan mangrove ini karena hanya disediakan jalan kecil yang terbuat dari bambu dan sulit dilewati 2 orang sekaligus karena bisa saja bambu tersebut jeblos dan terjatuh.

3. Sampah 2,5 meter yang bercampur lumpur di teluk

Default Image IDN

Kamu harus menggunakan masker atau penutup hidung lagi di ujung jalan hutan mangrove ini jika tidak tahan dengan bau sampah yang ada. Ya, di sini kamu sudah bisa melihat tumpukan sampah dan eskavator yang sedang mengeruk sampah. Sampah itu sendiri kebanyakan adalah sampah plastik.

“Sampah-sampah ini mayoritas adalah sampah plastik rumah tangga, yang mulai berkumpulnya diduga sejak akhir Desember (2017),” ujar Anies.

Jika kamu berniat melihat lebih dekat, gunakan sepatu boots atau yang sejenisnya. Karena begitu kamu turun dari jalan bambu itu, kamu sudah menginjak sampah yang bertumpuk dan agak kering dan bercampur lumpur. Namun semakin mendekati ujung teluk, sampah bercampur dengan air. Kurang lebih tinggi lumpur dan sampah di sana sekitar 2,5 meter, berhati-hatilah kamu bisa saja terperosok.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Helmi Shemi
EditorHelmi Shemi
Follow Us